Mohon tunggu...
Idrus Ali
Idrus Ali Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Lahir di desa terpencil, Nagasari, kec. Palengaan, kab. Pamekasan, Madura.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kebenaran yang Terpenjara

9 Februari 2020   18:29 Diperbarui: 14 Maret 2023   01:10 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbicara kebenaran memang tidak harus melulu tentang agama. Namun diakui atau tidak, agama menjadi salah satu pembahasan yang seksi dalam dunia Filsafat. Sehingga senantiasa asik untuk selalu dibahas.

***

Ketika makhluk pertama yang dulunya berada di heaven (surga) harus terdampar di bumi lantaran melanggar bahasa tuhannya. Sejak saat itu, bumi menjadi pijakannya dalam mencari suatu kebenaran. Yang tentu membuat manusia membutuhkan pedoman dalam menakar suatu kebenaran.  

***

Dahulu manusia masih terkungkung pada kepercayaan terhadap mitos, tahayul dan animisme (percaya terhadap roh yang bersemayam di batu, pohon, gunung, dll. Juga dinamisme (percaya akan sesuatu yang dijadikan sebagai tanda kegagalan atau kesuksesannya).

Kemudian agama datang dan  talk about the truth (berbicara kebenaran). Agama melegitimasi bahwa kebenaran yang mutlak berada pada kebenaran agama. Yang tentu, setiap agama yang ada berpegang teguh pada dalil dan pedoman yang diyakini memiliki takaran kebenaran masing-masing yang tidak dapat diganggu gugat.

***

Pernah suatu ketika ada manusia yang bernama Ibrahim sampai berdarah-darah dalam mencari kebenaran akan tuhannya. Sampai-sampai matahari pernah dianggap sebagai tuhannya. Hal itu menandakan bahwa sejatinya manusia tidak bisa hidup sendirian melainkan butuh tempat sandar yakni kebenaran.

Semakin tajam daya pikir manusia dalam memandang suatu realitas. Hal itu melahirkan banyak perbedaan pendapat dalam memandang suatu kebenaran. Seorang sufi dan filsuf saja ada yang dibunuh dan bahkan ada yang bunuh diri lantaran berbeda standpoint (pandangan) dalam memandang suatu kebenaran.

***

Seperti al-Hallaj yang harus divonis hukuman mati dan harus ditebas lehernya dengan pedang lantaran berbeda pendapat. Faraq fuoda divonis halal darahnya untuk dibunuh dan tragis kematiannya karena harus mati diatas peluru panas lantaran berbeda pendapat dengan pemerintah Mesir. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun