D. Meminang Putri Meuga Gema ( Putri Bungsu Lindung Bulan)
Keadaan yang tidak menguntungkan bagi Kerajaan Majapahit, membuat Patih Gajah Mada dan para petingginya mulai melirik kerajaan Tamiang. Timbul hasrat yang besar untuk menaklukan Kerajaan Tamiang. Beberapa mata-mata di kirim ke wilayah Kerajaan Tamiang. Saat itu Kerajaan Tamiang dipimpin oleh Raja Muda sedia. Mata-mata yang dkirimkan oleh Gajah Mada datang ke kerajaan Tamiang dengan berpura-pura menjadi pedagang. Mata-mata dikirim untuk mengetahui  seberapa besar kekuatan bala tentara yang dimiliki oleh Kerajaan Tamiang.
Penyelidikan yang dilakukan oleh mata-mata kerajaan Majapahit membuahkan hasil. Seluk-beluk Kerajaan Tamiang sudah di ketahui oleh mata-mata kerajaan, dan di sampaikan pada patih Gajah Mada.
Patih Gajah Mada semakin bernafsu untuk menaklukan Negeri Tamiang apalagi setelah mendengar tentang kecantikan puteri raja  Muda sedia yang bernama Meuga Gema (Putri Bungsu Lindung Bulan). Patih Gajah Mada menyusun rencana agar Kerajaan Tamiang. tidak lagi tunduk pada kerajaan Samudera Pasai tapi tunduk terhadap kerajaan Majapahit serta Kebiasaaan membayar upeti ke Samudera Pasai bisa dialihkan ke kerajaan Majapahit. Sedangkan Putri Lindung Bulan akan dibawa pulang ke Majapahit untuk dipersembahkan kepada Raja Majapahit yaitu Hayam Wuruk.
Patih Gajah Mada mengirimkan utusannya. Menuju Kerajaan Tamiang mereka menyusun siasat perdamaian dengan meminang putri Meuga Gema untuk Raja Hayam Wuruk. Dengan membawa berbagai bingkisan berupa tenunan-tenunan dari Jawa utusan Patih Gajah Mada pun menyampaikan maksudnya untuk meminang puteri Lindung Kepada Raja Muda Sedia.
Gajah Mada mengharapkan terjadinya perluasan daerah kekuasaan Majapahit dengan jalan damai tanpa peperangan. Beberapa opsi ditawarkan oleh utusan Kerajaan Majapahit kepada kerajaan Tamiang. Diantaranya Majapahit berjanji membantu memerdekakan Kerajaan Tamiang dari kekuasaan Kerajaan Samudera Pasai. Dengan syarat Raja Muda sedia mau menerima pinangan dan mengawinkan Putri Lindung Bulan dengan raja Hayam Wuruk.
Sesungguhnya raja Muda Sedia tidak ada sedikitpun berniat untuk menerima pinangan tersebut. Namun Ia berdalih untuk melakukan musyawarah dengan para pembesar istana untuk mengambil keputusan tentang pinangan Puteri Lindung Bulan. Raja Muda sedia meminta di tangguhkan selama satu hari untuk memberikan jawaban.
Keesokan harinya utusan Majapahit datang kembali untuk menagih janji. Utusan Kerajaan Majapahit di sambut dengan sangat terhormat. Para tamu tersebut di jamu dengan istimewa. Hidangan di tempatkan diatas dalung-dalung. Bagi perkauman suku Tamiang itu adalah  sebagai tanda penghormatan yang besar dalam menjamu tamu-tamu istimewa.
Para Tamu utusan Patih Gajah Mada di persilakan membuka dalung-dalung yang telah di hidangkan. Alangkah terkejutnya mereka. Ternyata isi dalung-daung tersebut bukanlah makanan tapi dalung-daung tersebut berisikan emas permata, intan, zamrud, delima dan nilam.
Kepala istana mempersilakan tamu-tamunya untuk menyantap semua hidangan tersebut. Tentu saja utusan-utusan tersebut merasa bingung. Mereka saling memandang antara sesamanya. Utusan tersebut mengatakan bahwa mereka tidak mungkin memakan hidangan yang disediakan.
Raja Muda Sedia memahami kebingungan para tamu-tamunya, dengan bijak Ia berkata ;