Mohon tunggu...
Iffah Ainur Rochmah
Iffah Ainur Rochmah Mohon Tunggu... -

Saya Iffah Ainur Rochmah, Ibu, Pendidik dan Pengemban Dakwah. Islam, Politik, Perempuan&Keluarga adalah interest diskusi saya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Fakta Yerusalem/Al Quds yang Harus Diketahui

11 Desember 2017   11:32 Diperbarui: 11 Desember 2017   11:48 19694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Yerusalem atau  dalam bahasa Arab dikenal dengan Al Quds  adalah kota  penuh sejarah bagi umat Islam. Sejumlah nabi dan rasul di turunkan di sana.  Al Quds adalah kota suci ketiga setelah Makkah dan Madinah.

 Di kota ini terdapat Masjid Al Aqsha, tempat mu'jizat Rasulullah terjadi. Yakni tempat terjadinya Isra Mi'raj. Masjid Al Aqsha adalah satu dari tiga masjid yang memiliki keutamaan untuk melakukan safar menuju ke arahnya dan berpahala besar untuk shalat di dalamnya.

: , ,

"Tidak boleh melakukan perjalanan jauh (safar untuk mengejar pahala ibadah) kecuali menuju tiga masjid: Al-Masjid al-Haram, Masjid Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, dan Masjid Al-Aqsha." (Muttafaq 'Alaih)

Beberapa fakta berikut layak diketahui bersama:

1, Kiblat Pertama Umat Islam

Masjid Al-Aqsa ini juga merupakan kiblat pertama umat  untuk menunaikan shalat, bahkan hingga 16-17 bulan setelah hijrahnya rasulullah ke Madinah di tahun 624M. Dikutip dari Ensiklopedia Sirah Nabi Muhammad SAW, bahwa disebut aqsha (terjauh) karena jauhnya jarak antara Masjidil Aqsha dengan Masjidil Haram. Bagi umat Islam, Masjidil Aqsha adalah masjid yang dimulaikan untuk diziarahi. Allah SWT menyebut Masjidil Aqsha sebagai tempat yang sekelilingnya diberkahi.

"Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami... (QS. al-Isra: 1)

2. Diperjuangkan oleh Umat Islam

Umat Islam menguasai Al-Quds pada tahun 637 M, di masa pemerintahan  Khalifah Umar ibnu al-Khaththab. Sebelum menguasai Al Quds umat Islam telah menunjukkan kekuatan iman, ketangguhan militer dan kegemilangan strateginya dalam perang fenomenan Perang Yarmuk melawan ratusan ribu tentara Romawi. Kemenangan perang Yarmuk membawa pasukan Islam ke depan gerbang Al Quds. Setelah pengepungan selama 6 bulan, Patriach Sophoronius pemimpin gereja Kristen menyerahkan  sendiri kunci kota Al Quds kepada khalifah Umar dengan jaminan perlindungan sebagaimana termuat dalam 'uhdah Umairiyah'.

Sejak ditaklukkan oleh umat Islam, masjid Al Aqsha menjadi perhatian para khalifah.  al-Walid bin Abdil Malik Khalifah dari Bani Umayah  melakukan pemugaran masjid Al Aqsha pada tahun 72 Hijriah.

Pada tahun 1099 Masehi, Pasukan Salib menyerbu kota al-Quds, mengepung, mendudukinya, serta membantai laki-laki, perempuan, dan anak-anak. Panglima Salib Raymonf memasuki pelataran Masjidil Aqsha di antara mayat-mayat yang berserakan dan darah yang mengalir. Al Quds jatuh di bawah pendudukan Tentara Salib selama hampir 90 tahun.  Atas izin Allah,  Shalahuddin al-Ayyubi membawa kemenangan besar dengan pembebasan Masjid Al-Aqsha  pada tanggal 27 Rajab 583 H./ 2 Oktober 1187 M. Bulan Rajab adalah bulan kemenangan dalam pembebasan Masjid Al-Aqsha. Kemenangan pertama pada peristiwa isra', kemudian Umar menaklukkannya setelah enam belas tahun, dan Shalahuddin membebaskannya dari tentara salib pada bulan yang sama.

3. Akan Kembali Dibebaskan oleh Umat Islam

Menyadarkan umat Islam pada posisi Al Quds sebagai kemuliaan Islam akan menghasilkan kekuatan baru yang mampu membebaskan kembali Palestina. Apalagi bila menengok sejarah kekuatan umat Islam dalam menjalankan tanggung jawab agamanya dan keindahan ukhuwah islamiyah yang sudah berulang ditunjukkan dalam sejarah ketika malapetaka menimpa sebagian umat Islam. Kesadaran itulah yang harus segera kita wujudkan bersama.

Sejak awal,  pendudukan  Palestina oleh kaum Zionis Israel telah sangat nyata  menunjukkan sejauhmana keterlibatan, dukungan dan rancangan negara-negara Eropa dan AS di dalamnya. 

- 2 November 1917 Menlu Inggris Arthur Balfour menegaskan dukungan resmi pemerintah Inggris untuk pendirian negara bagi orang-orang Yahudi di tanah Palestina yang ada dalam wilayah khilafah Utsmani. Ini sebagaimana surat Balfour pada Rothschild pemimpin komunitas Yahudi. Surat berisi 67 kata itu kemudian fenomenal dikenal sebagai Deklarasi Balfour.  Lebih gamblang  bisa dilihat dalam buku karya Jonathan Schneer  The Balfour Declaration: The Origins of the Arab-Israeli Conflict.  Hingga hari ini posisi Inggris tidak berubah. Meski mendapat banyak kecaman, Theresa May malah merayakan 100 tahun Deklarasi Balfour dengan mengundang makan malam PM Israel Netanyahu.

- 14 Mei 1948 negara Zionis Israel pun berdiri, dengan dukungan penuh AS. sebelumnya PBB sudah membuka jalan dengan membagi Palestina menjadi dua wilayah (29/11/1947). Berdasarkan pembagian dari PBB, orang-orang Yahudi menguasai lebih dari separuh wilayah Palestina, meski jumlahnya mereka hanya setengah dari jumlah penduduk Palestina. Ratusan ribu penduduk Palestina terusir.

- 5- 10 Juni 1967, dikenal dengan perang 6 hari ,  Israel mencaplok wilayah Palestina yang tersisa. Wilayah itu mencakup Tepi Barat, Yerussalem bagian timur, Jalur Gaza, juga Dataran Tinggi Golan di Suriah dan Semenanjung Sinai di Mesir.  Perang abal-abal Arab-Israel ini juga nyata didukung penuh oleh AS.

Sumber: tirto.id
Sumber: tirto.id
- Puluhan tahun berikutnya hingga saat ini, Zionis Israel menduduki tanah, merampok harta, membantai dan merenggut kehormatan umat Islam. Sayangnya, semua tindakan brutal Israel  mendapat sokongan atau setidaknya dibiarkan tanpa respon berarti oleh lembaga dunia dan negara-negara besar khususnya AS. Bahkan dunia melihat banyak bukti bahkwa Israel menikmati kekebalan luar biasa atas kejahatannya.

Nur Arafeh, analis Al Shabaka yang menjadi lembaga think-tank Palestina, berkata pada Al Jazeera, "Saya tidak melihat kemungkinan Israel menarik diri dari wilayah-wilayah pendudukan dan mengakhiri usaha pemukim-kolonialnya, selama ia menikmati budaya impunitas dan tidak pernah diperhitungkan oleh masyarakat internasional untuk beragam kasus pelanggaran hukum internasional dan hak asasi manusia"

Semua kegagalan untuk menghentikan kejahatan Israel dan mengusirnya dari wilayah pendudukan berporos pada lemahnya kekuatan dunia Islam. Tidak ada persatuan yang menghadirkan komando tunggal dalam menyikapi setiap tindakan Israel. Juga tidak mampu terkumpul sumberdaya dunia Islam  yang memadai baik berupa strategi unggul, senjata setara dan pasukan sebanding dengan kekuatan musuh. Umat Islam perlu satu kepemimpinan politik untuk mewujudkan semua itu.

Lebih buruk lagi,  pemimpin dari dunia Islam dan faksi-faksi di Palestina sendiri masih menggantungkan harapan pada solusi semu yang ditawarkan PBB dan dunia Barat. Perlu segera disadari bahwa semua tawaran solusi itu hanya ilusi yang mematikan harapan umat Islam untuk mengembalikan kedudukan Palestina  sebagaimana seharusnya.

Di sinilah urgensi kehadiran kembali khilafah Islamiyah. Hanya seorang khalifah yang mampu menyerukan jihad untuk membebaskan  seluruh Palestina dan memobilisir sumberdaya dunia islam berikut 1,6 milyar penduduknya dengan keunggulan tsaqafah, ilmu dan kepakarannya. Juga mendayagunakan limpahan kekayaan sumberdaya alamnya. Ingatlah, bagaimana khalifah di masa lalu -sekalipun dalam kedudukan lemah- mampu tegas  menolak  niatan yahudi untuk membeli tanah Palestina.

Tanah itu bukan milikku, tetapi milik ummatku

(Khalifah Abdul Hamid II, 1897)

Nasihati Dr. Hertzl supaya jangan meneruskan rencananya.

Aku tidak akan melepaskan walaupun segenggam tanah ini (Palestina),

karena ia bukan milikku. Tanah itu adalah hak umat Islam.

Umat Islam telah berjihad demi kepentingan tanah ini

dan mereka telah menyiraminya dengan darah mereka.

Yahudi silakan menyimpan harta mereka.

Jika Daulah Khilafah Utsmaniyah dimusnahkan pada suatu hari,

maka mereka boleh mengambil Palestina tanpa membayar harganya.

Akan tetapi, sementara aku masih hidup, aku lebih rela menusukkan pedang ke tubuhku

daripada melihat Tanah Palestina dikhianati dan dipisahkan dari Daulah Islamiyah.

Perpisahan adalah sesuatu yang tidak akan terjadi.

Aku tidak akan memulai pemisahan tubuh kami selagi kami masih hidup

(Khalifah Abdul Hamid II, 1902)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun