Mohon tunggu...
Idris setiawan
Idris setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Sang Pencinta Keheningan

Dari hidup kita belajar berjuang. Dan dari Tuhan kita belajar iklas. Tak ada perhentian yang akan indah selain mati dengan bahagia.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

"PERJALANAN KEMANUSIAAN" Part 7. Siap siaga menghadapi bencana

4 November 2022   02:22 Diperbarui: 26 Juni 2023   22:56 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber foto: Pribadi)

Suatu sore di sebuah tempat yang kurasa paling nyaman. Diantara buku - buku yang tertata, dan alunan suara musik yang terdengar di telinga. Aku menyendiri di balik pintu kamar yang terkunci. 

Tenang, dan menyenangkan. Ku buka salah satu buku yang tergelat di atas meja, kucermati halaman terakhir kubaca, yang telah kuberi tanda lipat di ujung lembarannya. 

Novel Buya Hamka karya Imron Mustofa, yang menjelaskan biografi dan perjalanan Buya Hamka semasa hidupnya. Yang penuh akan perjuangan dan pengorbaan, sebuah buku yang memiliki kandungan Prinsip hidup dan mutiara nasehat sang guru besar, Buya Hamka. 

Tiba - tiba handphone berdenting, tanda chat baru masuk. Kucoba membuka chat tersebut, rupanya dari komandanku yang sudah hampir 1 minggu ini tak berkabar. 

Pesannya begitu singkat, dengan mengirimkan 2 Screenshoot gambar dokumen surat yang merupakan undangan. Dan sedikit kalimat berisikan ajakan, 

"Tanggal 1 November besok, ada apel. Bisa ikut tidak?" 

 Aku spontan menjawab, "Siap ndan".

Karena undangan itu sudah kubaca dan ku telah A. Sebuah undangan dari BPBD untuk semua relawan dan instansi terkait yang merupakan bagian dari Penanggulangan Bencana Indonesia (PBI) untuk dapat hadir dalam Apel Siaga Bencana di Lapangan Maulana Yudha Tigaraksa Kabupaten Tangerang. 

Menindak-lanjuti keadaan yang saat ini sudah memasuki musim penghujan, dan beberapa area di Indonesia sudah lebih dahulu terkena bencana. Dari Banjir, Longsor dan puting beliung. 

Maka, Pemerintah Kabupaten Tangerang langsung melakukan apel siaga bencana, guna mengantisipasi semisalnya terjadi bencana di ruang lingkup pemerintahan Kabupaten Tangerang. 

"Ajak 3 teman lagi, konfirmasi secepatnya." Tambah komandan melalui chatnya.

"Baik ndan. Saya coba japri dulu anggota yang bisa."

"Oke." 

Percakapan melalui chat pun selesai. kuteruskan kembali membaca buku. Dan tak lama Adzan Magrib pun mulai berkumandang dari masjid belakang rumah. 

"Allahu akbar, allahu akbar..." 

Kututup buku yang kubaca, seraya mengambil handuk dan lekas pergi ke kamar mandi.

***

Setelah selesai melaksanakan shalat Magrib, ku ambil handphone yang sedari tadi hanya tercas dalam keadaan mati. Ku cekrol - cekrol ke bawah halaman Instagram sekalian mencari inspirasi dari berita yang tengah terjadi di seantero negeri. 

Dari kabar Malang yang masih diselimuti duka karena kasus kematian ratusan suporter akibat gas air mata. Sampai kasus drama tembak menembak yang ternyata hoak oleh oknum berpangkat.

Ditambah Lampung selatan yang mengalami banjir, longsor di bali, dan kebakaran yang terjadi di kemayoran Jakarta.  

Tak lama, pokusku terhenti dikala sebuah chat tiba - tiba masuk, ternyata dari Andi. 

"Dimana kang bro? " Tanya Andi

"Di rumah Ndi. Sini kita ngopi." 

"Okey OTW." Jawabnya. 

Kebetulan rumah Andi tidak terpaut jauh dari rumahku, Andi tinggal di Cibarengkok kecamatan Cikupa, sedangkan aku di Tapos Tigaraksa. Hanya berpaut 15 menit perjalanan memakai kendaraan bermotor.

Tak lama Andi pun sampai, terdengar dari suara motornya yang berhenti di depan rumah. 

 "Assalammuallahikum." Ucapnya.

 "Wa'allahikumussalam." Jawabku yang langsung menghampiri dan mengajak duduk lesehan di teras depan rumah. 

 "Ngopi Ndi?" Tanyaku.

 "Boleh kang." 

 Mendengar ucapannya, aku lekas berdiri dan berjalan masuk kerumah. Mengarah ke dapur guna membuatkan 2 cangkir kopi. Kebetulan ada singkong rebus, rebusan ibu sepulang dari sawah tadi. Setelah 2 cangkir kopi itu jadi, kubawa dengan rebusan singkong sebagai temannya. 

 "Ngopi Ndi." Sambil meletakkan nampan yang berisi 2 cangkir kopi dan 1 piring singkong rebus di atas teras lesehan depan rumah. 

 "Terima kasih Kang." 

 "Orang rumah pada kemana kang?" Tanya Andi.

 "Lagi keluar ke tempat saudara Ndi." 

 "Oo ... hm' bagaimana kabar MRI kang?" Tanya Andi. 

 "Alhamdulillah masih seperti biasanya. Walau kamu tau sendiri, lembaga kita sedang tidak baik - baik saja. Ya ... tapi tetap harus gerak." Ucapku sambil mengangkat secangkir kopi yang telah kubuat dan mulai menyeruputnya. 

 "Betul itu kang. Tapi sekarang kita mati langkah kang.  Akibat ulah segelintir orang, malah imbasnya kita yang di lapangan." 

 "Ya sabar... inshaallah dibalik cobaan pasti ada kemudahan." 

 "Sabar terus ini kang hehe" jawab Andi sembari menyeruput kopi yang telah kusediahkan. 

 "Oo yah, tanggal 1 kerja nggak kamu Ndi?" Tanyaku.

 "Kebetulan libur kang, kenapa?"

 "Ooo enggak, tadi Komandan Bagus ngirim screenshoot undangan. Buat apel di Puspem Kabupaten Tangerang."

 "Wah boleh tu kang. Udah lama engga gerak."

 "Yaudah, kalo kamu mau nanti saya sampaikan ke komandan Bagus dulu. Bearti tinggal nyari 2 orang lagi. Kamu ada saran Ndi?" Tanyaku sembari mencomot singkong rebus

 "Mau laki - laki, apa perempuan kang?" 

 "Sebentar, kalo disuratnya dijelasin perwakilan MRI itu diperlukannya 5 orang. Yang siap datang Komandan Bagus, saya sama kamu. Bearti sudah laki - laki semua. "

 "Kalo 2 orangnya cewek bagaimana kang?" 

 "Boleh. Kamu ada saran?" Tanyaku yang kembali mengangkat cangkir kopi dan menyeruputnya.

 "Kalo, Rita dan Sari mungkin mau Kang. Soalnya dilihat dari grup mereka berdua yang aktif dan cepat ngerespon kalo ada berita masuk. Bagaimana kang?"

 "Oke. Nanti saya coba japri mereka. Ya semoga mereka bisa. Sebab mereka berdua juga kerja. Apalagi Apelnya jatuh di hari aktif, bukan weekend. Jadi nggak mungkin semua bisa."

 "Betul kang. Hm' terus isi surat undangannya apa aja kang?" Tanya Andi.

"Kita cuman disuruh mengirim 5 perwakilan MRI Kabupaten Tangerang."

 "Hm... sayang bener kang yah, seandainya armada kita bisa kita bawak juga." 

 "Betul Ndi. Padahal Armada kita di DER Rescue itu diperuntukan juga buat ini. Apalagi sering membersamai kita di lokasi bencana. Seperti Semeru tahun lalu, Dan terakhir Pasaman Barat."

 "Emang kita nggak bisa berbuat apa - apa kang?" 

 "Engga bisa Ndi. Armada kita semuanya milik umat. Dan akibat kasus kemarin, harus disita. Ya kita sabar aja, berharap kasusnya selesai dan armada kita bisa kembali lagi." 

 "Hm, iya kang. Padahal momen yang tepat buat turun, tapi tanpa Armada dan perlengkapan lain seperti perahu semua percuma kang. Semoga ada keajaiban." 

 "Aamiin Ndi. Kita berdo'a aja." Timbalku sambil mulai mengechat Rita dan Sari. 

  Malam ini begitu dingin, perlahan angin mendesirkan dedaunan di pohon manga depan rumah. 

 "Allahu akbar, allahu akbar..." suara Adzan Isya berkumandang dari masjid belakang rumah.

 "Kamu mau ikut sholat ngga Ndi?" Aku yang lekas berdiri.

 "Ah nanti saya sholat kang. Duluan aja, isya kan waktunya lama." 

 "Oo yaudah. Saya tinggal sebentar ya Ndi."

 "Siap kang. Saya tungguin singkong rebusnya tenang hehe" sambil tertawa sedikit 

 Aku pun bergegas masuk ke dalam rumah guna menjalankan shalat Isya di kamar. Setelah shalat selesai, aku pun ke dapur. Mengambil 2 piring dan ku isi dengan nasi beserta lauk pauknya. Kubawah ke depan, yang dimana Andi masih duduk lesehan di sana. 

 "Makan ndi." Ucapku yang langsung meletakkan 2 piring yang penuh dengan nasi dan lauk. 

 "Wah kok repot - repot kang." 

 "Ya kalo saya makan sendiri engga enak. Kalo saya nawarin pasti di tolak, jadi yaa... langsung bawak aja heh"

 "Terima kasih kalo gitu kang." 

 "Siap." 

 Kami berdua pun lekas menyantap makan yang sudah kubawah selepas shalat. Kebetulan air cup gelasan masih ada di lesehan bekas tadi pagi. Jadi tidak perlu mengambil air di dalam bila ingin minum karena seret.

 Ku ambil handphone dan kubuka Whatsapp, ternyata Rita dan Sari sudah menjawab pesanku. Dan mereka berdua mau ikut ambil bagian apel siaga bencana tanggal 1 November besok. 

 Setelah makan selesai, aku lekas menghubungi komandan Bagus guna menyampaikan bahwa untuk yang siap datang hari Selasa, 1 November besok adalah Andi, Sari dan Rita. 

  "Jadi gimaa Rita dan Sari kang?" Tanya Andi yang baru menyelesaikan makannya.

 "Mereka bersedia datang Ndi." 

 "Alhamdulillah kang."

***


"Siap siaga menghadapi akhir tahun, sebagai Abdi kemanusiaan. yang mengedepankan kemanusiaan diatas kepentingan pribadi."

[SpK]

***

(Tangerang, 4 November 2022 | SpK)


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun