"Emang kita nggak bisa berbuat apa - apa kang?"Â
 "Engga bisa Ndi. Armada kita semuanya milik umat. Dan akibat kasus kemarin, harus disita. Ya kita sabar aja, berharap kasusnya selesai dan armada kita bisa kembali lagi."Â
 "Hm, iya kang. Padahal momen yang tepat buat turun, tapi tanpa Armada dan perlengkapan lain seperti perahu semua percuma kang. Semoga ada keajaiban."Â
 "Aamiin Ndi. Kita berdo'a aja." Timbalku sambil mulai mengechat Rita dan Sari.Â
 Malam ini begitu dingin, perlahan angin mendesirkan dedaunan di pohon manga depan rumah.Â
 "Allahu akbar, allahu akbar..." suara Adzan Isya berkumandang dari masjid belakang rumah.
 "Kamu mau ikut sholat ngga Ndi?" Aku yang lekas berdiri.
 "Ah nanti saya sholat kang. Duluan aja, isya kan waktunya lama."Â
 "Oo yaudah. Saya tinggal sebentar ya Ndi."
 "Siap kang. Saya tungguin singkong rebusnya tenang hehe" sambil tertawa sedikitÂ
 Aku pun bergegas masuk ke dalam rumah guna menjalankan shalat Isya di kamar. Setelah shalat selesai, aku pun ke dapur. Mengambil 2 piring dan ku isi dengan nasi beserta lauk pauknya. Kubawah ke depan, yang dimana Andi masih duduk lesehan di sana.Â