Beberapa anak remaja dan orang dewasa yang tidak pernah aku kenal sebelumnya, mereka pagi-pagi sekali sudah duduk-duduk di depan toko di sepanjang komplek ruko tersebut.
"Ma...hati-hati ya dengan orang-orang yang ada di depan toko kita, mereka mencurigakan, agak aneh gelagatnya!" Aku memperingatkan istriku agar ia lebih waspada.
"Mungkin mereka lagi ada kerjaan atau lagi menunggu seseorang," sahut istriku tanpa ada rasa curiga.
Aku pun kemudian tidak memperdulikan mereka lagi dan sibuk mengerjakan tugas-tugas toko termasuk bersih-bersih dan menyusun barang-barang dagangan biar kelihatan rapih.
Selesai bersih-bersih aku pun menghampiri tetangga penjaga toko sebelah untuk mengobrol mengenai kondisi kerusuhan di Jakarta beberapa hari terakhir ini. Katanya kerusuhan kemarin sudah menjalar ke arah Kalideres tak jauh dari perbatasan Kota Tangerang. Tapi kami merasa masih aman-aman saja sehingga belum terpikirkan untuk menutup toko.
Sekitar pukul 10:00 pagi tanggal 14 Mei 1998, tiba-tiba para supir angkot yang melewati jalan di depan toko kami berteriak-teriak memberitahukan kami untuk segera menutup toko karena katanya ada serangan yang akan menjarah toko dan membuat kerusuhan.
"Ayo cepat-cepat tutup tokonya, ada serangan...cepat-cepat keluar!"Â
Teriak para supir angkot sambil membunyikan klakson mobilnya terus menerus.
Dengan tergesa-gesa aku mengajak istriku keluar dari toko dan segera menutup toko tanpa terpikirkan untuk membawa barang-barang perhiasan dan uang simpanan yang masih ada di lemari dan laci di meja toko. Kami pun segera menuju ke sekolah dengan mengendarai sepeda motor untuk menjemput anak-anak kami yang masih ada di sekolah.
Sesampainya di rumah sekolah sudah mulai tampak ketegangan dan kepanikan para orang tua murid mencari anak-anaknya di ruang kelasnya masing-masing. Dibantu dengan para guru dan petugas di sekolah akhirnya kami pun menemukan anak kecil kami yang bernama Yockie sementara anak yang paling besar bernama Ardy belum ditemukan karena kelas sedang waktu beristirahat pada saat itu. Mencari kesana kemari akhirnya kami pun menemukannya di sudut ruangan perpustakaan sedang bermain bersama teman-temannya.
Segera kami ajak pulang setelah berpamitan dengan wali kelasnya. Kami tidak lagi pulang ke ruko tapi langsung menuju ke rumah kosong kami yang terletak di dalam komplek perumahan karena aku pikir pasti lebih aman di sana daripada di ruko apalagi berdekatan dengan rumah saudara yang juga tinggal di sana.