Mohon tunggu...
Iftakhiyatul Firnanda Sari
Iftakhiyatul Firnanda Sari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Merupakan seorang mahasiswa yang gemar membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gunakan Skema KPBU untuk Investasi Penyediaan Air Minum, Apakah Tepat?

12 Juni 2022   16:41 Diperbarui: 12 Juni 2022   17:18 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Air minum merupakan jenis air yang bisa diminum dan memiliki syarat-syarat yang sesuai dengan standar kualitas air minum yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.492/Menkes/Per/IV/2010. Dimana air bisa dikategorikan sebagai air minum di lihat dari adanya unsur mikrobiologi, fisik, maupun kimiawi. 

Air minum dapat kita peroleh dengan berbagai macam cara pengolahan salah satunya adalah pengolahan depot air minum isi ulang. Konsumsi Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) pada beberapa tahun terakhir ini sudah meningkat, utamanya di kalangan masyarakat perkotaan.Anggota Komisi V DPR RI, Toriq Hidayat mengatakan "Sampai tahun 2018, akses air minum

layak di Indonesia sudah mencapai 87,75%. Namun, hanya 6,8% penduduk yang sudah menikmati akses aman. Kita punya kewajiban untuk meningkatkan aksesnya dari akses layak menjadi akses aman bagi 80,95% sisanya," ujar Toriq.

Hal tersebut manjadikan bukti bahwa penyediaan infrastruktur air minum di Indonesia sangatlah kurang. Sejauh ini, pemerintah tengah menjalankan 12 proyek pengembangan SPAM (sistem penyedia air minum) yang tersebar diseluruh Indonesia mencakup 

2 proyek di Jawa Tengah, 2 proyek di Jawa Barat, 1 proyek di Jawa Timur, 1 proyek di Lampung, 1 proyek di Banten dan DKI Jakarta, 1 proyek di D.I Yogyakarta, 1 proyek di Bengkulu, 1 proyek di Bali, 1 proyek di Banten, dan 1 proyek di DKI Jakarta.

Namun, dalam proses penyediaan infrastruktur air minum tersebut tak lepas dari permasalahan-permasalahan untuk merealisasikannya, salah satunya adalah masalah pendanaan. Didukung oleh pendapat Menteri Keuangan, Sri Mulyani, mengatakan “Indonesia 

masih membutuhkan suntikan dana sebesar Rp4.260 triliun untuk pembiayaan infrastruktur sampai 2024, dikarenakan APBN hanya mampu mengakomodasi sekitar 37% dari total kebutuhan dana pembangunan infrastruktur,” ujar Sri Mulyani.

Misalnya pada pembangunan proyek SPAM Semarang Barat yang membutuhkan dana hingga Rp1,4 Triliun hanya disuntik dana APBN sebesar Rp227,9 Miliar dan harus memikirkan bagaimana proyek tersebut harus tetap berjalan dengan pendanaan dari APBN yang kecil.

 Oleh karenanya, perlu adanya skema pembiayaan pembangunan non APBN untuk pembangunan infrastruktur agar dapat mengatasi permasalahan tersebut sehingga penyediaan infrastruktur air minum di Indonesia dapat berlangsung dengan baik, salah satunya dengan skema pembiayaan KPBU.

Skema KPBU didefinisikan sebagai kerjasama antara Pemerintah dan Badan Usaha dalam penyediaan infrastruktur bertujuan untuk kepentingan umum dengan mengacu pada spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya oleh pemerintah, yang sebagian atau seluruhnya menggunakan sumber 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun