Mohon tunggu...
Idris setiawan
Idris setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Sang Pencinta Keheningan

Dari hidup kita belajar berjuang. Dan dari Tuhan kita belajar iklas. Tak ada perhentian yang akan indah selain mati dengan bahagia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

"PERJALANAN KEMANUSIAAN" Part.5 Sisakan satu ya Allah!

28 Desember 2021   20:21 Diperbarui: 27 Juni 2023   08:27 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

 Sore itu di sebuah persimpangan jalan, kulihat para pemuda laki - laki sedang mengadakan sebuah aksi penggalangan dana untuk korban erupsi gunung Semeru yang terjadi belum lama ini. Memang peristiwa itu sedikit mengejutkan, bahkan duka cita atas erupsi itu masih kami rasakan. Walau lokasi kami terpaut jau berada di pusat kota besar, ibu kota Jakarta.

 Aku baru saja keluar dari sebuah Indomaret, dengan memegang uang sisa kembalian belanjaanku, lalu kuhampiri para pemuda - pemuda itu.

 "Assalammuallahikum mas?" Ucapku sopan sembari tersenyum.

 "Wa'allahikumussalam. Ia mbak." Ucap salah seorang pemuda yang tinggi semampai, dengan senyum manis dan berrambut ikal. Ia tersenyum kepadaku, dan mendadak akupun sedikit gugup.

 "Eh... ini mas, ada uang sedikit untuk membantu korban erupsi. Mana tempatnya?" Ucapku pelan

 "Terima kasih mbak. Letakkan saja di kotak itu mbak, di atas bangku itu." Ucap pemuda di hadapanku yang menarik perhatianku.

 "Oo ini. Baiklah" sembari meletakkan sejumlah uang.

 "Hm' maaf bang, ini dari komunitas? Atau organisasi?" Tanyaku mencoba berlama - lama berbucara dengan dia.

 "Kami ini dari remaja masjid kampung sini mbak. Dan kebetulan bekerja sama dengan lembaga kemanusiaan kota jakarta."

 "Oo ... maaf, mas umur berapa?" Tanyaku.

 "Saya baru 20 Tahun mbak. Dan hampir kita yang tergerak melaksanakan aksi ini berusia 18 sampai 20 tahunan mbak." Ucap pemuda itu.

 "Oo baiklah. Panggil nama aja. Saya juga baru 19 Tahun. Nggak enak di panggil mbak."

 "Oo iya, dengan mas siapa?" Sambungku yang masih sedikit penasaran mendengar namanya.

 "Panggil saja saya Ojik "

 "Oo Ojik. Baiklah mas Ojik, terima kasih waktunya. Dan tetap semangat untuk aksi hari ini."

 "Baik mbak. Hm' maaf, dengan mbak siapa?" Tanya pemuda itu.

 "Panggil saya, Aisha." Ucapku sembari tersenyum.

 Akhirnya obrolan kami pun selesai, akupun lekas mendekati kembali kendaraanku yang terparkir di delan Indomaret dan mulai berjalan menjau dari para Pemuda Remaja masjid yang sedang melakukan penggalangan dana itu.

 "Ojik" pikirku sambil memacu gas motor.

 Ternyata masih ada manusia - manusia yang rela meluangkan waktu mereka sejenak untuk membantu saudara - saudara kita yang terkena musibah. Yang tidak mengharapkan imbalan, dan memang ridho bertujuan untuk benar - benar membantu.

 Semoga menjadi amal Jari'ah untuk mereka, dan manusia - manusia lain yang mau berbagi sedikit rezeki mereka. Sungguh indah bila memiliki pendamping seperti Ojik. Baik, manis dan rela membantu orang lain yang sedang kesusahan.

Masyaallah! ...
  "Semoga stoknya masih banyak ya Allah SWT." ...

***
[SpK]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun