Mohon tunggu...
Idris setiawan
Idris setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Sang Pencinta Keheningan

Dari hidup kita belajar berjuang. Dan dari Tuhan kita belajar iklas. Tak ada perhentian yang akan indah selain mati dengan bahagia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerita Kisah Cinta Kayu kepada Api

25 Desember 2020   22:28 Diperbarui: 26 Desember 2020   06:59 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suatu malam yang dingin di pelataran rumah seorang warga. Duduk termenung seorang pemuda di bawah langit yang tidak berbintang. Pemuda itu menatap wajah gelap langit malam dan berkata, 

"Mungkin mau hujan?" 

Tak lama, malam pun menegur dia dengan menghembuskan udaranya yang dingin.  

Wussssst..usst

Terus datanglah seorang temannya yang  ternyata sudah dari tadi memperhatikan pemuda itu dari jendela rumahnya. 

"Lagi santai Di..?" Tanyanya dengan nada bertanya.

"Oh kamu Brom, saya kira siapa? Sini duduk." Sembari menoleh ke arah suara.

"Mana Apinya? Masak ngelihatin langit, duduk sendirian tapi gak ada yang hangat - hangat." 

"Iya Brom. Ini baru mau di hidupin." Jawab pemuda itu dengan berdiri dan mengambil beberapa potong kayu. 

Akhirnya api pun di nyalakan.

"Mau hujan kayaknya ni Brom?" Tanya pemuda itu sambil menatap wajah langit.

"Iya Di. Ah biasalah ini kan sudah mau masuk kemarau. Jadi sudah biasakan angin kayak gini." Sambil mehangatkan tangannya ke api.

"Iya si Brom." 

....

Wussst... sssttt...

Malam terus menyampaikan salamnya. Dengan meniupkan udara dingin. Api makin membesar dan dalam hangatnya api, teman pemuda tersebut pun berkata, 

"Mau tau cerita gak Di?" Tanya teman pemuda itu dengan tangan yang masih di arahkannya ke api. 

"Cerita apa?" Sahut pemuda tersebut dengan nada bertanya.

"Nah, ini ceritanya. Saya ambil dari cerita Nenek waktu pulang ke kampung kemaren. Jadi, ceritanya ada sepotong kayu yang jatuh cinta oleh Api. Begini, awalnya api itu berbentuk kecil, yang terpancar dari korek tua seorang Kakek rentah. Sang kayu terpesona dengan gemulai si api yang menurutnya menarik. Si api seakan sedang menari - nari di hadapannya. Dan ia pun makin jatuh hati di buatnya."

Pemuda itu tertarik mendengar cerita temannya. Dengan fokus ia terus memperhatikan, dan seakan menikmati cerita yang sedang di dengarkan.

"Terus Brom?" Sahutnya. 

"Jadi, singkat saja. Pertemuan pertama kali itu membuatnya jatuh cinta pandangan pertama.  Si kayu makin kagum, dan dilihatnya si Kakek Tua itu menyilap dan memindahkan api itu ke sebuah potongan karet bekas. Di ambilnya beberapa potongan kayu yang semula jatuh hati kepada si api itu. Di tumpuk dan di rapikan serapi mungkin. Dan tak lama, si api itu di letakkan di bagian bawah potongan kayu tersebut. Potongan kayu berkata, "begitu menarik dirimu wahai Api. Begitu indahnya kamu. Aku pun begitu jatuh hati kepadamu." Namun api hanya tersenyum. Dan perlahan - lahan si kayu pun mulai terbakar dan selesai." 

"Hm.. udah kayak gitu aja ceritanya?" Tanya  makin penasaran pemuda itu kepada temannya.

"Iya. Sudah, itu saja ceritanya Di." Jawab teman pemuda itu. 

"Oooaalah. Saya kira bakal berakhir bahagia, apa kayak gimana?!. Hahha dasar kamu, memang pinter cerita Bro. Haha" 

"Hahaha. Yaudah, benerin dulu itu api. Deketin sama si kayu. Biar cinta mereka abadi Di. Hahha".

"Hahha oke oke... Memang gak salah, kamu pulang kampung Bro. Soalnya kalo kamu gak pulang? Saya gak bakal dengerin cerita kamu? Hahah" pungkas pemuda itu sembari tertawa. 

"Haha. Bisa aja kamu Di. Dah ah.. saya masuk dulu?" Sambil berdiri.

"Mau kemana Brom? Sini temanin aku dulu, kan kayu sama apinya belum ke bakar semua." 

"Haha memang Di. Tapi sayangnya,  sudah pukul 22.35 Wib. Lagikan angin malem kata Nenek ku, gak baik untuk kesehatan." 

"Yalah. Tapi, tadi kamu gak cerita kalo Nenek kamu bilang kayak gitu Brom?" 

"Hm.. kalo masalah itu, gak harus di ceritain juga kali. Haha yaudah, aku masuk dulu. Wassalammuallahikum. " Tegurnya.

"Ya.. Wa'allahikum salam. Terima kasih ceritanya. Walau gak ngerti maknanya Brom hahha" .

Di lihat, temannya sudah masuk ke dalam rumahnya. Angin malam makin dingin, udara malam terus menyapa dengan membelai lembut rambut pemuda tersebut. 

"Waaaaaph... hmm... Tiiduuuuur dulu ah."

Dengan berdiri, dan memalingkan mukanya ke arah rumah. Dan akhirnya pemuda itu pun masuk ke dalam rumahnya dengan membiarkan kayu dan api yang tetap menyala.

......

#Fiksiana

#SangPencintaKeheningan

(Pagar Alam, 25 Desember 2020)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun