Mohon tunggu...
Ifa Isnaini
Ifa Isnaini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi travelling

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Internalisasi Nilai-Nilai Pancasila Melalui Budaya Sekolah

13 Desember 2022   20:11 Diperbarui: 13 Desember 2022   20:29 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Adapun hal-hal yang mempengaruhi krisis moral hingga mencapai 4,1% adalah faktor eksternal yakni budaya luar yang dijembatani oleh perkembangan media digital. 

Kekhawatiran lainnya adalah dari faktor internal yakni masyarakat itu sendiri. Faktor internal tersebut yaitu budaya yang terus mengalami perubahan seiring perkembangan waktu. Perubahan yang terjadi tidak menutup kemungkinan menyebabkan kekacauan seperti cara berpakaian, berbicara, dan tradisi yang jauh akan kepribadian bangsa

Dalam konteks agama krisis moral terjadi dimana remaja masa kini mulai kehilangan takaran iman seperti pergaulan antara anak laki-laki dan anak perempuan yang melewati batas. Media digital pun mempengaruhi gaya hidup dan penggunaan bahasa remaja. Sedangkan dalam konteks sekolah tentu memiliki konsekuensi dan tantangan yang makin berat terkait tuntutan masyarakat akan kualitas dan pelayanan yang seharusnya diberikan. 

Krisis moral saat ini yang berkembang adalah terkait penggunaan bahasa umpatan seperti "cuk, njing, danjuk", perilaku bullying, dan rendahnya sopan santun terhadap orang yang lebih tua. Kendati demikian kekacauan yang terjadi tentu menghasilkan sebuah keteraturan, dan sekolah menjadi arena dalam mengubah kondisi tersebut melalui budaya sekolah.

Budaya Sekolah

Budaya sekolah merupakan sekumpulan norma, nilai dan keyakinan, ritual dan upacara, simbol dan cerita yang membentuk potret sekolah (Efianingrum, 2013). Budaya sekolah dan seluruh elemennya memiliki peran simbolik dalam membentuk kultur praktik pembelajaran. Budaya sekolah berperan dalam menentukan pencapaian prestasi siswa baik akademik maupun non-akademik sesuai karakteristik dan potensi. 

Budaya sekolah kentara dengan tradisi yang kompleks, dimana melibatkan hubungan orang tua dalam menangani krisis maupun prestasi anaknya. Maka, budaya berdampak pada cara berpikir dan bertindak sehingga tanda, simbol, nilai, dan norma makin memperkuat komitmen serta kebersamaan. Budaya sekolah merupakan bagian dari budaya yang ada di masyarakat tentu tidak abai dalam mengaplikasikannya di sekolah.

Sekolah yang ada di Indonesia merupakan sekolah yang memiliki siswa beragam, meskipun sistem zonasi diterapkan tetapi latar belakang siswa menjadi acuan keberagaman tersebut. Latar belakang siswa meliputi etnik, kultural, status sosial, minat, kognitif, sosial emosional, kemampuan awal, gaya belajar, motivasi, moral, dan motorik. 

Bertumpu pada latar belakang yang beragam maka diperlukan pendidikan multikultural sebagai konsep pendidikan yang memberikan kesempatan sama kepada semua siswa di sekolah tanpa memandang gender, kelas sosial, kelompok etnik, ras, karakteristik kultural mereka (Astuti, 2020).

Implementasi nilai-nilai multikultural terhimpun dalam budaya sekolah melalui kegiatan pembelajaran baik intrakurikuler maupun ekstrakurikuler antara lain:

  • Kegiatan Intrakurikuler
  • Guru ketika mengajar tidak hanya terfokus pada penyampaian materi esensial semata melainkan menanamkan nilai-nilai Pendidikan karakter kepada siswa melalui kegiatan diskusi, kolaborasi, mengemukakan pendapat dan menghargai pendapat orang lain. Guru juga berperan dalam membina dan menumbuhkan kepedulian siswa terhadap lingkungan alam maupun sosialnya.
  • Kokurikuler
  • Siswa melakukan outingclass melalui program study tour atau projek lapangan dari beberapa mata pelajaran yang diperoleh di kelas agar menumbuhkan sikap kritis disesuikan dengan gaya belajar siswa.
  • Kegiatan Ekstrakurikuler
  • Sekolah mewadahi minat dan bakat siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler tujuannya untuk menumbuhkan karakter, kreativitas, tanggungjawab, disiplin, dan sikap mandiri pada siswa.
  • Kegiatan Non-Kurikuler
  • Kegiatan non-kurikuler sebagaimana manifestasi penghayatan nilai-nilai Pancasila untuk menguatkan identitas manusia Indonesia melalui berbagai program yang terselenggara di sekolah. Ketika pada proses pembelajaran masing-masing guru akan mengawali kegiatan belajar mengajar dengan berdoa sesuai dengan kepercayaan masing-masing siswa. Habitus atau kebiasaan budaya 5S yakni senyum, salam, sapa, sopan, dan santun kepada seluruh elemen warga sekolah. Mengikuti upacara peringatan hari besar bangsa Indonesia. Kemudian implementasi Profil Pelajar Pancasila yakni siswa mengikuti kegiatan ibadah yang dilakukan di sekolah seperti mengikuti sholat berjamaah bagi yang Islam dan mengikuti ibadah bagi non-Islam.

Nilai-Nilai Pancasila dan Dasar Pendidikan Ki Hadjar Dewantara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun