Sebagian besar mereka berprofesi sebagai pedagang. Mulai dari pedagang ikan di pasar, martabak, bakmi hingga toko-toko pakaian dan elektronik.
Di samping itu ada juga yang menjadi petani dan petambang timah apalagi di tengah melambungnya harga kelapa sawit, lada dan harga bijih timah saat ini.
Kehidupan di Bangka khususnya di Kota Sungailiat ini sangat kondusif. Sikap toleransi antar umat beragama, maupun suku-suku yang ada di sini sangat harmonis. Mereka sangat menjunjung tinggi kebersamaan dan saling membantu serta saling menghargai satu sama lainnya.
Mayoritas penduduk Pulau Bangka dihuni oleh suku Melayu dan suku Tionghoa atau suku Hakka/Khek. Dari dulu mereka selalu hidup berdampingan.
Ada istilah dalam bahasa Khek yang sangat populer di sana yaitu “thong ngin fan ngin jit jong” yang berarti “orang Tionghoa maupun orang Melayu semuanya sama saja”.
Artinya mereka tidak saling membeda-bedakan satu sama lain, inilah fakta kearifan lokal yang masih bertahan hingga saat ini yang mungkin tidak dijumpai di daerah-daerah lainnya.
Tahun Baru Imlek di tahun 2022 ini bertepatan dengan Shio Macan Air. Bagi masyarakat keturunan Tionghoa biasanya Shio selalu dikaitkan dengan peruntungan hidup, baik untuk perhitungan hari dalam memulai suatu usaha, perkawinan hingga membangun rumah.
Ada peruntungan baik dan ada pula peruntungan yang kurang baik yang tentunya harus dihindari atau harus dijalani dengan penuh kehati-hatian. Begitulah masyarakat Tionghoa memaknai hidup ini tahun demi tahun.
Tahun Macan Air memiliki makna keberanian sesuai dengan shio hewan macan yang memiliki sifat Pemberani. Artinya walaupun di tengah kondisi yang tidak menentu atau bahkan di tengah kondisi yang sangat sulit pun seperti pada masa-masa pandemi ini, kita diharuskan untuk selalu tetap memiliki keberanian untuk mengambil keputusan walaupun penuh dengan resiko sekalipun.
Tentu saja sebelum mengambil sebuah keputusan terlebih dahulu harus diperhitungkan untung ruginya dan biasanya masyarakat Tionghoa sudah memahami itu.