Mohon tunggu...
Ifah Latifah
Ifah Latifah Mohon Tunggu... Guru - Guru

Penulis buku antologi Guru Profesional (Laikesa: 2020). Antologi Jawaban dari Tuhan (Dd Publishing:2020). Antologi Mengedukasi Negeri (Madani Kreatif: 2020) Guru Limited Edition ( Pustaka Literasi : 2021) Puisi 1000 penggiat Literasi judul Indonesia bangkit(Geliat gemilang abad i: 2021) Nak sungguh aku mencintaimu ( Little Soleil : 2021)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mengelola Kesehatan Mental Guru, Kunci Keberhasilan dalam Mengajar

14 Maret 2024   01:33 Diperbarui: 16 Maret 2024   03:01 750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Guru.(Shutterstock/Odua Images via Kompas.com)

Profesi guru adalah profesi yang mulia. Banyak orang mengaku menjadi guru karena panggilan jiwa. Tentu saja ini patut dipercayai, bagaimana tidak, berapa banyak guru-guru di Indonesia yang mengabdi pada lembaga pendidikan dengan tanpa bayaran atau hanya dibayar dengan seadanya. Namun tetap saja mereka memilih terus bertahan menjadi seorang guru.

Profesi sebagai seorang guru penuh tantangan dan tanggung jawab. Selain harus menghadapi tuntutan akademis dan administratif, guru juga seringkali dihadapkan pada tekanan emosional, stres, dan kelelahan yang dapat mempengaruhi kesehatan mentalnya.

Potret guru indonesia memanglah tidak seindah guru-guru di beberapa negara diluar negeri, yang memiliki gaji lebih dari cukup. Di Indonesia guru masih hidup pada taraf yang belum dapat dikatakan sejahtera. 

Guru PNS pun masih memiliki taraf hidup yang sangat standar apalagi guru honorer tentu sangat jauh dari kata sejahtera.

Demi mensejahterakan guru-guru, Presiden ke 5 Republik Indonesia Soesilo Bambang Yudhoyono menggagas sertifikasi guru sebagai amanat Undang-undang guru dan dosen nomor 14 tahun 2005. Dengan adanya sertifikasi guru-guru Indonesia diharapkan menjadi sejahtera. 

Namun sayang tidak semua guru dapat memperoleh tambahan sertifikasi. Guru-guru ini diseleksi terlebih dahulu baru bisa merasakan tunjangan sertifikasi dan trentu saja tidak semua bisa lulus.

Proses yang dijalani untuk mendapatkan pengakuan tersertifikasi juga tidak mudah, dari tahun ke tahun cara perekrutannya terus berubah-ubah.

Lantas setelah berganti-ganti pola apakah persoalan kesejahteraan guru dan peningkatan mutu pendidikan telah tercapai? Apakah benar persoalan ekonomi merupakan persoalan yang paling mempengaruhi kinerja guru?

Memang jika berbicara masalah guru di Indonesia seperti tidak ada ujungnya. Selalu ada permasalahan-permasalahan yang muncul. Jika dikatakan ekonomi yang baik mampu mendongkarak kinerja guru, tentu saja bisa dijawab dengan jawaban iya dan bisa juga tidak. Karena banyak hal yang harus dilihat terlebih dahulu. 

Terkadang di lapangan kita sering melihat guru dengan status lebih tinggi dan sudah PNS memiliki kinerja yang lebih rendah dibandingkan guru honorer yang penghasilan dibawah standar.

Hal ini menunjukkan persoalan ekonomi belum bisa memberikan jawaban bahwa ketika nilai ekonominya baik maka kinerja ikut meningkat.

Lantas apa yang menjadi persoalan mendasar? 

Persoalan kinerja guru bisa berawal dari mental diri. Sesehat apakah mental Anda untuk melaksanakan pekerjaan Anda? Jika seorang guru berpikiran positif maka ia akan menebarkan aura-aura positif pula pada dirinya maupun pada diri orang lain. 

Perasaan senang akan menjadi awal yang baik untuk memulai kegiatan pembelajaran. Jika perasaann itu telah ada pada diri, itu berarti mental Anda sehat.

Menurut Maulana Hasan dan Hasan Mud'is dalam Jurnal Studi Islam "Pengaruh pikiran positif terhadap kesehatan mental" bahwa kesehatan mental terpengaruh dari cara berpikir sehari-hari. Jika ingin memiliki mental yang sehat yaitu dengan cara membuat diri menjadi bahagia

Anggota DPRK Aceh Tamiang ibu Jayanti Sari, memandang penting bagi guru agar dapat mengelola mental dengan baik. Dengan menjalin kolaborasi menggandeng Dinas Pendidikan Aceh Tamiang melalui kabid GTK ibu Fitria Sari, SKM, Ibu Jayanti menggagas pelatihan Psychological Well Being dengan slogan "guru senang murid bahagia". 

Dalam sambutannya Ibu Jayanti mengharapkan seluruh guru dapat mengelola emosinya dengan baik sehingga tidak ada guru yang stres dan tentu saja tidak ada murid yang menjadi korban stresnya seorang guru. Tujuan akhir adalah untuk mencapai keberhasilan dalam mengajar agar meningkatkan mutu Pendidikan.

Mengucapkan mungkin tidak semudah melakukannya. Akan tetapi menurut Rahma Nur Rizky , S. Psi, M. Psi Founder Sekolah Inspirasi Aceh Tamiang mengatakan bahwa tiap manusia pasti pernah stres.

Nah jika stres melanda apa yang harus dilakukan? Tentunya dengan menenangkan diri dan mengelola emosi.dan yang pasti tidak overthinking terhadap orang lain. 

Berbaik sangka dan mengubah pikiran negatif menjadi pikiran positif. Kita tidak bisa ubah pandangan dan pikiran orang terhadap kita tetapi kita bisa mengubah cara berpikir kita sendiri.

Pelatihan Psychological Well Being di SKB Aceh Tamiang/dokpri
Pelatihan Psychological Well Being di SKB Aceh Tamiang/dokpri

Lalu bagaimana seorang guru mengelola mentalnya agar berhasil dalam mengajar?

1. Menjaga Keseimbangan Hidup dan Kerja

Guru seringkali merasa tekanan untuk memberikan yang terbaik bagi siswa mereka, yang dapat mengakibatkan mereka terlalu fokus pada pekerjaan dan mengabaikan kebutuhan pribadi dan keluarga. 

Penting bagi guru untuk menetapkan batasan yang sehat antara waktu kerja dan waktu pribadi. Ini dapat mencakup membuat jadwal yang jelas, menetapkan waktu untuk istirahat dan relaksasi, serta memprioritaskan kegiatan yang menyenangkan dan memperkuat ikatan dengan keluarga dan teman-teman di luar lingkungan sekolah.

2. Membangun Dukungan Sosial

Menghadapi tantangan dan tekanan dalam pekerjaan, memiliki jaringan dukungan sosial yang kuat sangatlah penting bagi guru. Dukungan ini bisa datang dari rekan kerja, teman, keluarga, atau bahkan grup dukungan profesional. 

Berbagi pengalaman, mendengarkan, dan memberikan dukungan emosional satu sama lain dapat membantu guru merasa didengar, dipahami, dan didukung dalam menghadapi tantangan sehari-hari.

3. Berlatih Teknik Relaksasi dan Manajemen Stres

Menghadapi stres adalah bagian tak terhindarkan dari pekerjaan sebagai guru. Untuk mengelola stres dengan efektif, penting bagi guru untuk mengembangkan keterampilan relaksasi seperti meditasi, pernapasan dalam, yoga, atau olahraga. 

Latihan ini dapat membantu meredakan ketegangan, meningkatkan kesejahteraan mental, dan membangun ketahanan terhadap tekanan.

4. Tetap Terhubung dengan Tujuan dan Makna

Dalam menghadapi tantangan dan kelelahan, mengingat kembali alasan yang mendasari pemilihan profesi sebagai guru dan menemukan makna dan tujuan dalam pekerjaan sehari-hari dapat membantu menjaga motivasi dan semangat. 

Menetapkan tujuan jangka pendek dan jangka panjang, serta merayakan pencapaian kecil di sepanjang jalan, dapat memberikan dorongan tambahan dalam mengatasi rintangan.

5. Mengembangkan Keterampilan Manajemen Waktu

Manajemen waktu yang baik adalah kunci untuk mengurangi stres dan meningkatkan produktivitas. Guru dapat menggunakan teknik seperti membuat jadwal yang teratur, menetapkan prioritas untuk tugas-tugas yang penting, dan melakukan delegasi tanggung jawab jika memungkinkan. Dengan cara ini, mereka dapat mengoptimalkan penggunaan waktu mereka dan mengurangi rasa kewalahan.

6. Mengenali dan Mengatasi Tanda-tanda Stres dan Burnout

Penting bagi guru untuk mengenali tanda-tanda stres dan burnout pada diri mereka sendiri. Ini dapat mencakup kelelahan yang berlebihan, kecemasan, depresi, atau perubahan perilaku dan suasana hati. 

Jika tanda-tanda ini muncul, guru harus mengambil tindakan proaktif seperti mencari bantuan profesional, mengambil cuti, atau mengubah lingkungan kerja untuk menghindari risiko kondisi yang lebih serius.

7. Memperhatikan Kesehatan Fisik dan Gizi

Kesehatan fisik yang baik memiliki dampak langsung pada kesehatan mental. Guru disarankan untuk menjaga pola makan yang seimbang, mengonsumsi makanan yang bergizi, dan menghindari kebiasaan yang merugikan kesehatan seperti kurang tidur atau konsumsi alkohol yang berlebihan. 

Berolahraga secara teratur juga dapat membantu menjaga kesehatan fisik dan mental.

8. Menghindari Perbandingan dan Perasaan Perfeksionisme

Guru sering merasa tertekan oleh standar yang tinggi dan perbandingan dengan rekan kerja atau norma yang tidak realistis. Penting untuk menghindari jatuh ke dalam perangkap perfeksionisme dan belajar untuk menerima kekurangan dan kesalahan sebagai bagian alami dari proses belajar dan tumbuh. 

Memiliki sikap yang lebih fleksibel dan belajar untuk merayakan prestasi, meskipun kecil, dapat membantu mengurangi tekanan yang tidak perlu.

9. Mencari Bantuan Profesional Jika Diperlukan

Jika stres atau tekanan menjadi terlalu berat untuk ditangani sendiri, guru disarankan untuk mencari bantuan dari profesional kesehatan mental seperti psikolog atau konselor. Berbicara dengan seseorang yang terlatih dapat memberikan dukungan, wawasan, dan strategi untuk mengelola tantangan mental. 

Jangan ragu untuk mencari bantuan jika diperlukan, karena ini adalah langkah penting dalam menjaga kesehatan mental dan kesejahteraan secara keseluruhan. 

Jangan lupa hindari perbincangan dengan orang-orang yang sering merendahkan, karena dapat melemahkan mental dan membuat semakin stres

Dalam mengelola kesehatan mental, guru tidak hanya memberikan manfaat bagi diri mereka sendiri, tetapi juga bagi siswa dan lingkungan sekolah. 

Dengan memprioritaskan kesehatan mental, guru dapat menjadi pendidik yang lebih efektif, bersemangat, dan berdaya tahan, yang membawa dampak positif yang berkelanjutan dalam pendidikan. intinya bahagiakan diri sendiri terlebih dahulu setelah itu tularkan kebahagiaanmu pada orang-orang disekitar.

Seekor lebah selalu memilih makanan-makanan terbaik yaitu sari bunga maka ia pun menghasilkan suatu kebaikan pula yaitu madu. Maka jadilah seperti seekor lebah dengan berpikiran positif maka semua orang disekitar kita ikut merasa bahagia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun