Pada tulisan saya di Kompasiana yang berjudul "Mengenal Asal Mula Suku Tamiang di Aceh Tamiang" yang terbit pada tanggal 03 Februari 2023. Pada tulisan tersebut sekilas saya telah menguraikan tentang suku Tamiang yang menetap di wilayah aceh tamiang.
Sebagai putri yang dilahirkan dan dibesarkan di negeri Tamiang tentu saja saya sangat mencintai negeri Tamiang. Tidak banyak literatur yang didapat tentang cerita Bumi Muda sedia ini. Hanya dari beberapa orang yang peduli dalam melestarikan adat dan budaya Aceh Tamiang.
Sebelumnya terima kasih dan salam hormat saya kepada Bapat Ir.Muntasir wan Diman. MM yang sangat berjasa mengumpulkan beberapa literatur dan menuliskannya dalam sebuah buku yang berjudul " Lintas Sejarah Tamiang" Begitupun atas penerimaan yang sangat baik ketika diajak berdiskusi tentang sejarah Tamiang.
Terima kasih dan salam hormat saya juga untuk Abang da saya M. Djuned Tahir Selaku ketua MAA Aceh Tamiang, yang memiliki antusias tinggi dalam melestarikan adat dan budaya Aceh Tamiang. Berkat merekalah saya dapat menuliskan kisah-kisah masa lampau Asal mula Suku di Aceh Tamiang.
Kisah ini bermula pada abad ke-7 Masehi, di mana beberapa kerajaan besar telah berdiri di Sumatera. Kerajaan Tulang Bawang di Lampung, Kerajaan Melayu di Riau, dan Kerajaan Sriwijaya di Palembang adalah beberapa di antaranya. Salah satu kerajaan Melayu yang pertama dikenal sebagai Kerajaan Melayu Raya, didirikan pada tahun 670 Masehi di Bandar Pirus, Pulau Bintan, Kepulauan Riau. Raja yang memerintah bergelar "Raja Diraja Mambang Sepenoh Tun Dewa di Tasek," yang merupakan keturunan Raja Mambang (Dewa Laut).
Kerajaan Melayu Raya menguasai beberapa kerajaan kecil di Semenanjung Kra, Pulau Riau, dan pesisir Kuantan. Keberhasilan dan kekuatan Kerajaan Melayu ini membuat Kerajaan Sriwijaya merasa terancam, sehingga mereka mengirim pasukan besar untuk menaklukkan Kerajaan Melayu. Pertempuran hebat pun terjadi, namun pasukan Sriwijaya yang lebih kuat berhasil menghancurkan Kerajaan Melayu. Raja Diraja Mambang Sepenoh Tun Dewa di Tasek gugur dalam pertempuran tersebut.
Kekalahan ini membuat penduduk Melayu panik dan melarikan diri ke berbagai tempat. Beberapa berlayar ke Kalimantan Selatan, Pulau Sulu, Pulau Palawan, dan Mindanao di Filipina. Ada yang bahkan mencapai Hawaii dan Pasifik. Mereka yang menetap di atas perahu di wilayah Belitung dan Bangka dikenal sebagai Jakun atau orang laut.
Selama berbulan-bulan, pelayaran terus berlanjut. Sebagian dari mereka sampai ke Kepulauan Nusa Tenggara (Maluku), Bima, Ternate, dan Banda. Di pedalaman Gunung Merapi di Sumatera Barat, mereka mendirikan kerajaan baru bernama Pagaruyung. Di Riau, mereka mendirikan Kerajaan Kuantan yang kemudian memindahkan ibu kotanya ke Daik di Kepulauan Riau, menjadi Kerajaan Riau.
Ketakutan masih menghantui bangsa Melayu, yang merasa terus dikejar oleh pasukan Sriwijaya. Mereka terus berlayar hingga menemukan pemukiman bangsa lain seperti bangsa Manti di Telaga Tujuh, Aramiyah di Aceh Timur, Jambo Aye di Aceh Utara, dan Pulau Weh (Sabang).
Gelombang laut yang deras membawa sebagian mereka terdampar di Pulau Teluk Haru, yang mereka beri nama "Pulau Sampai," kini dikenal sebagai Pulau Kampai. Pulau ini sangat subur, cocok bagi bangsa Melayu yang umumnya petani, untuk menetap.
