Kelima, mempersiapkan family bonding yang kuat. Anak-anak yang melewatkan masa remajanya dengan aman adalah anak-anak yang memiliki family bonding yang kuat. Friendship and colleague bonding, nanti, habis itu. Setelah ikatan keluarga mulai kuat, baru ajarkan mereka bersosialisasi dan berjejaring dengan baik. Jangan terbalik. Jangan jadikan anak sebagai sosok yang homeless, lebih suka hang out di mall, dan malas pulang ke rumah. Jadikan tiap waktu adalah waktu yang berkualitas, berusaha jadi teman anak-anak, temani mereka melewati saat-saat kritis dalam hidupnya, bukan sebagai ibu peri atau ayah serba bisa, tapi sebagai orang tua yang hangat, yang mendoakan mereka, dan mengiringi mereka dengan support dan rasa cinta yang terbaca oleh mereka.
Keenam, orang tuanya niiih.,..wajib banget walk the talk. Jangan omdo dan main suruh. Yuk, disiplinkan diri untuk belajar melakukan apa yang ingin anak kita lakukan. Susah sih, tapi bisa, insha Allah. Saya, kami, juga lagi terus belajar.
Memang jadi orang tua enggak ada sekolahnya. Jadi anak juga begitu. Sekolah formal yang selama ini dijalani hanyalah membantu meretas jalan menuju sekolah sebenarnya. Sekolah sebenarnya bagi anak dan orang tua adalah sekolah kehidupan. Selamat datang di sekolah kehidupan, dan selamat bersenang-senang di dalamnya. Kami sih percaya, bahwa salah satu poin penting membangun kekuatan anak bangsa, adalah membangun karakter unggul anak-anak kita dengan membersamai mereka menjalani sekolah kehidupan, sambil terus mempersiapkan bekal untuk pendidikan dan kesehatannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H