***
Aku berlari sekuatnya, seakan melarikan diri dari masa lalu, keluguan, dan dirinya. Aku sadar, bahwa kami pernah bercinta. Aku pun tahu, ia pernah ingin memilikiku, dan sepertinya aku pun sama. Namun akhirnya kami tak saling memiliki. Beberapa sahabat kerap bertanya padaku,
"Apakah kau akan mengingatnya, If?"
"Ya, aku akan selalu mengingatnya, aku tidak akan melupakannya. Sebab ia satu-satunya perempuan yang tidak dapat kulupakan." jawabku.
Jika saja ada sebuah portal dengan daya magnet yang dahsyat, yang dapat menarikku ke sebuah dimensi, dimana dapat kuulang kembali semua lampau bersamanya, maka akan kubiarkan jasadku masuk ke dalam dimensi itu. Ya, sudah pasti akan kuperbaiki semua kesalahanku.
***
Bagiku takdir bukanlah sebuah perencanaan yang tersusun rapih seperti sebuah rundown dalam sebuah acara. Takdir tak juga dikelola oleh kepekaan otak, sebab takdir terjadi begitu saja. Tapi yang harus diingat, takdir mempunyai pemilik.
Sekarang, di tengah taman bunganya, Ros tersenyum, menari berputar-putar bersama sebayang wajah yang dirawatnya. Ia tak pernah merasa bosan melakukan hal itu berulang kali, sebab hal itu telah menjadi rutinitasnya di bulan Juni. Baginya, Juni adalah sebuah kenang yang enggan dihapusnya, sebab lampau ia pernah mengenalku.
Sekali lagi aku menelusup ke pekat putih tepi matanya, kulihat bebulir air rindu tertahan. Â Seandainya aku dapat lebih menjaga hatinya, mungkin aku akan tahu seberapa jauh ia ingin memilikiku. [ ]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H