Namun, kemakmuran ini menarik perhatian bangsa-bangsa lain, sehingga orang Melayu merasa tidak nyaman dan memutuskan untuk kembali berlayar hingga tiba di wilayah Sarang Jaya. Nama ini berarti tempat yang memberikan kesejahteraan.
Raja Tan Ganda
Tersohorlah seorang pemimpin bernama Tan Ganda yang memimpin imigran Melayu dan mendirikan kerajaan baru bernama Sarang Jaya. Kerajaan ini mencapai masa kejayaan dengan bandar besar bernama Bandar Jaya yang menghubungkan perdagangan antar bangsa seperti Malaya dan Siam.
Pada tahun 1024, pelabuhan Sarang Jaya diserang oleh Rajendra Chola dari Kerajaan Colamandala di India Selatan. Sarang Jaya hancur lebur, dan Raja Tan Ganda tewas. Namun, putranya, Tan Penoh, diselamatkan oleh Panglima kerajaan bernama Medang. Penduduk Sarang Jaya mengungsi mencari tempat yang aman, hingga tiba di sebuah sungai besar yang kini dikenal sebagai Sungai Tamiang.
Setelah Rajendra Chola I meninggalkan Sarang Jaya, Tan Penoh kembali dan membangun kembali wilayah tersebut dengan nama Serang Jaya, sebagai peringatan atas serangan yang mereka alami. Raja Tan Penoh, bersama panglima Medang, pasukan, dan rakyatnya kemudian pindah ke sungai Simpang Kanan dan mendirikan Kerajaan Bukit Karang serta bandar baru bernama Bandar Bukit Karang.
Setelah Tan Penoh wafat pada tahun 1044, kepemimpinan diteruskan oleh putranya, Tan Kelat, yang kemudian digantikan oleh Tan Indah, dan selanjutnya oleh Tan Banda. Setelah Tan Banda mangkat, kerajaan dipimpin oleh Tan Penok.
Susunan nama Raja-raja yang memerintah sejak perjalan cikal bakal hingga menjadi Kerajaan Tamiang yang diperoleh dari berbagai sumber:
- Raja serang Jaya
Raja Tan Ganda
- Kerajaan Bukit Karang
Raja Bukit Karang
- Tan penoh(1023-1044)
- Tan Kelat (1044-1088)
- Tan Indah (1088-1022)
- Tan Banda (1122-1150)
- Tan Penok (1150-1190)
- Raja Bukit Karang dynasty Sulooh (Awal Kerajaan Tamiang)
- Raja Pucook sulooh (1190-1256)
- Raja Po pala (1256-1278)
- Raja Dewangsa (1278-1300)
- Raja Po Dinok (1300-1330)
- Kesultanan Benua Tamiang (Masa Pemerintahan kerajaan Islam Tamiang)
- Sultan Muda Sedia (1330-1352)
- Mangkubumi Muda Sedinu(1352-1369)
- Sultan Po Malat (1469-1412)
- Sultan Po Kandis (1454-1490)
- Sultan Po Garang (1490-1528)
- Pendekar sri Mangkuta (1528-1558)
Setelah pemerintahan  Pendekar Srimangkuta Kerajaan Tamiang terpecah menjadi dua yaitu Kerajaan Karang dan Kerajaan Benua Tunu Raja Proomsyah yang Kimpoi dan Putri mayang mengurai anak Pendekar sri Mangkuta merupakan raja Islam ke kedelapan tahun 1558  dengan pusat pemerintahannya di desa Menanggini
Raja Po Geumpa Alamsyah yang Kimpoi dengan Putri seri Merum memerintah di negeri  benua Sebagai Raja Muda Negeri Simpang Kiri Raja benua Tunu. Kerajaan Karang muncul setelah Raja Tan Muda Syari (raja tamiang Islam Kesepuluh) wafat digantikan oleh anaknya bernama Tan kuala.
Dari uraian diatas, Kerajaan Tamiang dimulai dari pemerintahan Raja Pucok Suloh Masih Penasaran? Tunggu part berikutnya ya. Salam dari Aceh tamiang " Kaseh Pape Setie Mati"Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H