Mohon tunggu...
Ifah Latifah
Ifah Latifah Mohon Tunggu... Guru - Guru

Penulis buku antologi Guru Profesional (Laikesa: 2020). Antologi Jawaban dari Tuhan (Dd Publishing:2020). Antologi Mengedukasi Negeri (Madani Kreatif: 2020) Guru Limited Edition ( Pustaka Literasi : 2021) Puisi 1000 penggiat Literasi judul Indonesia bangkit(Geliat gemilang abad i: 2021) Nak sungguh aku mencintaimu ( Little Soleil : 2021)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jejak Gajah Mada di Bumi Muda Sedia (Part 1)

31 Agustus 2021   00:31 Diperbarui: 31 Agustus 2021   01:24 681
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Orang Tamiang juga tidak mungkin memakan permata-permata emas, intan, zamrud dan nilam, ini  hanya sebuah ungkapan bahwa negeri Tamiang sangat makmur, tidak sedikitpun membutuhkan bantuan dan bawaan yang dibawa oleh tentara Majapahit.”

Para utusan tersebut di bawa ke suatu ruangan di bagian lain istana, tempat rersebut di kenal dengan nama baliruang istana.  Di tempat itulah Raja Muda Sedia memberikan jawaban kepada para utusan Majapahit Perihal maksud dari Patih Gajah Mada yang ingin meminang Putrinya  Lindung Bulan untuk raja Hayam Wuruk.

Raja Muda Sedia menyampaikan kepada utusan kerajaan Majapahit bahwa Ia adalah seorang raja kecil, tidak mungkin bermenantukan seorang maharaja Majapahit. Selain itu adat-istiadat dan budaya yang berbeda antara kedua kerajaan sangat sulit untuk disatukan.

Mengenai tawaran Majapahit yang bermaksud memerdekakan kerajaan Tamiang dari Kerajaan Samudera Pasai juga di tolak. Raja Muda Sedia berdalih bahwa meskipun Kerajaan Tamiang berada di bawah kekuasan Kerajaan Samudera Pasai, namun kerajaan Tamiang tetap memiliki kedaulatan. Sedangkan upeti yang di berikan ke kerajaan Samudera Pasai tidak ada patokan jumlahnya. Berapapun upeti yang di berikan oleh kerajaan Tamiang, kepada kerajaan Samudera Pasai tidak di persoalkan.

Hubungan yang sangat baik telah terjalin antara kerajaan Tamiang dan Kerajaan Samudera Pasai. Kerajaan Samudera Pasai dan Tamiang memiliki kesamaan dan kecocokan adat-istiadat dan budaya. Berbeda dengan kerajaan Majapahit yang memiliki adat dan budaya yang saling bertentangan.

Raja Muda sedia meminta utusan-utusan dari kerajaan Majapahit tersebut untuk membawa kembali bingkisan-bingkisan yang telah dibawa, serta menitipkan salam kepada Patih Gajah Mada Yang telah mengutus mereka untuk datang meminang Putri Lindung Bulan.

Mendengar penuturan Raja Muda sedia yang menolak pinangan tersebut, Para utusan kerajaan Majapahit merasa terhina. Dengan perasaan kecewa merekapun kembali kepada Patih gajah Mada dan menyampaikan jawaban yang di berikan oleh Raja Muda Sedia.

E. Kota Benua di Bumi Hanguskan

Patih Gajah Mada sangat geram dam marah mendengar apa yang disampaikan oleh para utusannya. Dengan wajah garang Patih Gajah mada memberi perintah untuk menyerang kerajaan Tamiang dan juga menjadikan kota Benua tempat istana raja menjadi abu. Peristiwa penyerangan terhadap kota Benua terjadi pada tahun 1352.

Kapal-kapal perang Majapahit memasuki Kuala Besar Sungai Iyu yang waktu itu adalah wilayah Admiral Teritorial Tamiang. Wilayah Kuala besar Sungai Iyu adalah benteng Tamiang dengan laksamana yang tangguh bernama Laksamana Kamtommana, yang konon kabarnya berasal dari perkauman suku Aceh dengan gelar Hantom Manoe.

Hantom Manoe di ambil dari kata Hana Mano yang berarti tidak pernah mandi. Konon laksamana ini memiliki kekebalan tubuh, yang berpantang mandi. Jika Ia mandi maka kekebalan tubuhnya akan hilang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun