Kemarin, Kamis 4 Agustus 2011, Arif sudah saya bawa lagi ke dokter mata, istilahnya adalah untuk 'koreksi'.Dia diminta duduk di depan slide huruf dan coba-coba lagi lensa hingga titik optimalnya. Koreksinya dilakukan oleh perawat, dan dicek lagi oleh dokter.
Tidak 100% dia menjawab dengan benar hingga huruf terkecil, meskipun kedua mata dibuka dan menggunakan lensa.Kesimpulannya, Arif menderita astigmatisme-miopi... eits... bener gak namanya itu ya?.. pokonya silindris campur minus gitu lah. Kiri: -1/4 sildr ½, sementara mata kanan: -5,75 sildr 2.
Komen saya? InnaliLlahii wa inna ilaihi raaji'uun. Sebagian kecil kenikmatan penglihatan mata Arif telah diambil oleh-Nya.
Saya tidak sepanik hari selasa kemarin. Kali ini lebih siap, dan biasa-biasa aja.
Kata dokter, Arif harus pakai kacamata terus. Boleh dibuka waktu mandi dan tidur.“Kalo sholat?”, tanya Arif.
"Iya waktu sholat boleh dilepas”, kata Bu Dokter sambil tersenyum.
Arif tampak baik-baik saja. Semoga seterusnya pun begitu setelah dia pakai kacamata.Resep kacamata pun ditulis dan barulah saya banyak nanya Bu Dokter.
Pertama saya minta saran dari dokter buat Arif, berhubung dia senang sekali maen laptop.
Kata dokter, yang penting jangan lebih dari 1 jam terus menerus. Kalo udah 1 jam, istirahatlah dulu barang 5 menit, lihat yang jauh-jauh, baru boleh lihat layar lagi.
Insyaa Allah gak sulit. Arif gak sampai segitunya kok, gak sampai manteng laptop lebih dari 1 jam tanpa istirahat. Nonton TV pun hampir tidak, karena di rumah sinyal TV gak bagus.Kedua, saya tanya vitamin mata apa yang bisa dimakan untuk bantu mengurangi minus mata. Hmm.. dokter bilang, tak ada satupun suplemen yang bisa mencegah mata miop (ini persis seperti jawaban dokter mata saya dulu). Yang bisa dilakukan hanya membangun kebiasaan baik seperti baca sambil duduk di tempat terang, tidak sambil tiduran. Nonton TV dengan jarak cukup (juga tidak sambil tiduran), dsb. Adapun makanan, sayuran dsb itu bisa memperkuat syaraf mata dalam masa pertumbuhannya. Bukan ke masalah miopnya.
Yang jadi tujuan dari kacamata Arif sekarang adalah melatih syaraf mata (terutama kanan), agar minus berapapun dia nanti, dia bisa melihat sama baiknya dengan yang lain.
Yup, saya cukup faham apa yang dokter bilang.
Saat ini, - saya-, mau dipakein minus berapa juga.. tetep kalo lihat huruf kecil-kecil itu gak bisa. Salaah melulu. Tapi karena saya udah gak kuliah lagi, gak perlu terpaksa atau dipaksa duduk di belakang dan melihat papan tulis, maka hal itu jadi tidak masalah buat saya.
Dokter palingan cuma bisa ngasih ukuran terbaik buat saya, tapi tidak maksimal. Itulah barangkali yang namanya syaraf lemah.
Berbeda dengan Sofi kemarin, yang dia mantaaap nyebutin huruf sampe yang terkecil baik mata kanan maupun kiri. Berarti mata dia plus syarafnya insyaa Allah 100% normal. Semoga seterusnya ya Fi, amiiin.
Nah, Arif punya waktu 3 tahun untuk memperbaiki syaraf ini karena dia sedang masa pertumbuhan. Masalah rabun jauhnya sih, wallahu a'lam, cuma mukjizat... atau kelak semacam operasi lasik yang bisa menurunkan angka minusnya.
Jadi begini lho, kata dokter, mata kanan Arif itu terbiasa melihat jelas hanya dalam jarak sekitar 2 meter. Dan otaknya tidak mendapat informasi kalau mata kanan normal itu bisa lihat lebih jauh dari itu, sehingga memang tidak akan ada keluhan dari Arif. Apakah ini yang dinamakan Lazy Eye yah? Baru baca barusan tentang Lazy Eye ini.
Sekarang oleh kacamatanya (yang akan Arif pakai nanti) si syaraf mata kanan dikasih tau kalo dia tu mestinya bisa lihat jauh.Dokter minta, 3 bulan setelah pake kacamata, kontrol lagi. “Nanti kita lihat apa ada perbaikan pada syaraf matanya”, gitu dokter bilang.
(Di atas sudah terangkum pertanyaan ketiga dari saya tentang maksud dari syaraf lemah).
Pertanyaan keempat adalah tentang kacamata pinhole, yang bisa menguatkan syaraf/ mengurangi minus (?). Jawabannya, tidak usah. Dokter menjawabnya seakan-akan kacamata pinhole itu hanya sebuah tahyul. Gtau deh...
Ya sekarang tinggal menyiapkan mental Arif untuk berkacamata.Kerasa banget dulu saya berasa bener jadi orang yang tidak normal, karena ketika saya bilang ..
“minus lima.. enam.. tujuh... dst”, tanggapan orang adalah ... “HAAA??”So what gitu loh.. mending nanya mah nanya aja kagak usah pake HA :(
Trus dulu saya paling maleees kalo dibawa mamah/bapak ke RS. Cicendo setahun sekali sejak kelas 1 SD.
Ngantri, lama, lapar, tunduh, hareudang (ini dulu ya, gak tau kalo sekarang), dah gitu dapet vonis penambahan minus pula, dan saya harus ganti lagi kacamata dengan lensa yang lebih tebal, terus ntar makin banyak orang yang nanya deh... “minus berapa?” .. “Haaa?” .... Sebeeellll...
Penderitaan saya berakhir saat seorang dokter mata di tempat praktek pribadinya menyarankan saya menggunakan lensa kontak. Sejak berlensa kontak, penambahan minus mata saya tidak terlalu pesat, dan saya merasa menjadi orang normal. Hehe. AlhamduliLlah.
Berkaca dari pengalaman itu ya berarti saya harus berempati sama Arif dengan cara yang sebaik-baiknya. Seperti halnya saya ingin diperlakukan oleh orang lain. Arif kan belom bisa pake lensa kontak.
Orang tua saya alhamduliLlah sikapnya baik terhadap kekurangan saya ini. Bilang kalo saya lebih baik pasrah saja atas kehendak Allah, banyak bersyukur, dsb dst yang bikin saya tenang hati.
Nanti juga ke Arif saya mau gitu aja. Anggap biasa aja. Dan saya jadinya selalu bilang, “Umi dulu juga gitu”.
Kalo saya bilang gitu, seneng deh lihat rona wajah Arif yang tampak lega. Toh dia melihat kini umminya baik-baik saja walau tetap harus dengan lensa kontak :)
Ayo ARIF !! Tetap SEMANGAT ya Nak !! m/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H