Mohon tunggu...
Ifandi Khainur Rahim
Ifandi Khainur Rahim Mohon Tunggu... -

ex-Ketua BEM Fakultas Psikologi UI 2018. Hobinya menulis dan bikin video. Tulisannya random kalo di Kompasiana. Lebih lanjutnya, silahkan kunjungi https://www.ifandikhainurrahim.com/ atau cek channel Youtube saya http://youtube.com/c/SatuPersenOfficial

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Open Data: Sedikit Mimpi untuk Psitasi dan Indonesia #Compfest9

9 September 2017   12:29 Diperbarui: 9 September 2017   12:50 1236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kepada Ifandi Khainur Rahim, perwakilan masyarakat Indonesia (HAHAHAH), agar maju ke atas panggung"

Saya pun ke atas panggung. Siapa yang sangka, ternyata orang yang tadi memanggil dan menyuruh saya untuk membuka acara adalah Ketua Pelaksana Compfest itu sendiri! Padahal ia sangat ramah, bahkan saya sempat menganggap bahwa dia adalah staf acara. Yang menarik lagi bukan hanya itu, ternyata ada juga Ketua BEM sekaligus dengan Dekan Fasilkom UI yang ikut dipanggil dengan saya agar maju ke atas panggung.

Di atas panggung, saya mendengarkan ketua pelaksana Compfest berorasi sedikit tentang Compfest. Setelah itu saya memegang tangan dekan, Ketua BEM, dan ketua pelaksananya sekaligus untuk menarik tuas yang menandakan dibukanya compfest. Memang gila! Saya ikut membuka acara terbesar BEM Fasilkom UI dengan tiga orang hebat itu . Groginya lebih-lebih dari memegang tangan gebetan untuk pertama kalinya. Setelah dibuka, menggunakan suara ketua pelaksana, confetti pun muncul dan video keren muncul dari belakang layar yang sangat besar. Sungguh keren memang grand launchingacara ini. Pengalaman membuka acara dadakan itu tidak akan saya lupakan sampai tua.

Sayangnya, foto di smartphone saya ketika saya membuka acara tersebut terhapus. Pengalaman ini tentunya hanya akan menjadi memori yang tersimpan di otak saya saja, dan mungkin memori dua orang kakak tingkat saya yang lihat juga kaget ketika saya dipanggil ke depan untuk membuka acara. Saya masih ingat celetukan si kak Andika, si aktivis startup yang duduk di sebelah saya ketika melihat saya maju ke depan "ngapaen lu ke depan!? Wkwkwkwk"yang saya jawab sambil tertawa, "iseng hehe".

Setelah pengalaman seru itu, akhirnya Compfest pun dibuka, dan seminar dimulai. Pemaparan tentang open data akhirnya diinisiasi. Saya pun mendengarkan dengan khidmat.

Saya banyak tercerahkan dari pemaparan seminar tersebut tentang open data. Menurut saya, open data adalah masa depan, dan inovasi yang mesti kita semua gunakan.Sebagai kepala departemen Kajian dan Aksi Strategis sekaligus Koordinator BPPK Nasional yang memang terjun di bidang politik, tentu Open Data harus mulai dicontohkan oleh seluruh lembaga yang ada saat ini, sebab praktiknya selaras dengan prinsip good governance. Apalagi aspek yang ditonjolkan dari Open Data dan Good Governance adalah transparansi publik, yang tentunya dari sana akan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam membangun lingkungannya.

Hal yang pertama terpikirkan oleh saya adalah terkait bank data yang bisa diakses oleh semua orang. Besoknya saya pun langsung menceritakan ide saya kepada mbak Nunuk, dosen penelitian saya yang mantan aktivis di BEM yang sekarang masih aktif membantu kegiatan kemahasiswaan mahasiswa dan mbak Keyka, dosen muda yang menurut saya cantiknya betul-betul gak nahan.

Saya bilang, "Mbak, gimana kalau misalkan penelitian ini kita buku-kan? Kita masukkan ke sebuah bank data online yang bisa diberdayakan oleh masyarakat". Setelah dipikir-pikir dan ditanyakan pada dosen mata kuliah saya, ternyata mereka bilang bahwa memang belum pernah ada angkatan di F. Psi UI yang menghasilkan buku penelitiannya sendiri. Padahal, kalau dihitung, mungkin sudah lebih dari hitungan jari kita meneliti di Fakultas Psikologi UI ini. Dan penelitiannya, seperti yang saya bilang di atas, itu high quality,. Ya, mayoritas penelitian di UI, tentu berkualitas tinggi.

Sayangnya, justru yang muncul di search engine mainstream seperti google (no offense), malah penelitian-penelitian abal-abal. Yang bisa jadi tidak jelas metode, partisipan, dan banyak hal lainnya, bahkan banyak sekali plagiarisme yang terjadi. Pertanyaannya, ke mana Universitas Indonesia yang katanya world class university? Ke mana Fakultas Psikologi UI yang katanya fakultas riset? Tidak tahu, yang jelas, salah satu dosen di fakultas saya pun mengeluhkan hal ini, khususnya tentang aksesibilitas ilmu pengetahuan yang diciptakan UI oleh dunia luar. Saya pun baru sadar bahwa ternyata pengetahuan berkualitas tinggi yang kita ciptakan masih eksklusif, tidak bisa diakses, dan tidak berkelanjutan.

Setelah dilihat-lihat kembali, pun tidak jarang penelitian dari angkatan yang berbeda satu/dua tahun bisa jadi bertema sama, bahkan dengan konstruk yang diteliti yang hampir mirip. Ini terjadi karena setiap satu angkatan meneliti di mata kuliah yang dijalankan, penelitian tersebut terputus dan tidak diteruskan kembali. Maksudnya, ya sudah, setelah mendapat nilai A dan penelitian berakhir, jarang yang berakhir di meja konferensi.

Hasil dari tugas penelitian biasanya usang disimpan di folder yang tidak pernah kita buka-buka kembali. Bahkan, tidak jarang dalam beberapa waktu hasil tugas yang dilakukan, kalau berupa print out bisa saja dialih fungsikan menjadi wadah gorengan. Sungguh sebuah realita yang cukup menyedihkan bagi kaum akademisi yang seharusnya pengetahuannya bisa dimanfaatkan untuk hal yang lebih baik lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun