Mohon tunggu...
Iqbal Iftikar
Iqbal Iftikar Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Wannabe

Nothing was never anywhere

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Super Constellation, Veteran Udara yang Masih Ingin Terbang

16 April 2018   17:51 Diperbarui: 24 Juni 2018   21:30 979
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Breitling Super Constellation HB-RSC dalam kartu pos DE-6968965 (Sumber: Postcrossing.com)

Menolak mati. Kalimat itu yang sepertinya mewakili perasaan dari para staf Super Constellation Flyer Association(SCFA), pemilik dan operator salah satu dari dua pesawat Lockheed Constellation tipe C-121C yang tersisa. Tidak seperti Historical Aircraft Restoration Society(HARS), asosiasi pecinta pesawat bersejarah Australia, yang memiliki satu pesawat lainnya dan rutin diterbangkan untuk menghadiri airshow, pesawat Super Constellation milik SCFA dengan nomor registrasi HB-RSC ini sudah satu tahun lebih 'dikandangkan' karena masalah teknis.

Walau dikabarkan bahwa tahun ini mereka akan segera melakukan penerbangan, mundurnya Breitling, perusahaan jam asal Swiss, sebagai sponsor utama SFCA mendatangkan masalah finansial untuk keberlangsungan hidup 'Connie' ini. Lantas, bagaimana kelanjutan nasib pesawat veteran yang pernah mengabdi di United States Air Force (USAF) dari tahun 1955-1972 ini?

Tidak Seperti Saudara Sipilnya

Kelahiran Lockheed Constellation C-121C di tahun 1955 sudah didahului oleh para 'orang tua'-nya. Tercatat seri L-049 (versi sipil) dan seri C-69 (versi militer) sebagai pesawat Constellation pertama yang diluncurkan pada perang dunia kedua. Desainnya yang unik dengan 3 sayap ekor dan fuselageberbentuk lumba-lumba menjadikan seri Constellation ini sebagai pesawat dengan jarak tempuh terjauh (5.600 km) dan kecepatan maksimum tercepat (600 km/jam) pada zamannya. Kecepatannya bahkan melebihi pesawat tempur Jepang, Mitsubishi A6M Zero.

Setelah perang berakhir, Lockheed masih merajai dunia aviasi sipil dengan seluruh seri Constellation-nya. Setelah L-049, pesawat sipil lainnya yang sempat mengudara adalah seri L-149, L-649, L-749, L-1049, L-1149, L-1249, L-1449 dan L-1649 Starliner sebagai pamungkas. Maskapai yang menggunakan jasa Lockheed Constellation antara lain: Qantas, Air France, Lufthansa, Air India, Korean Air, KLM, Thai Airways dan puluhan maskapai lain.

Adapun versi militer dari Lockheed Constellation hanya terdiri dari 2 seri: C-69 dan C-121. Kedua seri tersebut didukung oleh beberapa seri khusus modifikasi dari pesawat sipil. Negara yang menggunakan jasa Constellation seri C antara lain: Amerika Serikat, Prancis, India, Israel dan Indonesia.

Kehadiran teknologi mesin jet di tahun 60-an mengancam eksistensi Lockheed Constellation yang bermesin piston. Ketidakefisienan mesin membuat varian Lockheed di penerbangan sipil mulai berguguran seiring kemunculan pesawat jet seperti de Havilland Comet, Boeing 707 dan Douglas DC-8. Selain masalah mesin, desain fuselage berbentuk lumba-lumba pun dianggap kurang efisien dibanding bentuk tabung yang mulai dikembangkan.

Satu per satu Lockheed Constellation tipe L pun dipensiunkan antara tahun 60-an sampai 70-an. Kini, beberapa darinya masih bisa ditemukan di museum-museum pesawat di Amerika dan Eropa. Lalu bagaimana nasib pesawat-pesawat militer Constellation?

Pesawat Tempur Pasca Perang, Berpindah Tangan sampai Preservasi

Versi C-69 dibuat khusus untuk kebutuhan Perang Dunia II, sedangkan seri C-121 dibuat untuk memenuhi kebutuhan akan pesawat militer, terutama untuk USAF. Dua pesawat yang masih laik terbang dari seri C-121 semuanya dibuat di tahun 1955 untuk kebutuhan USAF. Pesawat dengan nomor seri 54-0156 (yang kini dimiliki SCFA) ditugaskan pertama kali di Material Squadron (MATS) divisi Atlantik sebelum dipindahkan ke pangkalan udara Mississippi (1962) dan West Virginia (1967) sebelum akhirnya pensiun pada tahun 1972.

Saudara kembarnya, pesawat bernomor seri 54-0157 (yang kini dimiliki HARS), ditugaskan pertama kali di tempat yang sama. Kemudian berpindah tugas bersama saudaranya ditambah dinas di Pennsylvania (1972) sebelum resmi pensiun tahun 1977.

Nasib dua pesawat bersaudara ini sangat jauh berbeda. Setelah 54-0157 pensiun dan dikandangkan di pangkalan udara Davis Monthan, pesawat itu sempat dilelang 3 kali di tahun 1983, 1984 dan 1985 namun tidak terjual. Banyaknya bekas kotoran burung di permukaan pesawat menjadi alasan kenapa pesawat itu tidak laku-laku. Akhirnya, pesawat diambilalih oleh museum USAF namun tidak pernah dikirimkan ke museumnya sendiri. 54-0157 baru meninggalkan bandara Davis Monthan tahun 1992 setelah dibeli oleh National Aeronautics and Space Museum of Australia (NASMA) dengan pesawat tempur Bristol Beaufighter. NASMA pun menggandeng HARS untuk merestorasi pesawat tersebut dan mendaftarkannya dengan nomor registrasi VH-EAG. Setelah restorasi rampung, pesawat diberikan livery Qantas dengan tulisan 'Connie' di kedua sisi. Connie kemudian terbang meninggalkan Amerika menuju Australia pada tahun 1996 dan rutin menjadi bintang Australia Airshow dari tahun ke tahun.

Pesawat 54-0156 mengalami hal yang berkebalikan dengan saudaranya. Sempat dimasukan ke Smithsonian National Air and Space Museum, pesawat dibeli oleh Aviation Specialties dan diubah fungsinya menjadi pesawat penyiram tanaman. Beberapa kali pesawat berpindah kepemilikan sampai diambilalih oleh Benny Younesi dengan keadaan yang tidak begitu baik.

Younesi berniat melakukan restorasi pesawat. Namun karena keterbatasan dana dan sumber daya, pesawat harus menunggu beberapa tahun sebelum Constellation Historical Society (CHS) dibentuk tahun 1992 untuk merestorasi semua Lockheed Constellation yang masih ada. Dengan bantuan CHS, 54-0156 selesai direstorasi tahun 1994 dan kembali laik terbang. Sempat hadir di beberapa airshow, pesawat akhirnya dilarang terbang oleh FAA pada tahun 2001 karena kesalahan perawatan.

Frustasi dengan pesawatnya yang tidak terawat, Younesi menjual pesawatnya di situs e-Bay dengan harga penawaran $ 750.000. Kenyataanna, penawaran tertinggi dari calon pembeli hanya $ 600.000 yang membuat Younesi mengurungkan niatnya untuk menjual dan beralih untuk menyewakan Constellation ke CHS dan SCFA.

Penyewaan Constellation kepada SCFA membuat pesawat diterbangkan ke Basel, Swiss, pada tahun 2004. Di tahun 2007, SCFA resmi membeli Constellation dari Younesi dan bekerjasama dengan Breitling untuk mensponsori restorasi dan kegiatan pesawat yang diregistrasi SCFA dengan nomor seri HB-RSC.

Sempat menjadi tamu di beberapa airshow, HB-RSC mengalami berbagai 'penyakit' di awal tahun 2010-an. Mulai dari korosi di sayap, kegagalan mesin dan kesalahan mekanik. Penyakit yang terakhir menyebabkan Super Constellation gagal terbang di airshow 2017 dan membatalkan semua jadwal penerbangan di tahun itu.

Setelah pembatalan penerbangan, Breitling mengundurkan diri dari sponsor utama SCFA dengan pertimbangan preforma pesawat. Sejak saat itu, SCFA membuka donasi untuk membuat Connie bisa terbang kembali. Akhirnya, Connie dijadwalkan akan terbang di musim panas ini, tentunya setelah melewati berbagai pemeriksaan dan kelayakan terbang dari otoritas penerbangan Swiss.

Pada akhirnya, SCFA menolak untuk mempensiunkan Super Constellation. Mereka ingin kembali membangkitkan kejayaan Connie seperti saudaranya yang masih jaya di belahan bumi selatan. Penerbangan pertama di tahun 2018 akan menjadi bukti bahwa Super Constellation masih menolak mati.

(Thanks to tullipan for sending me this beautiful postcard as the inspiration of this article)

Sumber: Situs resmi SCFA | conniesurvivors.com | Wikipedia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun