Mohon tunggu...
Idris setiawan
Idris setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Sang Pencinta Keheningan

Dari hidup kita belajar berjuang. Dan dari Tuhan kita belajar iklas. Tak ada perhentian yang akan indah selain mati dengan bahagia.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Perjalanan Kemanusiaan Part 14: Restu Orangtua dan Bang Rangga

23 Juli 2023   00:36 Diperbarui: 23 Juli 2023   11:05 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Dit, besok jadi pulang?" tanya seorang wanita tua dari telepon yang setiap harinya mendoakan dan menunggu kepulanganku dari bumi perantauan. aku ingat waktu itu, diwaktu saat kuajukan diri untuk merantau ke pulau jawa. 

"Bu, minggu besok Adit berangkat merantau ya." ucapku.

"Kok dadakan Dit. cari kerjaan disini aja Dit. ibu, bapak sudah tua. siapa lagi yang akan jaga ibu sama bapak?" ucapnya

"nanti ada Ari yang akan stay di kampung untuk merawat ibu dan bapak. dan ada bang Rangga juga bu. Inshaallah nanti tiap tahun Adit akan pulang kok bu. buat nengok ibu dan bapak di kampung halaman. yang penting selalu do'a kan Adit ya bu. semoga Adit sukses disana." ucapku menenangkannya, karena ku amat tahu bagaimana sifat ibu. 

"Ya sudah kalo gitu. yang hati - hati yah, jangan tinggal Shalat." ucapnya 

kini sudah 5 Tahun bejalan setelah waktu itu. 

"Iya bu. inshaallah besok Adit pulang. tadi sudah memesan tiket pesawat bu." ucapku di telepon

"hati - hati yah. ingat, jangan tinggal Shalat. dan makan dulu sebelum berangkat naik pesawat." 

setelah selesai mengobrol dengan ibu di kampung melalui telepon sedari jam 21:00 s/d 22:30 WIB akhirnya kuletakkan handphoneku di atas meja, lalu masuk ke dalam mengarah dapur untuk membuat segelas kopi. 

Malam ini terasa begitu dingin, tapi tidak ada angin ucapku membatin dan segera mengambil gelas yang berada di rak piring. kuletakkan di sebelah kompor sambil menunggu airnya mendidih. kuambil pelastik yang berisi kopi bubuk dan kuambil bubuk kopi menggunakan sendok, dan lekas menuangkannya di gelas yang sudah ku sediakan. ku ambil juga gula secukupnya, tidak terlalu banyak. mungkin hanya separuh dari sendok makan. sebab, mengopi itu menurutku harus pahit, biar citra rasanya tidak hilang kalah dengan manisnya gula. 

Setelah selesai dan air telah mendidih, kutuangkan air mendidih itu kedalam gelas sembari mengudaknya agar menyatu antara 3 komponen penting di segelas kopi. yaitu, air, bubuk kopi dan gula. ku angkat gelas dan tak lupa ku matikan kompor terlebih dahulu. lalu kubawah ke meja depan untuk kembali santai memperhatikan malam, yang dimana menjadi rutinitas keseharianku disetiap malam di kontrakan. Ku taruh segelas kopi itu di atas meja, dan akupun duduk kembali di kursi yang tadi kududuki. sambil tangan kananku mulai menggapai handphone yang sedari tadi tergeletak tak berdaya diatas meja. Dan ternyata ada beberapa panggilan dan sebuah pesan masuk. 

"Kamu dimana?"

"Ayo respon grup"

pesan itu datang dari Leaderku, atau atasanku disebuah lembaga kemanusiaan yang kini menjadi tempatku bernaung. kubuka grup koordinasi dan ternyata benar saja. telah terjadi Tsunami yang melanda Pandeglang, Banten. Yang menerjang wilayah pesisir Pandeglang dan tim divisi Emergency yaitu Rescue segera diintruksikan untuk merapat ke Mako(Markas Komando) lembaga. 

Aku pun lekas kembali masuk ke dalam kontrakan dan mengambil seragam rescueku dan segera berangkat ke Mako. sambil membalas, "siap meluncur" ketikku di dalam grup.

Kopi dalam gelas hanya kuminum sedikit, kukunci kontrakan dan lekas ku hidupkan motorku, mulai meluncur ke Mako dengan kecepatan 60Km/Jam. Yang dimana letak Mako begitu jau dari posisiku saat ini, setelah menempuh setengah jam perjalanan akhirnya sampailah aku di Mako dan kulihat semua tim sedang sibuk menyiapkan peralatan dan kendaraan. 

