Mohon tunggu...
Idris setiawan
Idris setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Sang Pencinta Keheningan

Dari hidup kita belajar berjuang. Dan dari Tuhan kita belajar iklas. Tak ada perhentian yang akan indah selain mati dengan bahagia.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kajian Trotoar (Katro)

18 November 2022   17:38 Diperbarui: 18 November 2022   17:47 771
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Duduk pemuda itu sambil berpikir melintasi waktu, mencoba menerka - nerka hal apa yang akan ia lakukan untuk mengisi kekosongan. Untuk mengisi waktu yang terbuang disela - sela rutinitas mengejar dunia. Yang terasa tak ada habis - habisnya. 

 Tiba - tiba handphonenya berdenting, tanda chat baru masuk.  Ia coba buka dan tentunya, ternyata Rahmad mengirimkan sebuah selembaran foto undangan untuk kajian tentang agama islam. Agama yang ia anut, warisan dari orang tua dan nenek moyangnya. 

 Ia lihat dan cermati, ternyata tanggalnya jatuh di hari ini. Dengan pukul 20.00 wib, acara dimulai bertempat tidak jau dari Desanya. Sukamulya Balaraja tertera di selembaran gambar itu. 

 Ajakan dari Rahmad berbunyi, "Hei anak cucu Adam. Yang terlantar akibat terlalu pokus mengejar dunia. Kita kajian yook entar malem. Itung'2 cari amal dari pada hanya bermaksiat melulu. Hehe" 

 Pemuda yang sedari tadi hanya duduk pun tersenyum mendapati kata - kata dari teman sejawatnya itu dan lekas menjawab,

 "Baiklah kisanak, sang dedengkotnya maksiat. Guruku yang begitu mansyur. Sudi kiranya menjemput, daku yang tiada kendaraan ini. Hahaha" dengan menambahi bumbu Emocion tertawa dan mengintip ia kiriman pesan itu.

 "Wah ... dasar, perantau tidak bermodal. Haha" jawabnya.

 "Baiklah nanti ku jemput. Jam 7 aku ke kostanmu." tambahnya. 

 "Oke." Balas dari pemuda itu.

 Percakapan via chat pun selesai. Pemuda itu kembali meneruskan lamunan. Duduk di antik - antik yang rindang, dibawah naungan dedaunan Nangka. Angin berdesir pelan, suara dedaunan yang saling bertabrakan pun terus terdengar. Cuaca yang tidak terlalu panas, begitu pas dengan awan - awan yang terlukis di langit biru. 

 "Ciptaan Tuhan, pelukismu Agung" 

 Bisiknya pelan. 

 Dari kejauhan terdengar suara orang memanggilnya, yang membuatnya mencari kearah sumber suara.  

 "Ia teh ada apa?" Tanya pemuda itu sembari berdiri dan menghampiri seorang gadis yang tengah panik karena motornya tidak mau menyala. 

 "Maaf a'k. Ini motor saya engga bisa hidup. A'ak bisa bantu?" Pinta gadis itu. 

 "Waduh ... saya juga engga ngerti terkait motor Teh. Hm' tapi biasanya, coba saya engkol sebentar." Dengan memegang setang dan bersiap mengengkol kendaraan. 

 Gadis itu hanya diam dan menyimak berharap kendaraannya bisa dapat menyala. 

 "Bagaimana A'k? " tanya gadis itu lagi.

 "Ini mah perlu kebengkel Teh. Hm" kalo Teteh mau, saya bantu dorong engga jau. Di depan sana belok ke kiri. nah, bengkelnya ada di sebelah kanan jalan."

 "Ooo terima kasih A'k. Boleh kalo engga keberatan." Ucap gadis itu. 

 "Wah engga berat atuh Teh. Toh kan di dorong, bukan di panggul. Hehe" ucap pemuda itu untuk mencairkan suasana.

 "Aah A'ak mah bisa aja." Diikuti senyum gadis itu. 

 "Baik, mari Teh." Sambil mulai mendorong motor diikuti gadis itu dari belakang. Sekitar 300 Meter berjalan ke uluh, akhirnya sampailah mereka ke bengkel. 

 "Ada apa Peng?" Tanya tuan bengkel yang ternyata teman pemuda itu. 

 "Ini bos. Motornya engga mau nyala. Bisa diperiksa ngga? Maklum, saya engga paham masalah motor. Motor aja engga punya hehe" ucap pemuda itu sambil menyetandarkan motor. 

 "Teh duduk aja dulu. Tenang! Percayakan ke sohib saya ini Teh. Ahlinya kendaraan bermotor. Hehe" ucap pemuda itu. 

