Manik-manik bukanlah hal yang asing di telinga masyarakat. Pernah melejit di tahun 90-an, kini manik-manik menjadi aksesoris yang kembali diminati. Berbagai bentuk dapat dibuat dari bahan manik-manik, seprti kalung, gelang, cincin, sampai yang terbaru adalah tas.
Jika dulu peminat terbesar manik-manik adalah dari kalangan anak-anak, zaman sekarang manik-manik mulai menjangkau semua kalangan hingga usia dewasa. Motif dan warna yang tidak tua termakan usia menjadi salah satu alasan kerajinan ini memiliki banyak peminat.
Seiring perkembangan zaman, manik-manik menjadi salah satu inovasi dan kreativitas peluang bisnis bagi masyarakat. Meskipun telah menjadi tren dimana-mana, namun bentuk dan tampilan aksesoris manik-manik tidak akan sama persis karena dibuat secara handmade.
Hal ini dikatakan oleh owner dari aksesoris manik-manik di Medan Moona Monroe, Elvi Syahdani yang memulai bisnisnya sejak tahun 2020. Elvi yang saat itu baru menyelesaikan studinya, memulai usaha bisnis tas, cincin, gelang dan kalung yang berbahan dasar manik-manik. Awal pandemi, ia menjual konektor masker berbahan dasar manik-manik dan memperoleh keuntungan besar.
"Jadi tahun 2020 itu kan awal-awal pandemi, kuliah kebetulan online, terus gak enak di rumah, gabut. Jadi, buatlah dari kerajinan manik-manik ini. Eh, kok banyak yang mau. Kebetulan kan kemarin konektor, strapmask, kita kan wajib pakai masker. Nah, orang-orang pada request ini segala macem modelnya. Jadi teruslah sampai sekarang. Ada banyak perbaruan, cincin, gelang, bahkan sampai tas, kalung semua ada." Ujar Elvi saat di wawancara di kanal YouTube Efarina Televisi.
Selain Elvi, ada juga Aily yang merealisasikan Iphone 11 Pro-nya lewat bisnis manik-manik. Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini memulai bisnisnya sejak April 2023, karena melihat manik-manik yang sedang hype sehingga menjualnya di kalangan sesama mahasiswa. Melalui bisnis ini, Aily dapat meraih untung hingga Rp 15 juta per bulan dengan modal 10 persen dari keuntungan yang didapatkan.
"Jadi ceritanya pertengahan bulan April, gue mulai jualan manik-manik ditemen-temen sekelas kampus gue. Nah, karena saat itu manik-manik lagi hits banget, gue ngerasa kaya oh ini bisa jadi ladang cuan gue. Gue bikin target, jadi per satu harinya gue bisa buat cincin 100 sampai 120 biji dengan harga Rp 4.000 sampai Rp 6.000. Finally, dalam waktu satu bulan, gue bisa dapetin hp ini (Iphone 11 Pro) dengan hasil jerih payah gue sendiri." Ungkap Aily pada akun TikToknya @ailyyyy9.
Hal yang sama dirasakan oleh Fitri, seorang ibu sekaligus mahasiswa di salah satu universitas di Bandung. Peran ganda tersebut tidak lantas membuat Fitri membatasi minatnya untuk berbisnis. Ia memiliki toko yang menjual berbagai jenis barang, seperti baju, kerudung, dan aksesoris-aksesoris lainnya.
Baru-baru ini, Fitri memulai bisnis yang sedang viral yaitu manik-manik. Ia menjual cincin dan gelang dengan range harga Rp 3.000 hingga Rp 8.000. Meskipun tergolong sebagai pemula, namun produk manik-maniknya telah memiliki banyak peminat.
"Awalnya tuh aku iseng-iseng scroll TikTok, apa yang lagi viral. Aku nemu banyak yang fyp tentang jualan cincin manik sama gelangnya. Aku mulai beli bahan dan bikin. Alhamdulillah banyak yang pesan, yang best seller itu yang ada bunganya. Aku bikin seharian itu 16 pcs untuk gelang dan cincinnya, maklum masih pemula." Jelas Fitri pada akun Tiktoknya @fitriolshopkarangnunggal.
Berbagai kalangan masyarakat telah mencoba bisnis manik-manik dengan kisah yang berbeda-beda. Rata-rata dari mereka awalnya hanya mencoba, namun ternyata peminat manik-manik semakin banyak. Bisnis ini juga menghasilkan keuntungan yang luar biasa dengan modal yang relatif terjangkau.
Meskipun begitu, Evi, Aily dan Fitri memiliki keluhan yang sama dengan bisnis ini. Semua bisnis pasti memiliki sisi menyenangkan dan sisi tidak menyenangkan. Pada bisnis manik-manik, selain kesabaran juga mereka harus merasakan rasa pegal bahkan perih pada tangan maupun punggung, saat sedang merangkai manik-manik. Hal tersebut telah mereka sadari menjadi resiko untuk menjalani bisnis ini.
Berdasarkan beberapa pengalaman masyarakat yang berbisnis manik-manik, dapat diketahui bahwa untuk memulai sebuah bisnis tidak diperlukan modal yang besar. Keuntungan atau kerugian tergantung cara seseorang dalam mengolah sebuah bisnis. Bisnis manik-manik membutuhkan kreativitas dalam membuat model gelang, cincin atau tas manik-manik. Kreativitas tersebut akan membedakan bisnis ini dengan bisnis yang lain.
Selain itu, timing yang pas menjadi salah satu hal yang dapat membuat orang-orang tertarik dengan bisnis manik-manik. Bisnis ini dibuat dengan timing yang pas, yaitu saat manik-manik sedang tren atau viral dikalangan masyarakat. Oleh sebab itu, saat gelang ataupun cincin manik-manik dibuat, masyarakat menjadi tertarik untuk membeli produk kerajinan satu ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H