Tak Ku Temukan Kata
Bingung, kata apa
Hendak ku ucap
Tuk wakili hati nan gelisah
Walau angin mendesir penuh ketenangan
Meraba dan merayu
Tak jua ku temu
Sebaris kata hati
Yang ceritakan tentang diri
Tentang rindu dan cinta
Yang menitik di relung hati
“?”
Entah
Malam yang mana
Kau gantung senyum
Sisakan mimpi yang tak sempat terselesaikan
Hanya angan yang ingin mengejar
Entah
Pagi yang mana
Kau ledakkan tawa
Membuat malu pelangi
Pulang lagi keperaduannya
Tinggalkan aku disini
Sendiri
Sepi
Bosan
Entah
Kata apa
Kau ikat tiang pengharapan
Cinta yang mana
Bingung !
Matahariku Gerhana
Matahari mengintipku
Dibalik senyummu
Sinarnya menusuk, merasuk sukma,
Dan mengiring sel-sel darahku
Adalah tawa kala ia berpancar terang
Dan tangis kala ia redup
Aku bisu melihat matahari dibalik bibirmu
Ia teramat membuatku bingung akan bunga mawar yang mekar
Ia teramat pedih menyinari lukaku
Ia teramat membuatku bingung tentang pagi, siang dan malam
Hingga aku tak tahu, haruskah aku bangun atau tidur lagi
Haruskah aku berdiri lalu melangkah tuk menutup sinarmu
Atau tegak saja menatap langit hingga mataku sakit dan mengalir air
Sayang seribu sayang, ternyata matahari dibalik bibirmu adalah sinar bagi yang lain
Dan bagiku, matahari itu gerhana.
“BINGUNG”
aku dan cinta
bagai langit dan bumi
jauh sekali,
adapun jika ada hasrat, maka aku harus menengadah,
melotot keatas hingga mataku terasa sakit.
Itulah cinta yang kurasakan, amat menyedihkan...
Matahari ternyata menertawakanku sebab aku kepanasan olehnya.
“Jahat sekali” ucapku
Ah tidak, dia baik sekali.
Aku bingung...
Kenapa musti bingung, tidak boleh aku bingung
Sebab cinta itu ternyata lebih indah kala ia bukan milikku...
“Bingung”
Tadi pagi aku melihat wajahmu
Senyummu tak ada
Suaramu senyap
Hanya kakimu yang berderap
Kuperhatikan saja langkahmu
Hingga hilang ditelan tikungan
Kini aku berdiri disini
Menantimu kembali
Ah..
Aku bingung
Kenapa aku berharap
Bukankah aku telah lenyap dalam anganmu
Sudah tamat dalam cerpenmu
Loh..
Kau bingung
Kenapa kau berharap
Bukankah kau telah lenyap dalam anganku
Sudah tamat dalam cerpenku
Hufft…
Aku dan kau
Bingung karena cinta
CINTA DALAM MIMPIKU
Sajak-sajak cinta sudah terurai
Bagai mentari pada bumi
Ku untai hingga jadi tasbih
Yang ku jadikan saksi cinta
Pada ia yang terkasih…
Semoga saja ia mau padaku lantaran lihat saksi itu
Semoga saja ia mengikatkan lidahku ke lidahnya
Biarlah aku mengulumnya, merasakan dan menikmatinya
Raga ini sudah lama haus akan semua itu…
Ah, ternyata aku hanya bermimpi tentang cinta
Sajak-sajak cintaku belum terurai
Begitu pula tasbih sebagai saksinya belum ku untai
Sebab si terkasih, ku kira, tidak menghendaki
Pun lidahku dan lidahnya, mustahil saling mengulum
Akhirnya, ragaku haus cinta…
“Suara Cinta”
Dalam diamku
Suaramu kembali terngiang
Suara tentang cinta yang kau ucap
Kala itu, membuat nadiku seakan terhenti,
Nafasku keluar-masuk tak keruan,
Dan jantungku tak berdetak.
Kala itu, yang ku rasa hanya kebahagiaan
Yang mengalir dalam kisah perjalanan hidupku.
Kian lama, waktu mulai menggores luka terhadap cinta,
Lalu cinta itu terkubur...
Tinggallah suaranya masih mengalun mengiring nyanyian rinduku...
Dalam gelisahku
Suaramu kembali terngiang
Suara tentang janji yang kau ucap
Kala itu, menjadikan hati yakin akan cinta,
Yakin bahwa cintaku akan teruntai menjadi tasbih cinta
Namun, entah dibelahan waktu yang mana,
keyakinan itu mulai berguguran lalu menjadi keraguan...
Dalam renung dan doaku
Aku berharap cintaku dan cintamu adalah sama
Lalu kita hidup bersama...
“Suara Cinta II”
Suara cintamu terngiang lagi,
Buat hatiku senang.
Jangan kau kubur suara itu,
Sebab ia akan busuk di lain waktu,
Lalu rindu menderaiku, gelisah mulai benyanyi
Dan sedih sebagai liriknya.
Aku takut ia menjadi hantu yang menghantuiku setiap waktu.
Aku ingin cintamu selalu mengalun merdu di kehidupanku...
Sahabat, Aku Cinta !
Wahai sahabat
Habat
Abat
Bat
Aku sahabat
Menanti tamat
Kau sahabat
Sampai kiamat
Wahai kau cinta
Inilah pelita
Mananti kata
Untuk menata
Kau mentari
Aku pedati
Menantimu
Diperaduanku
Kisah Semalam
Pernahkah kau tahu
Kala malam datang dan menghampiriku
Adalah siksa dalam sukma
Ia membawaku kedalam lamunan-lamunan
Ia membawaku dalam sebuah mimpi tentangmu
Pernahkah kau tahu
Didalam mimpi tentangmu
Ada harap-harap
Dan keinginan bersamamu
Ada tetesan rindu
Dan luka-luka
Pernahkah kau tahu
Untuk harap-harap itu
Aku pasrahkan kepada yang maha satu
Dan keinginan itu
Aku semayamkan ia
Pernahkah kau tahu
Kala tetesan-tetesan rindu
Membentuk sungai diatas pipiku
Ialah luka-luka mengharap cinta darimu
Rindu
Habislah sudah
Kata merangkai cinta
Engkau kembali pulang ke peraduan
Meninggalkan secangkir cinta yang tak sempat terucap
Habislah sudah
Engkau telah tenggelam dalam kegelapan malam
Menyisakan kata sayang
Yang tak sempat melayang
Di sini aku menunggumu
Sebagai pelita di atas jendela
Sebagai mentari di depan rumahku
Sebagai tsaub dalam keseharianku
Aku manusia
Rindu rasa
Rindu rupa
Rindu cinta
Dimana engkau
Rupa tiada
Suara senyap
Hanya kata merangkai cinta
RINDU
Saat ku eja cintamu
Mulutku membacanya rindu
Entahlah, bagaimana bisa cinta terbaca rindu...
Ku coba memahaminya,
Ternyata tersirat sayang di dalam cintamu.
Aku belum yakin,
Ku coba meresapi lagi,
Ternyata itu suara hati yang dibuai rindu...
Kekasihku, aku merindukanmu
SESAL
Ini benar terjadi
Saat ku eja kehidupanku yang penuh cinta
Sesal tiada tara...
Saat ku tahu,
Cintaku bukanlah cinta...
Entahlah, bagaimana selanjutnya?
Adakah cintaku yang sebenarnya cinta,
atau hanya nafsu yang berbalut cinta?
Ku tak mampu mengenali diri,
Siapakah aku?
Manfaat atau malapetaka?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H