 "Baik A'k." Sambil tersenyum dan mengindahkan permintaan pemuda itu agar duduk di kursi tunggu. 

 Motor pun diperiksa oleh tuan bengkel dan tak lama. 

 "Ini mah busi aja mati Peng." Ucap tuan bengkel. 

 "Bilang ke Teteh itu lah bro, masak ke saya. " 

 "Ini mah busi Teh." Ucap tuan bengkel.

 "Ooo ia bang, boleh diganti bang"

  Tuan bengkel pun berdiri dan kembali masuk ke dalam ruangan bengkel. Mengambil busi yang masih baru, dan lekas membawanya keluar. 

 "Yaudah Teh. Tunggu aja, saya pamit dulu." Ucap pemuda itu ke Teteh tuan motor. 

 "Eh A'k tunggu dulu sebentar." Sambil berdiri dan merogo tasnya serta mengeluarkan sejumlah uang. 

 "Gak usa Teh. Saya iklas bantu." Ucap pemuda itu sambil tersenyum dan mengangkat tangan mengisyaratkan menolak. 

 "Engga apa - apa A'k, ambil aja. A'k tadikan udah bantu dorong motor." Ucap gadis itu. 

 "Gak usa Teh. Saya beneran iklas." Balas pemuda itu sekali lagi. 

 "Udah ambil Peng. Itung"2 upah rokok hehe" tambah tuan toko.

 "Beneran engga usah Teh. Enak buat bayar busi aja itu uang. Beneran saya iklas. Lillahitallah." Ucap pemuda itu ke gadis yang masih menyodorkan sejumlah uang. 

 "Hm' yaudah kalo itu kemauan A'ak mah. Beneran saya beterima kasih udah ditolongin dorong motor."

 "Sama - sama Teh. Saya juga sering dibantu orang. Dan sudah pantasnya kita saling bantu Teh. Ya semoga balasannya nanti di hal lain. Inshaallah hehe" 

 "Aamiin. Oo iya, A'ak siapa namanya?" 

 "Apeng Teh." 

 "Oke A'ak Apeng. Salam kenal saya Indira." 

 "Salam Teh. Hm... yaudah saya pamit dulu. Bos, saya pamit dulu yah. Wassalammuallahikum" ucap pemuda itu. 

 "Wa'allahikumussalam." Ucap tuan bengkel dan gadis itu serentak. 

 Pemuda itu pun berlalu begitu cepat dan sampailah ia ke singgasananya tadi, dengan secangkir kopi yang masih tinggal separuh gelas lagi. Untungnya tidak ternodai dengan keberadaan Lalat di dalamnya.

 "Alhamdulillah masih aman." Ucapnya sembari duduk dan mengangkat cangkir kopi dan lekas menyeruputnya. 

 ***

 Sesudah shalat Magrib pemuda itu pun bersiap untuk mengikuti kajian yang diajak Rahmad tadi siang. 

 Tak lama Rahmad pun sampai menggunakan kendaraan roda dua kesayangannya. 

 "Assalammuallahikum." 

 "Wa'allahikumussalam." Sambil membukakan pintu kostan. 

 "Masuk dulu.. " ajak pemuda itu. 

 "Okelah. Ada kopi kan?" Tanya Rahmad. 

 "Alhamdulillah masih ada. Mau?" Tanya Pemuda itu yang lekas berjalan mengarah keruangan belakang dan meninggalkan Rahmad yang duduk di ruang depan. 

 "Wah kebangetan. Kalo ada tamu yah engga usah ditawarin apa dia minta. Keluarin aja semua... haha" timbal Rahmad. 

 "Ya engga semua tamu kaya ente. Haha yaudah silakan di minum." Sambil meletakkan secangkir kopi hangat di hadapan Rahmad. 

 "Terima kasihlah."

 Pemuda itupun kembali duduk di tempatnya yang bersebelahan dengan Rahmad. Yang di mana kopinya sudah lebih dahulu ada dan mulai mengangkat cangkirnya  serta menyeruput kopi yang sudah sedikit agak mulai dingin itu.

 "Sejak kapan tobat? Ente." Ucap Pemuda itu membuka obrolan setelah menurunkan cangkir kopi yang baru saja ia seruput. 

 "Ini nii ...kalo manusia yang engga paham temennya." Ucap Rahmad.

 "Lah, saya mah jujur. Emang dari kecil udah ikutan kajian - kajian. Ente aja yang engga paham. Haha" tambahnya. 

