"Inshaallah, saya bersedia pak."Â
Sekejap Ustad Arif memandangi Bayu.
"Jangan bercanda kamu nak. kamu saja belum tau anak bapak? dan sekarang ia tengah berjuang menghadapi kangkernya."
Lalu Bayu kembali menjawab,"Inshaallah saya siap pak. Menikahi anak bapak.".Â
Ustad Arif tersenyum dan begitu bersyukur mendengar niat dari Bayu.Â
"Tapi sebelum itu, kamu harus melihat dulu anak bapak. dan bilamana nyatanya kamu berubah pikiran, bapak akan terima nak dan tidak akan marah sedikitpun."Â
Bayu pun tersenyum dan menganggukan kepalanya. lalu, mereka berdua berdiri dan mulai berjalan ke arah lobby Rumah Sakit. guna menuju ke Lantai 5, keruangan Riani berada.Â
Sesampainya di depan pintu ruangan, Bayu berhenti dan menunggu. Sedangkan, Ustad Arif mulai melangkah masuk ke dalam ruangan dan menghampiri putrinya. Dengan lembut dan pelan Ustad Arif memanggil Riani,
"Ndok. ada yang ingin ketemu kamu. katanya, ia bersedia menikahi kamu ndok" ucap Ustad Arif sambil tersenyum memandangi putrinya.
Wajah Riani mendadak sedikit kebingungan dan bertanya-tanya terkait. Apakah benar ada yang mau menikahi dia? seorang penyakitan, bahkan yang divonis hidupnya tidak lama lagi. Â lalu, dengan tenaganya yang lemah ia mulai kembali menggapai kertas dan pena seraya menuliskan sebuah kalimat dan menoleh ke abahnya.
"Serius abah? bercanda abah ngga lucu."
Melihat tulisan dari Riani, Ustad Arif pun tersenyum dan berkata,
"Serius. itu pemudanya ada di depan pintu kamar. bila kamu izinkan abah persilakan masuk."