Xin Nian Kuai Le yang berarti Tahun Baru Imlek sudah tiba. Begitulah setiap tahunnya selalu diucapkan oleh orang-orang keturunan Tionghoa untuk menyambut Tahun Baru Imlek dengan penuh suka cita.
Pada tahun ini, Tahun Baru Imlek jatuh pada hari Selasa bertepatan dengan tanggal 1 Februari 2022. Di mana pada tahun ini perayaan Imlek sudah memasuki tahun yang ke-2573 dalam perhitungan Tahun Lunar atau Kongzili.
Tidak ketinggalan dengan masyarakat keturunan Tionghoa yang tinggal di Pulau Bangka khususnya di Kota Sungailiat yang merupakan Ibu kota Kabupaten Bangka. Mereka pun sudah bersiap menyambut Tahun Baru Imlek dengan meriah.
Memasuki pusat kota Sungailiat, kemeriahan tersebut sudah nampak di mana-mana. Gantungan lampion-lampion yang didominasi warna merah menghiasi jalan-jalan seperti di Jalan S Parman dan di Jalan Muhidin.
Demikian pula dengan toko-toko yang menjual pernak-pernik hiasan Imlek terlihat sangat semarak dengan warna merahnya. Seperti yang terlihat di toko dekat simpang 4 Jalan Muhidin.
Tak ketinggalan dengan toko-toko yang menjual aneka oleh-oleh khas Bangka seperti amplang, kretek, kue-kue kering seperti kue rintak, kue semprong, kue satu, kue keranjang atau kue “thiam pan” yang biasanya sangat ramai diserbu oleh masyarakat Tionghoa untuk melengkapi hidangan perayaan Imlek di rumahnya.
Sementara di pusat-pusat perbelanjaan seperti di Supermarket Puncak yang terletak di depan Taman Kota Sungailiat juga sangat meriah dengan pajangan pakaian-pakaian Imlek seperti cheongsam khas Cina baik untuk wanita, pria maupun untuk anak-anak.
Lagu-lagu Imlek pun berkumandang melalui speaker yang dipasang di setiap sudutnya seperti lagu He Xin Nian, Gong xi gong xi dan lain-lain. Suasana serasa seperti di negeri Tirai Bambu atau kawasan Pecinan pada umumnya.
Sama halnya seperti Kota Singkawang di Kalimantan Barat, Kota Sungailiat pun sebagian besar dihuni oleh masyarakat keturunan Tionghoa khususnya yang tinggal di pusat perkotaan maupun di beberapa kampung yang tidak jauh dari pusat kota seperti Kampung Kuday, Kampung Rebo, Kampung Jeliti dan lain-lainnya.
Sebagian besar mereka berprofesi sebagai pedagang. Mulai dari pedagang ikan di pasar, martabak, bakmi hingga toko-toko pakaian dan elektronik.
Di samping itu ada juga yang menjadi petani dan petambang timah apalagi di tengah melambungnya harga kelapa sawit, lada dan harga bijih timah saat ini.
Kehidupan di Bangka khususnya di Kota Sungailiat ini sangat kondusif. Sikap toleransi antar umat beragama, maupun suku-suku yang ada di sini sangat harmonis. Mereka sangat menjunjung tinggi kebersamaan dan saling membantu serta saling menghargai satu sama lainnya.
Mayoritas penduduk Pulau Bangka dihuni oleh suku Melayu dan suku Tionghoa atau suku Hakka/Khek. Dari dulu mereka selalu hidup berdampingan.
Ada istilah dalam bahasa Khek yang sangat populer di sana yaitu “thong ngin fan ngin jit jong” yang berarti “orang Tionghoa maupun orang Melayu semuanya sama saja”.
Artinya mereka tidak saling membeda-bedakan satu sama lain, inilah fakta kearifan lokal yang masih bertahan hingga saat ini yang mungkin tidak dijumpai di daerah-daerah lainnya.
Tahun Baru Imlek di tahun 2022 ini bertepatan dengan Shio Macan Air. Bagi masyarakat keturunan Tionghoa biasanya Shio selalu dikaitkan dengan peruntungan hidup, baik untuk perhitungan hari dalam memulai suatu usaha, perkawinan hingga membangun rumah.
Ada peruntungan baik dan ada pula peruntungan yang kurang baik yang tentunya harus dihindari atau harus dijalani dengan penuh kehati-hatian. Begitulah masyarakat Tionghoa memaknai hidup ini tahun demi tahun.
Tahun Macan Air memiliki makna keberanian sesuai dengan shio hewan macan yang memiliki sifat Pemberani. Artinya walaupun di tengah kondisi yang tidak menentu atau bahkan di tengah kondisi yang sangat sulit pun seperti pada masa-masa pandemi ini, kita diharuskan untuk selalu tetap memiliki keberanian untuk mengambil keputusan walaupun penuh dengan resiko sekalipun.
Tentu saja sebelum mengambil sebuah keputusan terlebih dahulu harus diperhitungkan untung ruginya dan biasanya masyarakat Tionghoa sudah memahami itu.
Di kehidupan masyarakat Tionghoa banyak mengenal filosofi-filosofi tentang hidup khusunya hubungan sosial dengan orang lain.
Hal ini bisa ditemukan di berbagai literatur Cina seperti buku ramalan atau Thung Su, buku-buku filsafat Cina kuno seperti yang tertuang dalam ajaran Kongfusius, Lao Tse hingga buku Strategi Perang Sun Tsu yang banyak memuat falsafah tentang kehidupan.
Biasanya orang-orang Tionghoa sudah banyak yang memahaminya mulai dari usia muda yang diajarkan dan dipraktikkan oleh orangtuanya maupun orang-orang yang tinggal di lingkungan terdekatnya. Atau setelah dewasa mereka akan mencari tahu mengenai asal-usul dan hal-hal yang harus dilakukan maupun yang tidak boleh dilakukannya.
Kembali kepada kehidupan masyarakat Tionghoa yang tinggal di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ini. Dulunya nenek moyang mereka berasal dari daratan Cina yaitu dari suku Hakka datang ke Indonesia khususnya di Kepulauan Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat dan sekitarnya sejak ratusan tahun yang silam untuk bekerja di tambang-tambang timah karena mereka memang memiliki keahlian bekerja di pertambangan di samping itu mereka juga memiliki keuletan dan keberanian.
Orang-orang Hakka tersebut di Pulau Bangka dinamai dengan sebutan orang “Sing Khek” yang saat ini sudah tidak ada lagi hanya tinggal keturunannya saja baik yang masih 100% Tionghoa asli maupun yang sudah berasimilasi dengan suku Melayu.
Beberapa hari menjelang perayaan Tahun Baru Imlek Tahun 2022 ini, Kota Sungailiat sudah mulai tampak ramai. Masyarakat Tionghoa Bangka yang dikenal sebagai orang-orang perantau di kota-kota besar seperti di Jakarta, Palembang, Lampung sudah kembali ke kampung halamannya untuk merayakan Tahun Imlek Bersama keluarga besarnya di Bangka.
Apalagi sejak dibangunnya jalan tol dari Pelabuhan Bakauheni menuju Pelabuhan Tanjung Api-Api di Palembang untuk selanjutnya menyeberangi ke Pulau Bangka, maka semakin mempermudah dan mempersingkat waktu tempuh perjalanan darat dengan kendaraan roda empat dari Jakarta menuju Bangka.
Demikian pula dengan penerbangan melalui moda transpostasi udara dari Bandara Soekarno Hatta menuju Bandara Depati Amir Pangkal Pinang semakin dipermudah dengan penambahan jadwal penerbangan dan persyaratan test antigen yang dulunya pada puncak pandemi yang lalu sempat diberlakukan PPKM level 3 dan 4 yang mengharuskan para penumpangan pesawat harus melakukan test PCR terlebih dahulu sebelum terbang bahkan hingga penutupan penerbangan.
Selamat merayakan Tahun Baru Imlek 2022, Xin Nian Kuai Le…Gong Xi Fa Cai…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H