Mohon tunggu...
ifa avianty
ifa avianty Mohon Tunggu... -

Saya seorang penulis, ibu rumah tangga, senang membaca, memasak, dan kerja2 kreatif lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Mewujudkan Cita-cita Anak dengan Cara Menyenangkan

11 September 2016   18:34 Diperbarui: 11 September 2016   18:39 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berapa biayanya kalau anak menjalani program Homeschooling? Lebih murahkah atau lebih mahalkah? Kalau lebih murah, saya mau ikutan ah. Tapi kalau lebih mahal, mendingan sekolah di yang belakangnya ada IT-IT-nya. Kita enggak capek mengasuh dan membimbing anak, ya sepadan lah sama biayanya. Demikian saya dan teman-teman pelaku Homeschooling sering ditanya dan dikonfirmasi oleh banyak ibu-ibu.

Lalu apa jawaban saya? Ya relative. Mau pendidikan macam mana yang anda inginkan bagi anak-anak, mau sistem kayak apa, mau gimana, semua terserah pada orang tua dan…anak. Yang mau sekolah kan, anak. Yang mau mencapai cita cita kan, anak. Orang tua? Ini dia masalahnya.

Menurut saya, salah satu factor penyebab kurang berhasilnya anak menempuh pendidikan dengan sistem tertentu, apakah itu sekolah formal atau homeschooling, adalah karena orang tua sedikit gagal faham dan gagal focus. Lah? Lah iya.

“Saya sih pinginnya anak saya jadi dokter. Dulu saya pingin punya suami dokter, malah jadinya sekarang saya istri pak Lurah. Pokoknya anak saya harus jadi dokter, makanya sejak kelas 4SD dia saya ikutkan macam macam les. Ada les matematika, bahasa Inggris, sampai les renang”.

Dan saya bingung. Anaknya maunya jadi apa bu?

“Lah dia kan masih kecil. Belum tetap pendiriannya. Kita yang menentukan”.

Yang bakal menjalani kan anak ya, bu? Kalau anaknya enggak suka gimana?

“Ntar juga suka”.

Waduwww, pede benar nih ibu….

Satu contoh lagi.

“Anak saya harus jadi artis, kayak Agnez Mo, kayak Judika, kayak Sherina….”

“Anaknya mau enggak?”

“Ah dia mah enggak pede. Disuruh nyanyi malah nangis. Sudah saya leskan nyanyi dan main piano, enggak ada kemajuan. Pusing saya. Padahal jadi artis itu cita cita saya sejak kecil. Malah sempat ikut les bina vokalia segala.”

“Terus ibu dulu kenapa enggak jadi artis?”

“Enggak boleh sama ibu saya.”

Sepertinya saya perlu obat pusing….

“Nah nanti kalau misalnya anak ibu ingin jadi insinyur, terus ibu gimana?”

“Anak yang baik itu yang membahagiakan orang tuanya. Ya dia harusnya sih nurut sama saya”.

Harusnya? “Ibu bahagia enggak sekarang? Ibunya ibu bahagia enggak sekarang?”

“Tau deh”.

Kembali saya gagal faham dan ingin menjedutkan kepala ke tembok.

Pantas banyak orang tua stress. Pantas lebih banyak lagi anak yang depresi dan frustrasi. Kenapa? Karena tidak ada komunikasi. Tidak ada upaya saling memahami. Yang ada adalah, “Kamu sekolah di sekolah itu ya. Banyak orang sukses lahir di situ”.

“Kamu ikut les piano hari senin, selasa karate, rabu matematika, kamis bahasa inggris, jumat les ngaji, sabtu les renang…” (minggu pingsan….). enggak heran, banyak orang tua yang mengeluh merasa biaya yang dikeluarkan tidak sesuai dengan hasil dari si anak.

Jadi, saya dengan (kadang) sedikit jutek, melarang emak emak dan bapak bapak tipe demikian seperti disebutkan di atas untuk menjalankan program homeschooling bagi anak anaknya. Kenapa? Bukankah menjalankan sistem pendidikan yang diinginkan, merupakan hak asasi setiap orang tua? Betul. Tapi percayalah, jika anda termasuk tipe ibu dan bapak seperti di atas, anda hanya akan menambah jumlah anak dan orang tua stress barengan.

Karya Ahya, yang senang mereka reka bentuk, calon movie and anime maker. Origami Pokemon, jadi teman tidur Pokijan si kucing. Koleksi pribadi.

Program homeschooling adalah semacam sistem pendidikan alternative yang memberikan lebih banyak ruang untuk searching, finding, and developing everything in living better life, terutama bagi anak. Jadi, proses pendidikan dibuat senyaman mungkin, sehingga anak tidak hanya mampu menyerap nilai yang berhubungan dengan ketrampilan akademis, namun juga bisa lebih banyak menyerap nilai nilai kehidupan dan ketrampilan menjalani hidup (adversity quotient). Anak dan orang tua sama sama belajar, tidak ada yang selalu harus jadi pakar dan (bu)kar. Kalau bapak kan pakar, kalau ibu ya bukar. Anak dan orang tua sama sama mencari dan menemukan gaya belajar, minat, bakat, dan banyak hal-hal exciting lain, yang mungkin belum atau tidak ditemukan di bangku pendidikan formal.

Ada rules yang tidak tertulis yang diperhatikan sangat bagi para pelaku homeschooling, yaitu jangan saling memaksakan kehendak, dan jangan terburu membuat blue print masa depan anak. Percaya deh, proses mencari, menemukan, dan membangun itu indah. Selalu ada kejutan manis setiap hari yang dialami. Menakjubkan dan mencengangkan, sekaligus membuat banyak mengucap istighfar, hamdalah, dan kalimat tasbih. Mewujudkan cita cita anak dengan mendampinginya menemukan cita cita itu sendiri.

Homeschooling adalah proses mendekatkan dan mengikatkan hubungan orang tua dan anak, bukan untuk menjadikan anak manja, namun justru membangun karakter anak dengan mencontoh yang terbaik dari orang orang di sekelilingnya. Ada proses walk the talk bagi orang tua, ada proses Belajar kepada maestro atau ahlinya, bagi anak.

bp3-57d53fcfae7e61d8744332cf.jpg
bp3-57d53fcfae7e61d8744332cf.jpg
Pramuka-nya anak Homeschooling, berfoto bersama pak Walkot Depok. Foto by ibu Tri.

Nah, kalau begini, biayanya enggak terukur dong?

Saya sih fleksibel saja. Kadang memang biayanya lebih mahal dari spp bocah, kadang sama dan kadang bisa lebih murah. Tergantung, apa yang dipelajari, apa yang dibutuhkan, bisa enggak disiasati dengan materi dan bahan yang ada. Tergantung kreativitas orang tua dan anak. Ikut satu atau beberapa komunitas juga cukup membantu proses pendidikan dan kalkulasi biaya lho. Fleksibel banget kok. Menurut pengalaman saya, jarang sekali biaya pendidikan anak-anak selama menjalani Homeschooling lebih mahal dari biaya sekolah mereka yang sebelumnya di swasta nasional dan IT-IT itu. Maklumlah, kami hanya keluarga PNS dan dosen.

Tapiiii… yang namanya mewujudkan cita cita anak selalu bukan hal yang mudah. Ada yang harus dipersiapkan, termasuk biaya. Jangan anggap sepele persiapan biaya ini. Paling tidak ada 5 hal yang saya lakukan untuk itu:

  • Menghemat biaya dengan membeli materi dan bahan pendidikan yang semurah mungkin dengan kualitas baik, juga menghemat anggaran internet, TV berlangganan, listrik dan air misalnya.
  • Menyediakan pos tabungan baik berupa tabungan, deposito, ataupun celengan receh. Ini berguna sekali di tanggal tua dimana kebiasaan korek korek dompet merupakan hal yang lazim bagi emak emak istri PNS begini.
  • Menyediakan asuransi pendidikan bagi anak, dimana saya sudah percaya pada Bumiputera 1912 yang sudah dikenal lama di masyarakat kita. Preminya juga memadai banget buat dompet kami. Proses pembayaran dan klaimnya juga mudah, enggak ribet bagi ibu ibu gampang panic kayak saya.
  • Mengajak anak berwirausaha, belajar tentunya, dengan misalnya mengajarinya berjualan, mengelola uangnya, dan meng-update ilmunya.
  • Mengajarkan anak bertanggung jawab atas semua pilihan yang dia buat. Misalnya anak saya ingin ikut Pramuka, Panahan, Robotic, dan les gitar. Benarkah ia serius atau hanya ingin coba coba? Ajarkan bahwa semua itu harus dibayar dan uangnya diperoleh dari kerja keras ayah dan ibu.

Itu yang sudah saya praktekkan. So far, kedua anak saya yang homeschoolers, Ahya dan Bebeb bisa menjalani pendidikannya di rumah dengan tenang, nyaman, dan bahagia. Ahya yang ingin jadi seorang movie maker dan anime maker, dan Bebeb yang masih mencari, tetap semangat menjalani Homeschooling-nya. Demikian juga si sulung Akna yang ingin jadi programmer dan mulai rajin mengasah ilmunya.

bp1-57d5402f347b616b0c8abc18.jpg
bp1-57d5402f347b616b0c8abc18.jpg
Salah satu teman Ahya, cita-citanya jadi news anchor. Foto by ibu Ferani.

Oh, yang penting sekali, jangan lupa mengalirkan doa untuk mereka ya bu, pak, dalam setiap helaan nafas, dalam setiap tarikan pekerjaan mengais rezeki. Semoga berkah dan keselamatan serta kesehatan dan kebahagiaan selalu terlimpah untuk kita dan anak-anak. Aamiin…

Akun sosmed:

FB : http://www.facebook.com/ifa.avianty1

Twitter : @ifaavianty

Instagram : @ifaavianty

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun