Di tengah ketidakpastian dunia kerja yang terus berkembang, Gen Z muncul sebagai generasi yang menghadapi tantangan unik namun dengan potensi besar untuk bangkit dan beradaptasi.Â
Mereka dikenal sebagai generasi yang dibesarkan dengan teknologi digital dan mengalami berbagai krisis global, mulai dari perubahan iklim, ketidakpastian ekonomi, hingga pandemi COVID-19. Bagaimana generasi ini membentuk diri mereka dalam dunia kerja yang penuh dengan tekanan?Â
Artikel ini mengupas resiliensi Gen Z---kemampuan mereka untuk bertahan, beradaptasi, dan berkembang di lingkungan kerja yang semakin kompleks.
Dunia Kerja yang Berubah Cepat
Gen Z memasuki dunia kerja pada saat yang tidak biasa. Dengan perkembangan teknologi yang cepat, otomatisasi, dan perubahan besar dalam cara kerja, mereka menghadapi banyak ketidakpastian.
Pada satu sisi, teknologi menawarkan kesempatan yang belum pernah ada sebelumnya. Pada sisi lain, otomatisasi pekerjaan membuat banyak pekerjaan level entry berisiko tergerus oleh kecerdasan buatan (AI). Tantangan ini membebani Gen Z, di mana sebagian besar dari mereka cemas tentang masa depan pekerjaan mereka.
Pandemi COVID-19 juga memberikan pukulan yang signifikan terhadap cara mereka memandang dunia kerja. Selama masa-masa penuh krisis tersebut, bekerja dari rumah menjadi norma baru, dan Gen Z, sebagai generasi yang sangat terhubung dengan teknologi, tampaknya beradaptasi dengan lebih mudah dibandingkan generasi sebelumnya.
Namun, fleksibilitas ini datang dengan harga---banyak yang melaporkan burnout dan kesulitan menjaga batasan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.
Memahami Resiliensi: Lebih dari Sekadar Bertahan
Resiliensi bukan hanya tentang kemampuan untuk bertahan, tetapi juga tentang bagaimana seseorang dapat berkembang setelah menghadapi kesulitan.