"Assalammuallahikum" ucapkku setelah menaruh motor diparkiran dan bergegas menghampiri bang Ardi.

"Wa'allahikumussalam Dit. bantu si Lemon di gudang menyiapkan peralatan APD dan kebutuhan kita ya " ucapnya.

"Baik bang." aku yang lekas meninggalkan bang Ardi yang tengah memanaskan mobil dan melihat kesiapannya.

Tak lama mobil Dirut lembaga pun sampai di Mako, diikuti beberapa mobil dari tim divisi lain. 

"Bagaimana Di? Kesiapan kita." ucap pak Dirut kepada bang Ardi.

"Inshaalllah semua siap pak." 

"Baik, nanti berangkat jam 02:00 yah." ucap pak Dirut, sambil lekas masuk ke dalam kantor diikuti beberapa petinggi di belakangnya.

Setelah selesai memuatkan peralatan APD ke mobil Rescue. Dari Helm, Rompi Pelampung, Kantung Mayat dan kain kafan. beberapa dus air minum, serta makanan. Tenda pleton 14x6 untuk pos tim. Serta perlengkapan tali, sekop dan golok. Semua sudah berada di mobil rescue dan terikat rapi dengan ditutupi terpal. 

"Baik semuanya naik ke atas kita rapat keberangkatan dengan petinggi." ucap bang Ardi sambil berjalan menuju lobby kantor

"Siap" ucap kami bersepuluh dan lekas mengikuti bang Ardi dari belakang.

Sesampainya di ruang meeting, pak dirut dan pak manager Emergency telah berada di ruangan. diikuti oleh, pihak Finance hingga ke HRD. 

"Assalammuallahikum" Ucap bang Ardi di depan pintu ruangan.

"Wa'allahikumussalam, silakan masuk" ucap pak Dirut.

"Karena ruangannya kecil, jadi tidak apa - apakan kalo yang lain berdiri." tambah pak Dirut.

"Siap tidak apa - apa pak" ucap kami bersepuluh kompak.

"Baiklah Meeting dibuka."

Pak Dirut mulai membuka rapat dan segera menjabarkan situasi sementara disana. terkait kebenaran dari Tsunami yang menerjang Padeglang, Banten. untuk tim BASARNAS(Badan sar nasional) sudah turun ke lokasi, dan relawan dari lembaga lain juga sedang menyiapkan timnya untuk berangkat. selain itu, sistemnya nanti  1 pintu. setelah kami sampai, laporan dengan tim BASARNAS yang sudah disana. membantu proses pencarian dan jangan lupa pendataan (ASSESMENT). Setiap hal apapun yang kami temukan disana, wajib untuk kami laporkan ke kantor pusat. dan terakhir, jaga diri lebih dahulu dan pahami S.O.P pencarian yang diterapkan oleh tim BASARNAS, TNI dan Polri. untuk pimpinan tim dari Mako diberikan ke bang Ardi yang juga merupakan senior di Potensi SAR Tangsel. Potensi SAR Sendiri adalah relawan yang sudah terdaftar sebagai relawan ponolong dan pencarian(SAR) Di bawah naungan BASARNAS. Selaku lembaga negara yang menangani terkait kebencanaan. 

Rapat pun selesai, semua turun ke bawah untuk lanjut ke pemberangkatan tim. 2 mobil  rescue dan 1 mobil Ambulance sudah siap untuk keberangkatan ke lokasi bencana. Sebelum berangkat kami melakukan do'a sejenak. setelah selesai, kami pun mulai diizinkan masuk ke dalam mobil masing - masing dan berangkat menuju ke Pandeglang Banten. 

"Kamu sudah ngabarin orang tua kamu Dit?" ucap bang Lemon

"oh iya belum bang." lekas mengeluarkan Handphone ku. 

mulai kucari nomor ibu dan menelponnya. kutahu jam segini ibu pasti sudah bangun untuk Tahajud. 

"Iya Assalammuallahiku Dit." angkat ibu dengan suara pelan

"Wa'Allahikumussalam bu. ibu sudah Shalat tahajud?" tanyaku.

"Belum, ini kamu bangunin ibu? terima kasih ya." ucap ibu

"begini bu. kayaknya besok Adit ngga jadi pulang bu." ucapku pelan sambil sedikit mengerutkan dahiku

"Lah kenapa? bukannya kamu sudah memesan tiket? kamu sakit Dit?" tanyanya mulai serius dari nada bicaranya

"Engga apa-apa bu. begini, ibu sudah buka TV? " Tanyaku. 

"Belum Dit. emang ada apa?" sambil mulai berdiri dan mencari remot TV

"Sebentar ibu cari remot dulu yah Dit." ucap ibu

"Kenapa Bu? " tanya bapak terdengar dari telepon.

"Adit nyuruh ibu lihat TV. nah dapet."

"Astagfirrullah. ini beneran Dit?" tanya ibu dari telepon.

"Iya bu." ucapku dari telepon

"Emang ada apa bu?" tanya bapak yang terdengar mendekat ke arah ibu.

"Astagfirrullahu aladzim. ini kapan bu kejadiannya?" 

"Barusan kayaknya pak" sambil menloadspeakerkan panggilan telepon.

"Iya itu barusan bu, pak." 

"Ada korban ngga Dit?" tanya  bapak.

"Sepertinya ada pak. ini Adit sudah meluncur untuk kesana bersama Tim."

"Terus, kamu beneran ngga bakal pulang di pernikahan abang kamu Dit." tanya ibu.

"Maaf ya bu. mungkin Adit belum bisa pulang. tapi nanti, setelah tugas Adit selesai pasti Adit bakal langsung pulang ke kampung bu."

"Heem. bagaimana pak?" tanya ibu kepada bapak yang terdengar dari telepon

"kalo bapak, ya hati - hati Dit. kalo kamu mau nyelamatin orang, ya kamu harus selamat juga. itu pesan bapak."

"Terima kasih pak" jawabku.

"Kalo ibu, yang penting hati - hati. dan kamu ngomong sendiri ke abang kamu yah. pak bangunin Rangga pak?" ucap ibu meminta ke bapak. terdengar langkah bapak menjaui ibu. dan mulai masuk ke kamar bang Rangga untuk membangunkannya. tak lama terdengar suara bang Rangga yang keluar dari kamar dan mendekat ke ibu yang masih memegang handphone nya. 

"Iya kenapa dek?" tanya bang Rangga.

"Begini bang. maaf Rangga ngga bisa pulang untuk pernikahan bang Rangga"

"Lah Kenapa?" tanya bang rangga dengan nada serius.

"Terjadi Tsunami di Pandeglang Banten, dan adekmu harus kesana." terdengar ibu berkata

"Terus, karena banten Tsunami kamu ngorbanin acara kakak kamu sendiri dek?" tanya bang Rangga.

"Bukan seperti itu bang. Adit ini relawan kemanusiaan bang, sudah menjadi tugas Adit untuk membantu orang lain. Adit tau, acara pernikahan abang penting. Tapi membantu masyarakat yang terdampak akibat Tsunami juga penting bang. puluhan, ratusan, bahkan ribuan orang perlu dibantu bang di sana. Adit belum tau dengan pasti situasi di sana, tapi dengan kehadiran relawan secara tidak langsung dapat memberikan energi semangat hidup untuk mereka. dan membuat mereka percaya, bahwa mereka tidak sendiri bang"

"Maafkan Adit ya bang." tambahku.

"Adit itu relawan kemanusiaan, kamu harusnya bangga punya adik seperti Adit. yang iklas membantu orang lain diatas kepentingan dirinya pribadi. restui dia Ngga, biar perjalanannya tidak terjadi apa -apa." ucap ibu terdengar di telepon

"Tenang, setelah tugas selesai Adit janji akan langsung pulang kok Ngga." tambah bapak

"Iya bang, setelah tugas selesai Adit pasti langsung pulang ke kampung kok." tambahku.

"Baiklah kalo begitu, kamu yang hati - hati yah. abang doakan semoga kamu baik - baik saja dan selalu diberikan kesehatan di sana." ucap bang Rangga.

"Terima kasih bang" ucapku. 

"Kamu sudah di mana sekarang?" Tanya bang Rangga

"Ini kita msih di toll bang, mengarah ke Pandeglang, Banten"

"Hati - hati ya Dit" ucap ibu.

"Iya bu, pak dan bang Rangga. mungkin itu saja, wassalammuallahikum" ucapku.

"Wa'allahikumussalam." ucap mereka.

lalu telepon pun kumatikan.

"Bismillah" ucapku dalam hati dengan mobil rescue yang dibawah oleh bang Ardi terus melaju dengan kencangnya di Tol diringi mobil Rescue yang dibawah Leo dan Ambulance yang dibawah Bagus. Terlihat juga beberapa mobil Ambulance dan beberapa mobil Rescue dari lembaga lain yang turut mengarah ke Padeglang dan akhirnya kami membuat 1 jalur beriring - iringan dengan mobil rescue dari lembaga lain. 

inilah perjalanan kemanusaan.

****

[Depok, 22 Juli 2023|SpK]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun