Ada berbagai strategi untuk memerangi terorisme (Astuti 2008):Â
A. Strategi tersebut mengutamakan bukti nyata, dengan fokus pada penggunaan bukti yang menunjukkan konsekuensi negatif dari perilaku teroris untuk meningkatkan kesadaran akan konsekuensi serius dari tindakan tersebut. Lahir pada tahun,
 B. Strategi ini melibatkan pengurangan dan penerimaan norma-norma baru (pendidikan ulang normatia), yang mengarah pada pemberian dan adaptasi norma-norma baru yang mendorong perilaku baik dan menghindari tindakan yang merugikan orang lain. Strategi yang menekankan perubahan pribadi (usaha koersif) bertujuan untuk memotivasi orang untuk mengubah perilakunya dengan mendorong mereka untuk belajar bahwa merugikan orang lain adalah salah dan tidak dapat diterima.
 Kedisiplinan siswa merupakan cerminan kepatuhan siswa dalam menaati peraturan baik peraturan sekolah maupun di kelas. Kedisiplinan siswa sangat berarti bagi kemajuan siswa dan sekolah. Dengan menaati peraturan dapat mendukung terciptanya kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efisien. Kedisiplinan siswa juga untuk menciptakan pribadi siswa yang kuat, disiplin dan bertanggung jawab.  Menurut Hurlock (2006) Disiplin diperlukan oleh siapa saja dan dimana saja, termasuk bagi para siswa. Disiplin diperlukan oleh para siswa perkembangan pribadi dirinya. Melalui disiplinlah siswa dapat belajar berperilaku dengan baik agar diterima oleh warga sekolah maupun masyarakat.
Namun, pada kenyataannya kedisiplinan siswa ini masih menjadi masalah di kelas. Hal ini terbukti ketika di kelas banyak siswa yang masih belum displin, sehingga kegiatan belajar mengajar terganggu dan tidak efektif. Pelanggaran-pelanggaran siswa ini tentu juga akan berdampak pada prestasi siswa dan juga pembentukan karakter.
Contoh pelanggaran yang dilakukan siswa yaitu:
>Siswa datang terlambat ke sekolah
>Siswa tidak berangkat tanpa ijin
>Siswa tidak membawa buku pelajaran sesuai jadwal
>Siswa kurang kesadaran dalam menjaga ketenangan di kelas
Solusi yang dapat dilakukan untuk menangani masalah kedisiplinan siswa adalah koordinasi antara guru, siswa, dan juga orang tua siswa. Dengan cara ini lebih mempermudah guru memantau siswa di rumah dan menjadi acuan di kelas. Â Selain kerja sama dengan orang tua siswa, harus bisa ditangani oleh guru secara bersama-sama untuk menyelesaikan masalah kedisiplinan. Dengan memiliki tim guru yang satu tujuan maka akan lebih mudah dalam bekerja sama khususnya dalam menanamkan sikap disiplin.
Manajemen kelas yang baik juga dapat mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar. Upaya ini dapat dilakukan oleh guru sebagai tindakan mencegah gangguan yang akan terjadi di kelas. Contoh keterampilan yang harus dimiliki oleh guru adalah tanggap, peka, dan perhatian. Selain itu, tujuan manajemen kelas untuk siswa adalah belajar bertanggung jawab dalam mengontrol tingkah laku dirinya sendiri, menjadi bahan untuk memahami bahwa teguran merupakan sebuah peringatan dan bukan hukuman atau kemarahan dan menciptakan rasa tanggung jawab melalui kegiatan yang dilakukan.
Masalah sosial di sekolahÂ
Dilansir dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, berikut beberapa masalah sosial di sekolah: Tidak mau bekerja sama  atau gotong royong Biasanya anak-anak sekolah yang susah untuk bekerja sama karena mereka memiliki kelompok bermain sendiri atau malas. Hal seperti ini tidak boleh terjadi di sekolah, karena menyebabkan ketimpangan antarsiswa.Â