Provinsi Aceh terletak antara 01 58' 37,2"-06 04' 33,6" Lintang utara 94 57' 57,6-98 17' 13,2" Bujur timur denga ketinggian rata-rata 125 meter dari permukaan laut.
Sjak tahun 2012 Provinsi Aceh di bagi menjadi 18 kabupaten dan5 kota, terdiri dari 289 kecamatan dan 5 kota.
Dari kota medan menuju Provinsi Aceh kamu akan menemukan pintu gerbang bertuliskan selamat datang di provinsi Aceh. Artinya setelah melewati gerbang tersebut kamu telah memasuki wilayah Provinsi Aceh. Yaitu tepatnya di kabupaten Aceh Tamiang.
Aceh Tamiang termasuk Kabupaten baru hasil pemekaran pada tahun 2002. Dahulu wiyah Aceh Tamiang tunduk terhadap wilayah Administratif  Kabupaten Aceh Timur.
Meskipun masih terbilang sebagai kabupaten baru penduduk Kabupaten Aceh Tamiang adalah suku perkauman Tamiang yang sudah ada sejak ratusan tahun silam.
Jangan mengaku orang Tamiang kalau tak tahu asal usul Tamiang. Tamiang adalah nama salah satu suku yang mendiami salah satu bagian dari wilayah Provinsi Aceh, dianggap menjadi penduduk asli Kabupaten Aceh Tamiang. Walaupun beberapa catatan sejarah menceritakan bahwa suku Tamiang adalah suku pendatang yang berasal dari imigrasi suku melayu yang mengungsi ratusan tahun silam.
Pendapat tersebut sangat logika sebab Meskipun merupakan bagian dari provinsi Aceh Suku Tamiang berbeda dengan  Suku Aceh, Dilihat dari sisi bahasanya bahasa Tamiang  sangat jauh berbeda dengan bahasa Aceh.
Aceh Tamiang memiliki dua bahasa Tamiang dengan dialek yang berbeda. Ada Tamiang Hulu dan Tamiang Hilir. Wilayah Tamiang Hulu yaitu wilayah tamiang yang berada di bagian hulu sungai tamiang yaitu wilayah simpang kiri dan simpang kanan. Â
Di sebut simpang kiri dan simpang kanan ini di sebabkan sungai yang mengalir di sepanjang sungai tamiang ini pada bagian hulu sungai membentuk simpangan dengan dua cabang, yaitu kanan dan kiri.
Sementara itu Tamiang Hilir di beri sebutan untuk wilayah hilir sungai tamiang yaitu wilayah seruway dan sungai iyu.
Antara Tamiang hulu dan hilir memiliki dialek bahasa yang berbeda orang Tamiang hulu dalam kesehariannya kebanyakan mendialekkan huruf vocal "o"sedangkan tamiang hilir kebanyakan dialek huruf vocal "e". misalnya "mau kemana" dalam bahasa Tamiang hulu adalah "Nak kemano" sementara suku tamiang bagain hilir menyebutkan dengan "Nak  kemane". Jika menyebut "Bagaimana" dalam Bahasa Tamiang hulu adalah "macam mano" sementara dalam bahasa tamiang hilir "macam mane".
Bahasa Tamiang merupakan salah satu kekayaan budaya bangsa Indonesia yang perlu di lestarikan. Penggunaan bahasa Tamiang seharusnya terus berkembang, bukan justru semakin menghilang.Â
Tidak di pungkiri sekarang bahasa Tamiang sudah mulai hilang secara perlahan. Dari observasi yang saya lakukan, banyak keluarga yang bersuku Tamiang dalam kesehariannya tidak lagi menggunakan bahasa Tamiang. Sehingga Putra-putri Tamiang banyak yang tidak dapat bertutur dengan bahasa Tamiang.
Dari penyebutan dan dialeknya bahasa Tamiang lebih mirip bahasa Melayu. Kemiripan Tamiang ini dengan bahasa melayu tidak terlepas dari asal mula suku Tamiang yang memang berasal dari Suku melayu.
Prof. H.Kern dalam catatan yang di tulis oleh Ir. Muntasir Wan Diman dalam Lintas Sejarah Tamiang mengatakan bahwa lebih kurang 2000 tahun sebelum masehi bangsa melayu datang dari Hindia belakang dari daerah Campa yaitu wilayah Kocin, Cina, dan Kamboja, asal bangsa Melayu Polenesia. Penduduk ini menyebar ke pulau-pulau di Asia Tenggara dan Kepulauan Nusantara.
Yuk yang penasaran tunggu kelanjutannya bagaimana  Bangsa melayu datang ke negeri Tamiang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H