Menolak mati. Kalimat itu yang sepertinya mewakili perasaan dari para staf Super Constellation Flyer Association(SCFA), pemilik dan operator salah satu dari dua pesawat Lockheed Constellation tipe C-121C yang tersisa. Tidak seperti Historical Aircraft Restoration Society(HARS), asosiasi pecinta pesawat bersejarah Australia, yang memiliki satu pesawat lainnya dan rutin diterbangkan untuk menghadiri airshow, pesawat Super Constellation milik SCFA dengan nomor registrasi HB-RSC ini sudah satu tahun lebih 'dikandangkan' karena masalah teknis.
Walau dikabarkan bahwa tahun ini mereka akan segera melakukan penerbangan, mundurnya Breitling, perusahaan jam asal Swiss, sebagai sponsor utama SFCA mendatangkan masalah finansial untuk keberlangsungan hidup 'Connie' ini. Lantas, bagaimana kelanjutan nasib pesawat veteran yang pernah mengabdi di United States Air Force (USAF) dari tahun 1955-1972 ini?
Tidak Seperti Saudara Sipilnya
Kelahiran Lockheed Constellation C-121C di tahun 1955 sudah didahului oleh para 'orang tua'-nya. Tercatat seri L-049 (versi sipil) dan seri C-69 (versi militer) sebagai pesawat Constellation pertama yang diluncurkan pada perang dunia kedua. Desainnya yang unik dengan 3 sayap ekor dan fuselageberbentuk lumba-lumba menjadikan seri Constellation ini sebagai pesawat dengan jarak tempuh terjauh (5.600 km) dan kecepatan maksimum tercepat (600 km/jam) pada zamannya. Kecepatannya bahkan melebihi pesawat tempur Jepang, Mitsubishi A6M Zero.
Setelah perang berakhir, Lockheed masih merajai dunia aviasi sipil dengan seluruh seri Constellation-nya. Setelah L-049, pesawat sipil lainnya yang sempat mengudara adalah seri L-149, L-649, L-749, L-1049, L-1149, L-1249, L-1449 dan L-1649 Starliner sebagai pamungkas. Maskapai yang menggunakan jasa Lockheed Constellation antara lain: Qantas, Air France, Lufthansa, Air India, Korean Air, KLM, Thai Airways dan puluhan maskapai lain.
Adapun versi militer dari Lockheed Constellation hanya terdiri dari 2 seri: C-69 dan C-121. Kedua seri tersebut didukung oleh beberapa seri khusus modifikasi dari pesawat sipil. Negara yang menggunakan jasa Constellation seri C antara lain: Amerika Serikat, Prancis, India, Israel dan Indonesia.
Kehadiran teknologi mesin jet di tahun 60-an mengancam eksistensi Lockheed Constellation yang bermesin piston. Ketidakefisienan mesin membuat varian Lockheed di penerbangan sipil mulai berguguran seiring kemunculan pesawat jet seperti de Havilland Comet, Boeing 707 dan Douglas DC-8. Selain masalah mesin, desain fuselage berbentuk lumba-lumba pun dianggap kurang efisien dibanding bentuk tabung yang mulai dikembangkan.
Satu per satu Lockheed Constellation tipe L pun dipensiunkan antara tahun 60-an sampai 70-an. Kini, beberapa darinya masih bisa ditemukan di museum-museum pesawat di Amerika dan Eropa. Lalu bagaimana nasib pesawat-pesawat militer Constellation?
Pesawat Tempur Pasca Perang, Berpindah Tangan sampai Preservasi
Versi C-69 dibuat khusus untuk kebutuhan Perang Dunia II, sedangkan seri C-121 dibuat untuk memenuhi kebutuhan akan pesawat militer, terutama untuk USAF. Dua pesawat yang masih laik terbang dari seri C-121 semuanya dibuat di tahun 1955 untuk kebutuhan USAF. Pesawat dengan nomor seri 54-0156 (yang kini dimiliki SCFA) ditugaskan pertama kali di Material Squadron (MATS) divisi Atlantik sebelum dipindahkan ke pangkalan udara Mississippi (1962) dan West Virginia (1967) sebelum akhirnya pensiun pada tahun 1972.
Saudara kembarnya, pesawat bernomor seri 54-0157 (yang kini dimiliki HARS), ditugaskan pertama kali di tempat yang sama. Kemudian berpindah tugas bersama saudaranya ditambah dinas di Pennsylvania (1972) sebelum resmi pensiun tahun 1977.