Bullet Train melesat meninggalkan West Kowloon Station di Hong Kong melintasi Kota Shenzhen menuju Kota Guangzhou di daratan Tiongkok.Â
Kecepatan kereta yang begitu cepat sekitar 350 km/jam terasa melayang seperti sedang berada di sebuah kursi pesawat terbang. Tidak terasa adanya goncangan ataupun suara berisik karena kereta cepat ini digerakkan dengan sistem Maglev (magnetic levitation).
Dari jendela kereta nampak berkelebatan gedung-gedung perkantoran dan apartemen, bangunan pabrik kemudian silih berganti dengan pemandangan sungai dan sesekali masuk ke dalam terowongan yang gelap yang bergerak begitu cepat.
Aku duduk bersebelahan dengan istriku, Sherly. Dia duduk di kursi dekat jendela sambil menopang wajahnya dengan tangan kanannya. Tatapan matanya menghunjam ke depan tanpa berkedip. Ada guratan senyum di wajahnya yang terlihat tenang dan seperti sedang menikmati perjalanan dengan rasa bahagia. Aku tidak tahu apa yang sedang ia pikirkan.
Aku menoleh ke arah jam tangan yang kukenakan. Jarum jam menunjukkan pukul 10:15 hampir memasuki waktu siang hari. Kereta terus melaju sesekali berhenti di beberapa stasiun untuk menurunkan dan menaikkan penumpang lainnya.
"Mau minum?" tawarku memecah keheningan sambil menyodorkan sebotol air mineral yang aku keluarkan dari dalam tas selempangku.
Dia mengambilnya kemudian menuangkan ke dalam mulutnya beberapa kali tegukan. Setelah itu kembali dalam suasana keheningan. Masing-masing menikmati pemandangan yang dilewati dari samping jendela kereta.
Hari Kamis tanggal 14 Mei 2018. Aku sedikit menghela nafas. Cuaca tampak cerah terlihat dari jendela kereta. Pada pertengahan bulan Mei memang biasanya sudah mulai memasuki musim panas di Tiongkok walaupun temperatur masih tergolong sejuk.
Tanpa sengaja aku kembali teringat dengan kejadian yang menimpa keluarga kami 20 tahun yang silam. Tepat kejadiannya pada tanggal yang sama yaitu tanggal 14 Mei di tahun 1998.
Siapa yang tidak ingat dengan kejadian tersebut, apalagi kami yang menjadi korbannya secara langsung. Kerusuhan massal...Iya kerusuhan Mei 1998.