Dalam buku Cornerstone of Education yang ditulis oleh nawafil dan dikutip dari berita kumparan.com. bahwa Kihajar tidak puas terhadap sistem pendidikan yang diterapkan oleh belanda, yaitu dengan paksaan dan hukuman. Meskipun Kihajar dewantara mengenyam pendidikan di sekolah belanda tetapi dia tidak sejalan dengan sistem yang diterapkan. Sekolah-sekolah tersebut hanya mengasah kemampuan kognitif saja seperti, menulis, membaca dan berhitung. Sementara kihajar dewantara ingin pendidikan itu harus bisa membentuk kepribadian siswa.Hingga tercetuslah Patrap triloka yaitu : Ing ngarso sang tuladha, Ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani.
Ing Ngarso Sung Tuladha: Di depan memberi teladan. Guru atau pemimpin harus mampu menjadi contoh yang baik bagi murid atau pengikutnya. Ing Madya Mangun Karsa: Di tengah membangun semangat. Guru harus mampu membangkitkan motivasi dan semangat belajar di antara murid-muridnya. Tut Wuri Handayani: Di belakang memberi dorongan. Guru harus memberikan dorongan dan dukungan kepada murid untuk mandiri dan bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri.
Prinsip-prinsip Pendidikan yang dianut oleh Ki Hajar Dewantara adalah:
- Kesetaraan dalam Pendidikan: Ki Hajar Dewantara menekankan pentingnya kesetaraan dalam pendidikan, di mana setiap anak, tanpa memandang latar belakang sosial atau ekonomi mereka, memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas.
- Pendidikan sebagai Proses Membentuk Karakter: Dia percaya bahwa pendidikan sejati tidak hanya berfokus pada transfer pengetahuan, tetapi juga pada pembentukan karakter dan nilai-nilai moral yang kuat.
- Pendidikan untuk Kemerdekaan: Ki Hajar Dewantara menyadari bahwa pendidikan adalah kunci untuk mempersiapkan generasi yang akan memimpin bangsa menuju kemerdekaan. Dia mengajarkan siswa untuk mencintai tanah air mereka dan mempersiapkan mereka untuk memainkan peran aktif dalam membangun masa depan Indonesia.
Karena kiprahnya didunia pendidikan yang sangat menonjol, Pada tahun 1950 Ki Hajar Dewantara diangkat sebagai menteri pendidikan dan kebudayaan pertama di bawah pemerintahan Bapak Presiden Soekarno. Beliau juga pernah mendapat penghargaan Doktor Honoris Causa dari Universitas Gajah Mada, dan  mendapat gelar Pahlawan Nasional di tahun yang sama. Tidak hanya itu hari kelahiran beliau 02 mei dijadikan sebagai hari Kebangkitan Nasional.
Ki Hajar Dewantara adalah tokoh yang tidak hanya hidup di masa lalu, tetapi visinya terhadap pendidikan mengarah ke masa depan. Dia membangun fondasi yang kuat untuk sistem pendidikan yang tidak hanya berkualitas, tetapi juga mempersiapkan generasi muda untuk menghadapi tantangan global di abad ke-21. Sebagai pendidik visioner, Ki Hajar Dewantara mendedikasikan hidupnya untuk membangun masyarakat yang lebih baik melalui pendidikan yang merata dan inklusif. Tanggal 26 April 1959 Ki Hajar Dewantara wafat dan dimakamkan di Yokyakarta, di pemakaman keluarga Taman Siswa.
Meskipun telah tiada tetapi, warisan Ki Hajar Dewantara terus terasa dalam sistem pendidikan Indonesia hingga hari ini. Tidak hanya Taman Siswa yang menjadi model bagi sekolah-sekolah modern di Indonesia, tetapi juga prinsip-prinsipnya tentang pendidikan inklusif, pembelajaran yang aktif, dan penghargaan terhadap keberagaman budaya terus mengilhami para pendidik dan pengambil kebijakan di seluruh dunia.
Top of Form
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H