“Enggak ada, Bu, belum sekarang”.
“Lho kapan? Bukannya sekarang?”
“Nanti bu, jumat depan”.
OmyGod! “Ya sudahlah”.
“Terus sekarang ibu mau ngapain?”
“Ke mushala”.
“Abis itu pulang aja, bu, Enggak usah ditungguin…”
Dan, seketika itu juga saya baper. Ada perasaan yang sulit saya ungkapkan. Tersinggung sih enggak. Wajar lah, pemuda SMA malu diantar ibunya ke sekolah. Memangnya adik saya, dulu, setiap ujian semester di kampusnya ditunggui mama? Iya sih adik saya perempuan, tapi… anak kuliahan ditunggui ibunda ketika ujian semester? OmyGod!
Dengan langkah pelan, saya kembali ke parkir. Dia sudah besar sekarang. Dukungan yang ia butuhkan bukan lagi mengantarjemput ke sekolah. Dia butuh diberi ruang untuk menemukan dirinya yang baru. Dia butuh didukung menjadi remaja, bukan anak-anak lagi.
Ya ampun, rasanya baru kemarin dia lahir, masuk Playgroup, TK, SD, SMP….
Apapun, ibu enggak apa-apa, Mas Akna. Yang penting kamu tetap belajar dengan bahagia.