Di rumah-rumah orang Tionghoa menjelang perayaan Imlek biasanya sudah terpasang gantungan lampion-lampion merah di depan rumahnya, lampion tersebut biasanya dipasang dengan lampu di dalamnya.
Tujuan pemasangan lampion selain sebagai hiasan di rumahnya, juga memiliki makna sebagai penerang jalan selama perjalanan hidup dalam tahun-tahun ke depan.
Bahkan di atas jalan-jalan kota yang mayoritas dihuni oleh masyarakat keturunan Tionghoa seperti di Kota Singkawang misalnya, lampion-lampion ini digantung cukup banyak di sepanjang jalan. Dan pada malam hari akan nampak pemandangan lampu-lampu lampion yang sangat indah. Kumpulan lampion-lampion ini memberi simbol sebagai persatuan dan kebersamaan.
6. Hiasan Bunga Mei Hwa
Bunga Mei Hwa yang berwarna merah muda biasanya akan mulai bersemi di awal Tahun Baru Imlek, hampir mirip dengan bunga sakura di Jepang yang mulai bersemi pada setiap akhir bulan Maret hingga bulan April.
Nah, karena bunga Mei Hwa ini hanya bersemi pada musim semi maka bunga Mei Hwa ini dijadikan sebagai penanda dimulainya festival musim semi dan akan berakhir pada hari ke-15 setelah Tahun Baru Imlek. Atau biasanya disebut sebagai hari “Cap Go Meh” yang menjadi penutup rangkaian festival musim semi.
Di Indonesia, karena tidak memiliki musim yang sama dengan di daratan Tiongkok maka hiasan pohon Mei Hwa diganti dengan pohon bunga Mei Hwa palsu yang terbuat dari plastik tetapi kelihatannya cukup menarik apalagi di pohon Mei Hwa tersebut digantung dengan banyak angpao dan pernak-pernik Imlek yang sangat menarik untuk dilihat.
7. Pertunjukan Tarian Barongsai
Pertunjukan tarian Barongsai dimainkan oleh beberapa orang yang memakai kostum mirip singa dengan diiringi oleh tetabuhan untuk menyelaraskan setiap gerakan-gerakan yang dilakukan oleh penari barongsai tersebut.
Para pemain tarian barongsai ini harus memiliki keahlian semacam kungfu karena harus meloncat dari tiang yang satu ke tiang lainnya yang cukup tinggi sehingga jika tidak berhati-hati bisa menyebabkan mereka terjatuh dan menimbulkan cidera.