 "Masyaallah. Serius? Kok kayak engga percaya. Haha" 

 "Berdosa bener ini manusia haha ampunilah seudzon nya ya Allah haha" ucap Rahmad sambil tersenyum dan mengangkat tangan mengisyaratkan sedang berdoa. 

 Pemuda itu pun tertawa melihat tingkah Rahmad. Yang di mana ia begitu tahu Rahmad memang anaknya tengil, dan suka bercanda. Bahkan di Pabrik tempat ia bekerja pun, Rahmad kadang sering manjadi pemecah suasana. Dengan tingkahnya yang jenaka, dan suka mengundang tawa. 

 "Ini kopi ente kasih mericah yah?" Tanya Rahmad.

 "Kok panas bener ditengorokan. Haaha" tambahnya. 

  "Tanggung amat kalo cuman Merica, kenapa engga sekalian cabe apa rinso biar muanpolll..." 

 "Apa itu muanpol?" Tanya Rahmad. Sambil menyeruput kopinya kembali.

 "Muantep Poool. Haha" 

 "Ala... bisaan entee Peng. Haha" 

 Tak lama mereka bercanda gurau, pukul sudah menunjukkan jam 19.45 WIB. Akhirnya mereka berdua pun bergegas berangkat ke kajian yang di jadwalkan mulai pada pukul 20.00 WIB tersebut. 

 Sesampainya di sana. Ternyata kajiannya berada di pinggiran sungai yang masih masuk ke wilayah usaha Angkringan. Disaat pemuda itu dan Rahmad sampai pun, tikar dan terpal pun baru dibentangkan. 

 Sepertinya panitia acara masih menyiapkan tempat acara ucap Pemuda itu dalam hati. 

 "Assalammuallahikum." Ucap Rahmad ke para orang -orang yang duduk diantara pinggiran sungai dan angkringan. 

 "Wa'allahikumussalam." Ucap semua orang yang sudah terlebih dahulu datang. 

 Pemuda itu dan Rahmad pun lekas bersalaman kepada semua orang. Ternyata memang benar, ada beberapa orang yang juga kenal dengan Rahmad. 

 "Ni kenalin Apeng. Teman saya di Pabrik. Kebetulan Perantau Lampung."

 "Anis." Ucap laki - laki yang menggunakan setelan serba hitam dan tertera tulisan Katro di pakaiannya. 

 "Selamat datang bang Apeng." Tambahnya. 

 "Terima kasih bang. Saya Apeng." Ucap pemuda itu membalas. 

 Akhirnya pemuda itupun berkenalan dengan sejumlah orang dan hampir semuanya di perkenalkan oleh Anis. Yang ternyata juga merupakan pengurus komunitas yang mengadakan acara kajian ini. 

 Acara pun dimulai, semua orang dipersilakan duduk di tempat yang telah disediakan oleh panitia. Acara dibuka oleh Host dan Pembacaan ayat suci Al-Qur'an. Setelahnya sambutan dari tuan pemilik angkringan yang menyediakan tempat Dan sambutan dari Ketua Komunitas Kajian Trotoar (Katro) diteruskan oleh moderator untuk memasuki acara inti kajian malam ini yang bejudul "Rambu - Rambu Kehidupan."

 Mentimak serta mendengar pembukaan dari host acara serta beberapa rangkaian sambutan - sambutn, barulah pemuda itu paham bahwa acara ini diadakan oleh komunitas Kajian Trotoar (Katro). Dan Katro ini sendiri sudah memiliki hampir 28 Cabang se - indonesia, di Kabupaten Tangerang ini pun termasuk salah satunya. 

 Selanjutnya masuklah ke sesi kajian dengan tema "Rambu - Rambu Kehidupan." Yang di pimpin oleh Moderator dengan mendatangkan 3 narasumber. Narasumber pertama bernama Yoga. Merupakan hijrah disabilitas yang memiliki pengalaman dari masalalunya, di mana sering menumbur rambu - rambu sehingga akhirnya diuji oleh Allah SWT. Dengan dihilangkan penglihatannya. 

 Narasumber Yoga yang akrab dipanggil kang Yoga ini, menceritakan hal - hal apa saja yang telah ia lakukan dahulu dari meminum minuman keras sampai menjadi pemakai obat - obatan terlarang. Bahkan tidak perna sama sekali melaksanan sholat, yang merupakan keterangan beragama islam yang tercantum di KTPnya. 

 Sampai akhirnya Allah SWT turunkan cobaan dengan pengambil penglihatannya. Dan semua temannya dikala senang menghilang entah kemana. 

 Tapi itulah sayangnya Allah SWT. Kepada kang Yoga, ia kirimkan teman - teman lain yang mencoba mengajaknya kembali kejalan benar, walau ia kerap menolak ajakan itu. Tapi teman - teman itu tidak perna berhenti untuk mengajaknya kembali. Sehingga akhirnya, kang Yoga pun tersentuh hatinya dan kembali ke jalan Allah SWT. 

 Bahkan sekarang menjadi pencetus Hijrah fisabillah. Dikalangan pemuda dan disabilitas.

Kang Yoga pun memberikan motivasi, 

"Mencari teman maksiat itu mudah. Tapi tidak demikian ketika mencari teman dalam kebaikan."

 

 Pemuda itu mencermati tiap - tiap kalimat yang ia dengar, bahkan semua orang yang hadir pun sama turut menyimak kang Yoga. 

 Setelah kang Yoga, pindahlak ke Narasumber ke-2 yaitu Govur. Seorang aktivis buruh aktif yang memberikan sedikit sudut pandangnya mengenai "Rambu - rambu Kehidupan." 

 Narasumber Govur yang akrab di panggil kang Govur ini menceritakan hal - hal apa saja yang mungkin akan kita dapati bila melanggar rambu - rambu kehidupan. Dari siksaan yang nanti kita terima di akhirat. Karena pada umumnya semua yang hidup itu mengimani pembalasan di hari nanti atau membenarkan memang adanya surga dan neraka yang menjadi tempat tujuan terakhir kita hidup di dunia.

 Dan narasumber terakhir ialah pembina "Kajian Trotoar (Katro)" wilayah Kabupaten Tangerang itu sendiri. Yaitu Ustad Sofian. Yang lebih akrab dipanggil Bung Sofian. 

 Menurut beliau, Rambu - rambu kehidupan diibaratkan sebuah lampu merah di persimpangan jalan. Dimana bila lampu merah menyala bearti kendaraan diwajibkan berhenti. Tetapi semisalnya ada kendaraan yang menerobos rambu - rambu tersebut, maka ia akan terkena sanksi. Bisa berupa Tilang polisi atau kecelakaan karena betabrakan dengan pengendara dari jalur lain. 

 Nah menurut beliau, semasa hidup di dunia bila kita kena sanksi pelanggaran lalu lintas itu enak. Karena masih bisa di urus di dunia, dan kadang juga masih bisa melakukan pungli bila Oknum Polisinya bermata uang. Tapi tidak bila rambu - rambu kehidupan, kita akan langsung kena tegurannya diakhirat. Dan tidak akan bisa kompromi atau nego - nego lagi. 

 Dan motivasi dari beliau, 

"Segala sesuatu dikehidupan kita akan diminta pertanggung-jawaban oleh Allah SWT. Maka taatilah rambu - rambu dari Allah, yaitu syariat islam." 

 Selepas dari yang disampaikan dari 3 Narasumber. Moderator pun menutup kajian tersebut dengan memberikan kesempatan bagi peserta kajian yang datang untuk memberikan pertanyan. 

 Selepas dari 3 pertanyaan yang sudah di jawab oleh masih - masing pemberi materi. Maka acara ditutup oleh moderator dengan bersalam - salaman sambil bersholawat kepada nabi Muhammad SAW.

 "Gimana Peng, Suka kajiannya?" Tanya Rahmad yang membututi pemuda itu. Sambil berjalan menyalami semua peserta yang datang. 

 Setelah selesai, Rahmad dan pemuda itu duduk mendekati para panitia yang juga merupakan teman - teman dari Rahmad. 

 "Gimana bang Apeng? " tanya Anis

 "Alhamdulillah kajiannya seru bang. Saya baru pertama kali ikut acara kayak ginian. Masyaallah." Ucap pemuda itu  sambil tersenyum.

 "Kalo gitu, abang Apeng harus sering - sering ikut bang Rahmad. Biar kecipratan ilmunya. Hehe" ucap Anis. 

 "Haha iya Peng. Betul itu..." 

 "Yaudah, bro saya sama Apeng pamit dulu. Inshaallah lain kali saya ajak lagi ni anak. Hehe"

 "Itu harus bang. Biar sama - sama kita masuk Syurga."

 "Aamiin " Ucap Rahmad diikuti aamiin pemuda itu. 

****

"Sejau apapun kita berjalan, proses bagaimana pun yang kita lewati. Semuanya bukan untuk kaya, bukan untuk suskes, bukan untuk terkenal. Tapi melainkan hidup dengan bahagia."


[SpK]

(Tangerang, 18 November 2022)

(SUMBER FOTO : PRIBADI)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun