"Diam Nak. Gak bakal terjadi apa - apa. Yakinlah Nak. Ada Ibu!"Â
Si monyet kecil tetap merasakan ketakutan yang luar biasa. Suara tembakan itu begitu keras, sehingga membuat kabur hewan - hewan di dekatnya. Seperti para burung, yang sedari tadi hanya memperhatikan dari atas sebatang pohon yang belum dapat gilirannya untuk di tebang.Â
Hari makin menjelang sore, terdengar langkah - langkah para pembalak liar mulai berkumpul dan tak lama mereka pun pergi menggunakan kendaraan yang mereka gunakan.Â
"Syukurlah sudah pergi." Bisik Induk monyet di dalam hati.
"Sudah pergi manusianya Bu."Â
"Iya Nak."
"Hore.. horee.. Adek pengen manjat pohon Bu."Â
"Jangan! Kamu tetap disini. Dekat Ibu. Nanti kalo mereka kembali lagi, dan melihat kamu di pohon. Kamu bakal di dor!"Â
Mendengar pernyataan Induknya, sang anak yang sebenarnya memang masanya untuk aktif dan memperlajari selut belut isi dari Hutan. Agar di saat dewasa kelak dia dapat bertahan hidup. Hanya bisa menerima dengan mencoba memahami perintah Induknya.
"Bu, Adek haus?"Â
"Sini Nak. Minumlah." Sembari menarik monyet kecil agar dapat menyusu olehnya.Â