Mohon tunggu...
Ifan Reynaldi Yz.
Ifan Reynaldi Yz. Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa yang saat ini tengah menimba program studi Sastra Inggris. Instagram: @ifanreynaldyuza

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Batam: Antara Aku, Dan, Atau Kota ini yang Ambigu

19 Juni 2024   07:06 Diperbarui: 19 Juni 2024   07:20 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah terus mengitari rak-rak buku, melebihi orang haji saat tawaf, akhirnya dua buku mendarat di penggalan tangan. Sekuntum Novel dan seribah buku yang bertajuk "Catatan-Catatan Dasar Jurnalisme" yang akan ku kawini menjadi hak milik. Harga-harga bukunya tak usah lah dihiraukan. Yang jelas, Tower of Pisa akan kalah miring dengan harga-harga buku disini.

Setelah berkoalisi dengan mang Anton tentang harga buku-buku tadi, jam-jam berikutnya hanya kuhabiskan dengan jongkok di depan ruko, mengepul sebatang filter, sembari melontarkan pertanyaan-pertanyaan dari aspirasi yang masih buntu akan sastra kepada si owner petakan literasi ini; mang Anton yang tengah menyeruput kopi dengan selapik buku di pangkuannya. Merabah percekcokan berlapis humor hingga adzan Maghrib berkumandang, dan akhirnya kujelaskan kepadanya bahwa akan menunai pulang.

3. Melansir dan Berkenalan di Sudut-Sudut Trotoar Batam

Hal yang tak bisa kau elak jika melapak di dasar pinggir trotoar-trotoar Batam ialah prosa-prosa yang bertema sama: Anak-anak kitchen yang menggerogoti sengaknya senior mereka disaat orderan menumpuk. Sales-sales yang melipih penat seusai berkeliling untuk memenuhi target bulanan rujuk terhindar dari cocotan supervisor. Para sira yang bergerak di keranjang ritel mengkalkulasi kenapa selalu ada minus barang hilang. Dan buruh-buruh pabrik yang tertegun diam akan jatah cuti nan sulit diakomodir. Disini paras-paras gerutu yang menyelimuti lanskap akan membuatmu terdiam jika ada makhluk baru yang menyatakan bahwa ia jua akan mendaratkan rupa buruknya di Batam. 

Di kota yang terlabel sebagai rival singa putih Merlion Park, singa itu silahkan disabung dengan dua cogok rusa emas di Sekupang. Julukkan saja kota musik dengan pokok destinasi utama di alun alun Engku Putri yang setiap malam digelorakan konser knalpot bronk. Ataupun SP Batu Aji sebagai teritori yang menjadi tulang punggung penggerak ekonomi jagat raya. Terdengar di luaran kulit memang indah, seindah motor yang baru keluar doorsmeer dibawa mengelilingi pasar Jodoh.

Maksudku, jika ingin melihat batam dibalik mawar, pergilah ke Sadai di saat terik panas 12 siang. Disana ada Ibnu Hadi yang tengah mengadu nasib kepada bandar, sembari melepas lelah. Gumpalan tubuhnya diembani kemeja kotak-kotak. Tanyakan padanya, bagaimana cara mengkalkulasi serat UMK Batam untuk mempersiapkan pesta kawinan. Lalu lanjut pergilah melipis ke Tiban Indah. Disana ada pak Eddy Pasaribu, "D nya dua!" tegasnya. Nanti ia takkan lelah menjelaskan kepadamu tentang bagaimana santun bersuku-kata, hal yang menurutnya telah tak berakar lagi di generasi sekarang, dan jua tumpahan falsafah hidup dari sudut pandangnya sebagai mantan perwira yang saat ini berkalung vape dan kopiah haji. Terakhir, ditengah jalan pulang, singgah dan sapa mang Anton di Tobukas distrik Nagoya. Tanya, siapa itu Dan Brown dan kenapa pengembala domba bisa dibuat kebakaran jenggot hanya karna korekkan sekertas Novel.

Di belahan laut sana mereka boleh saja berkumandang akan "jangan jatuh cinta di bandung dan jogja," tapi sekiranya; janganlah kau salah menaruh hati di Batam. Karena rasa itu kelak akan kuyup bersamaan dengan hujan (lokal) yang tak tahu ujung pangkalnya. Bisa juga, kau benar beruntung, disua kan dengan jiwa sepi yang juga butuh sandaran. Atau bisa saja, bermusyawarah gencatan di awal, bahwa rentetan ucapan hubungan kedepan hanyalah omong kosong sekadar impresi baik di depan publik. Tapi tetap, jangan lupa membawa jas hujan, jangan terpana akan kecerahan cakrawala Tembesi, karena tak ada yang tahu, sekiranya nanti setiba di Panbil, Dewa Hujan tengah sibuk merabah mendung. Atau sekian teriknya Tanjung Uncang disaat komune Bengkong Laut menggigil dingin.

4. Mungkin, Tidak, Kota ini Tidak Ambigu

Salah jika ku tafsirkan jikalau kota ini yang ambigu. Rabu, 29 Mei 2024, Sebuah acara yang bertajuk "Sosialisasi dan Silaturahmi Wali Kota Batam kepada Pemuda Kota Batam menuju Indonesia Emas Tahun 2045" di gedung Wali Kota, yang dihadiri ratusan pemuda termasuk siswa dan mahasiswa seantero Kota Batam. H. Jefridin Hamid selaku Sekdako, menekankan bahwa pembangunan infrastruktur akan menjadi fokus utama Kota Batam kedepannya. Karena Batam tersudut di lokasi yang strategis, selangkah dari negeri jiran dan sejengkal dari Singapura.

H. Jefridin Hamid mengaminkan kelak para investor sekiranya bisa lebih membuka kelopak mata untuk menanamkan modal investasi di sini. Ia juga menegaskan Batam adalah tulang punggung provinsi Kepulauan Riau, mengartikan segala aspek kodrat baik dan buruk yang terjadi di Batam, se-Kepulauan Riau juga akan merasakan dampaknya. Pak Hamid juga menyinggung indeks manusia masuk-keluar Batam dari tahun ke tahun yang semakin meningkat. Sebagai contoh, jika seorang kakak perantauan Batam pergi pulang menyapa kampung halaman, ketika ia akan balik kesini lagi, kemungkinan besar dirinya akan menggandeng umat baru untuk menetap dan ikut berkecimpung akan mimpi disini, entah itu seorang adik, sanak sepupu, ataupun seorang pacar. Pak Hamid selaku Sekdako berharap ia bisa memberi dukungan dan fasilitas yang maksimal untuk menampung doa-doa mereka yang ingin coba menggantungkan nasibnya di Batam. Kening bapak ini ikut mengkerut karena secara bersamaan ada realita yang tak bisa terelakkan, bahwa angka pengangguran di Kota Batam juga kian terus bergejolak naik.

Di akhir pidato, pak Hamid tak lupa menjabarkan bentuk nyata keberhasilan Kota Batam akan ambisinya. Tentang jalan-jalan yang telah membentang seluas langit. Tentang proyek terbaru fly over Sei Ladi yang diperkirakan akan rampung di akhir tahun. Dan tentang pertumbuhan ekonomi Batam pada tahun 2023 yang mencapai angka 7,04 persen. Angka ini membokongi pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya 5,05 persen. Namun pak Hamid tak menyinggung tentang arus pendidikan di kota ini, terkhusus di awang-awang tingkat perguruan tinggi. Mungkin jika dilihat dari keadaan saat itu ada baiknya tak dibahas, karena hal ini akan mendapatkan banyak sangkalan yang merusak mood, dan melihat jarum jam yang tengah berputar di sisi dinding, ia bak berbisik bahwa tak cukup waktu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun