isu-isu sosial emosional di sekolah dasar,seperti bullying, masalah displin atau interaksi sosial di kelas.
 Bullying merupakan perilaku menyimpampang yang memberikan efek tidak baik kepada orang lain. Seperti yang kita ketaui bahwa sekolah dasar kerap menjadi wadah tempat terjadinya bullying. Bullying terjadi karena adanya kesempatan dan kekurangan yang dimiliki oleh si korban. Namun tanpa kita sadari bahwa bullying tidak hanya memalalui perbuatan atau kontak fisik saja. Tetapi melalui perkataan juga mereka sering melakukan bullying yang dapat merusak mental pada anak didik (sikorban tersebut).
Jenjang pendidikan SD menjadi sorotan khusus karena merupakan tingkatan pendidikan yang paling banyak mengalami kasus bullying dan juga tindakan kekerasan. Korban bullying sering dilaporkan mengalami berbagai masalah psikologis, psikosomatik, dan perilaku termasuk rendah diri dan rendah diri, kesulitan tidur, kecemasan, depresi, dan gejala emosional lainnya, hiperaktif, dan gejala stres pasca trauma (Whitney & Smith, 1993). Efek psikososial dari bullying pada anak - anak dan remaja dapat menjadi jangka panjang dan berat (Headley, 2004; Roland, 2002; Seals & Young, 2003). Â
Aspek-Aspek Bullying
 Bullying di lingkungan sekolah dapat didefinisikan sebagai tindakan kriminal yang terjadi berulang kali oleh individu atau sekelompok siswa yang memiliki kekuasaan atas siswa lain yang dianggap lebih lemah, dengan tujuan untuk menyakiti korban. (Wiyani 2014) Mengklasifikasikan lima kategori perilaku bullying sebagai berikut:
 A. Kontak fisik tidak langsung, termasuk tindakan seperti memukul, mendorong, menggigit, meninju, mengurung seseorang di dalam ruangan, mencakar, menginjak, dan merusak barang milik orang lain.
 B. Pelecehan verbal, yang mencakup aktivitas seperti mengancam, mengintimidasi, menghina, mengumpat, menggunakan ekspresi yang merendahkan, mengkritik, atau menyebarkan rumor.
 C. Perilaku tidak langsung, seperti mengejek, menjulurkan lidah, melontarkan komentar sarkastik, atau menggunakan ekspresi wajah yang mengancam, sering kali terjadi dalam konteks perundungan fisik atau verbal.Â
D. Perilaku verbal tidak langsung, meliputi tindakan seperti mengabaikan seseorang, menganiaya seseorang hingga memutuskan persahabatan, meniru identitas seseorang dengan sengaja, atau mengirimkan surat kaleng.Â
E. Kekerasan berbasis gender, kadang-kadang dikategorikan sebagai kekerasan fisik atau verbal.
 Strategi Untuk Mengatasi Bullying
 Ada berbagai strategi untuk memerangi terorisme (Astuti 2008):Â
A. Strategi tersebut mengutamakan bukti nyata, dengan fokus pada penggunaan bukti yang menunjukkan konsekuensi negatif dari perilaku teroris untuk meningkatkan kesadaran akan konsekuensi serius dari tindakan tersebut. Lahir pada tahun,
 B. Strategi ini melibatkan pengurangan dan penerimaan norma-norma baru (pendidikan ulang normatia), yang mengarah pada pemberian dan adaptasi norma-norma baru yang mendorong perilaku baik dan menghindari tindakan yang merugikan orang lain. Strategi yang menekankan perubahan pribadi (usaha koersif) bertujuan untuk memotivasi orang untuk mengubah perilakunya dengan mendorong mereka untuk belajar bahwa merugikan orang lain adalah salah dan tidak dapat diterima.
 Kedisiplinan siswa merupakan cerminan kepatuhan siswa dalam menaati peraturan baik peraturan sekolah maupun di kelas. Kedisiplinan siswa sangat berarti bagi kemajuan siswa dan sekolah. Dengan menaati peraturan dapat mendukung terciptanya kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efisien. Kedisiplinan siswa juga untuk menciptakan pribadi siswa yang kuat, disiplin dan bertanggung jawab.  Menurut Hurlock (2006) Disiplin diperlukan oleh siapa saja dan dimana saja, termasuk bagi para siswa. Disiplin diperlukan oleh para siswa perkembangan pribadi dirinya. Melalui disiplinlah siswa dapat belajar berperilaku dengan baik agar diterima oleh warga sekolah maupun masyarakat.
Namun, pada kenyataannya kedisiplinan siswa ini masih menjadi masalah di kelas. Hal ini terbukti ketika di kelas banyak siswa yang masih belum displin, sehingga kegiatan belajar mengajar terganggu dan tidak efektif. Pelanggaran-pelanggaran siswa ini tentu juga akan berdampak pada prestasi siswa dan juga pembentukan karakter.
Contoh pelanggaran yang dilakukan siswa yaitu:
>Siswa datang terlambat ke sekolah
>Siswa tidak berangkat tanpa ijin
>Siswa tidak membawa buku pelajaran sesuai jadwal
>Siswa kurang kesadaran dalam menjaga ketenangan di kelas
Solusi yang dapat dilakukan untuk menangani masalah kedisiplinan siswa adalah koordinasi antara guru, siswa, dan juga orang tua siswa. Dengan cara ini lebih mempermudah guru memantau siswa di rumah dan menjadi acuan di kelas. Â Selain kerja sama dengan orang tua siswa, harus bisa ditangani oleh guru secara bersama-sama untuk menyelesaikan masalah kedisiplinan. Dengan memiliki tim guru yang satu tujuan maka akan lebih mudah dalam bekerja sama khususnya dalam menanamkan sikap disiplin.
Manajemen kelas yang baik juga dapat mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar. Upaya ini dapat dilakukan oleh guru sebagai tindakan mencegah gangguan yang akan terjadi di kelas. Contoh keterampilan yang harus dimiliki oleh guru adalah tanggap, peka, dan perhatian. Selain itu, tujuan manajemen kelas untuk siswa adalah belajar bertanggung jawab dalam mengontrol tingkah laku dirinya sendiri, menjadi bahan untuk memahami bahwa teguran merupakan sebuah peringatan dan bukan hukuman atau kemarahan dan menciptakan rasa tanggung jawab melalui kegiatan yang dilakukan.
Masalah sosial di sekolahÂ
Dilansir dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, berikut beberapa masalah sosial di sekolah: Tidak mau bekerja sama  atau gotong royong Biasanya anak-anak sekolah yang susah untuk bekerja sama karena mereka memiliki kelompok bermain sendiri atau malas. Hal seperti ini tidak boleh terjadi di sekolah, karena menyebabkan ketimpangan antarsiswa.Â
 Tujuan dan Fungsi Pengendalian Sosial Saling gotong royong akan membuat sekolah menjadi lebih baik dan tentunya memperlihatkan kekompakan antarsiswanya.Â
Membuang sampah sembarangan Membuang sampah sembarang ternyata tidak hanya terjadi di lingkungan trmpat tinggal, melainkan juga sekolah.Â
Siswa yang sering membuan g sampah sembarangan tentu akan mengotori lingkung sekolah dan membahayakan teman sendiri. Jika lingkungan sekolah kotor, maka suasana belajar menjadi tidak nyaman. Sebaiknya anak-anak sekolah mulai membiasakan diri untuk membuang sampah pada tempatnya, baik di rumah maupun sekolah. Jika lingkungan bersih, maka suasana belajar di sekolah pun juga nyaman.Â
Membolos Membolos biasanya menjadi pilihan anak-anak untuk menghindari pelajaran atau guru yang tidak disukai. Atau karena memang siswa-siswi tersebut kurang perhatian dari orangtua. Baca juga: Faktor yang Memengaruhi Cepat-Lambatnya Integrasi Sosial Siswa yang suka membolos tentu akan tertinggal materi pelajarannya, dibanding teman-temannya yang selalu mengikuti kelas. Jika ada siswa-siswi yang menunjukkan perilaku suka membolos, sebaiknya sekolah memberikan bimbingan dan perhatian kepada mereka. Sehingga mereka secara sadar mengerti bahwa pendidikan itu penting untuk masa depan mereka.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI