Mohon tunggu...
Iffat Mochtar
Iffat Mochtar Mohon Tunggu... Wiraswasta - Profesional - Wiraswasta

Country Manager di sebuah Perusahaan Swasta Asing yang bergerak di sektor Pertambangan. Berdomisili di kota minyak Balikpapan, Kalimantan Timur. Memiliki banyak ketertarikan di bidang marketing, traveling, kuliner, membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perayaan Idul Fitri 1443H, Momentum Menjalin Tali Silaturahmi dan Meningkatkan Rasa Persaudaraan

2 Mei 2022   06:00 Diperbarui: 2 Mei 2022   06:16 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Silaturahmi | Foto : Shutterstock

Mungkin saat ini banyak orang-orang yang sudah tidak ambil peduli lagi dengan kehidupan tetangganya yang hidup penuh dalam kesulitan. 

Rasa apatis dan kurang responsif terhadap lingkungan sekitarnya banyak menghinggapi orang-orang yang saat ini  terutama mereka yang tinggal di dalam komplek perumahan apalagi yang tinggalnya di komplek perumahan elit perkotaan. 

Ada istilah "elu-elu, gua-gua". Orang-orang tidak mau tau dengan urusan orang lain walaupun hidup bertetangga. Mereka cuek, tidak peduli dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Bahkan dengan nama tetangga sebelah rumah pun mereka tidak kenal walaupun mungkin hampir setiap hari bertemu tapi tidak pernah bertegur sapa.

Rasa sosial terhadap orang lain semakin hari semakin menipis apalagi jika mereka berbeda suku, agama dan keturunan. Ada semacam sekat yang sengaja dibangun di tengah masyarakat saat ini untuk mengkotak-kotakkan berdasarkan agama dan strata sosial. 

Walaupun dalam keseharian kita tidak bisa mengelak untuk saling berinteraksi baik sebagai anggota masyarakat di lingkungan tempat tinggal maupun di lingkungan pekerjaan.

Situasi sekarang ini terkadang terlihat sangat miris. Beberapa tokoh agama ada yang melarang umatnya agar tidak menjalin hubungan silaturahmi dengan orang-orang yang tidak seiman dengan mereka bahkan mengharamkan untuk mengucapkan selamat perayaan hari-hari tertentu kepada orang-orang yang berbeda agama. 

Tidak jelas rujukan apa yang digunakan oleh tokoh agama tersebut. Sehingga menimbulkan kebingungan di tengah masyarakat yang hidup di tengah kemajemukan.

Padahal sebagai makhluk sosial kita wajib menjalin hubungan sosial dengan orang lain. Bukankah Tuhan pun menciptakan alam semesta ini dengan berbagai perbedaan? Mengapa kita harus mengingkarinya bahkan melawan hukum alam?

Baru saja kita semua diberikan cobaan dengan pandemi Covid-19. Selama dua tahun hidup kita terkurung dalam kekhawatiran yang tidak menentu kapan akan berakhir. Bahkan tidak sedikit pula yang mengalami kehilangan anggota keluarganya akibat pandemi tersebut.

Seharusnya peristiwa pandemi ini bisa menyadarkan kita semua akan pentingnya hidup bersosialisasi dengan lingkungan di sekitar kita. Karena kita tidak tahu kapan musibah akan datang dan para tetangga terdekatlah yang mungkin bisa lebih cepat membantu kita.

Selama pandemi tersebut pula kita tidak bisa pergi kemana-mana bahkan untuk pulang mudik bertemu dengan orangtua pun kita tidak bisa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun