Mohon tunggu...
Idris setiawan
Idris setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Sang Pencinta Keheningan

Dari hidup kita belajar berjuang. Dan dari Tuhan kita belajar iklas. Tak ada perhentian yang akan indah selain mati dengan bahagia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerbung : Sari & Candra (Cinta dan Terpisah) Part. 1 Kenyataannya, kita tak jodoh..

3 Maret 2020   16:56 Diperbarui: 29 Oktober 2021   16:15 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

   Aku masih mencoba tegar, dari rasa sakit disaat membuat keputusan menjauh, dan melupakanmu. Namun kenangan, bayang-bayang dari senyummu, selalu datang disaat tak lagi ku harap-harapkan. Semua janji, semua hal yang terlewati,  membuat setiap luka ini kembali terbuka dan menyala - nyala. Apakah harus setragis ini akhir dari perjalanan cintaku padamu Sar? Tapi kusadar memang ini yang seharusnya, yang terbaik.

  Seharusnya aku lebih berkaca, Ayahmu benar. Aku bukan siapa - siapa, hanya pegawai kelurahan yang memiliki gaji tak seberapa. Ku akui Sar. Telah kucoba memikirkan orang lain, mencari kesibukan lain. Berusaha menerima, tapi tetap sakit di hati ini kembali terasa, seperti ada yang hilang. Entah apa?! Apakah aku harus jujur semuanya kepadamu, Sar? Hm ... Tidak! Ini terbaik untukmu Sar.  Aku tak akan merusak atas apa yang telah kukorbankan. Kamu harus bahagia, dan aku akan ikut bahagia.

  Ku lirik kalender dinding, yang terletak di sebelah lemari kayu tua dengan warna khas kecokelatannya disaat datang di rumah. Ku hampiri dan ku lingkari sebuah tanggal di bulan ini.  22 September 2020 Aku sengaja melingkarinya, ku jadikan hari bahagiaku. Karena di hari itu, akan dilaksanakan satu pesta besar di rumahmu, dimana kamu akan bersanding dengan dia, sosok laki-laki gagah, mapan dan juga jumawa pilihan ayahandamu. Bergelar Letkol seperti idaman Ibumu. Memang lengkap kurasa kebahagiaanmu Sar. Dan laki - laki itu juga yang akan menggantikan Tugasku 5 tahun kebelakang ini. Untuk menghapus air matamu, mendekap sepimu, dan menjadi imam di keluarga kecilmu. Dan Akan kupastikan hadir, karena kebahagiaanmu adalah kebahagiaanku.

  Jatuh cinta ini salah, ku hampiri kursi rotan tua harta sepeninggalan kakek dari kebun yang kini di rawat Bapak. Kucoba duduk dan mencoba kembali mengiklaskan, dan menganggap semuanya seperti tidak ada apa - apa. Ku tarik Hp yang berada di saku celana, tak terasa ada sedikit rasa ketertarikanku untuk melihat kembali foto - foto tentang aku dan Sari. Ku cermati satu persatu, ada sisa-sisa cinta dari setiap senyummu yang masih tergambar indah disaat kita mengabadikan moment berdua, sewaktu menjajaki cagaralam dan objek - objek wisata di kota. Itu adalah hal yang paling kamu sukai kan Sar? Sehingga kamu disaat kuliah masuk ke Komunitas MAPALA. 


 "Jadi laki-laki itu harus tegar Can.." sebuah suara wanita begitu jelas dan terasa dekat sedang berbicara kepadaku.

 "Eh, mamak." Aku yang sedikit kaget, dan bergegas mematikan Hpku.

 "Mamak tau kamu sedih. Tapi, kamu laki - laki. Dan kamu sudah mengambil keputusan. Mungkin, itu benar yang terbaik untuk kamu. Dan juga untuk Sari." Sembari duduk di sebelahku.

 "Yang sedih juga siapa Mak?" Jawabku spontan sambil mencoba mencari alasan

 " itu tadi buktinya. kamu ngelihatin foto Sari kan?" Ucap mamak yang ternyata sudah memperhatikanku dari tadi.

 "Ah mamak kebiasaan. Suka sok tahu. Lagikan, Candra cuman ngelihat - lihat foto teman - teman waktu kuliah dulu Mak." Jawabku

 "Terus? kenapa yang mamak lihat barusan foto sari?"

 "Ooo. Mungkin waktu mamak lewat, dan tak sengaja ngelihat, Kebetulan yang keluar lagi gambarnya Sari."

 "Ah kamu ngeles terus. Sudah mandi dulu,, sudahnya sholat. Biar pikiran kamu gak stres. Malu lah apa kata pak Lurah nanti. Petugas kelurahannya ada yang gila gara - gara putus cinta. Hehe" ucap mamak sembari sedikit tertawa, kulihat mamak begitu bahagia kalo sedang bercanda membuatku pun ikut tertawa.

 "Haha omongan mamak mah. Hm' ia, ia mak.Ya sudah, Candra mandi dulu." 

 Akupun lekas berdiri dan mulai berjalan mengarah ke dapur untuk mengambil handuk dan bergegas mandi ke kali yang berada tidak jauh dari rumah.
  Dalam hati, sepanjang jalan aku terus bergumam "Hampir saja ketahuan, Hm..! Apa memang sudah ketauan? Firasat orang tua itu biasanya selalu benar, hm..! Yaudah lah,  mandi dulu, sudahnya sholat. Kalo mikirin Sari terus nanti jadinya gak bisa ngelupain dia, fikirku  sambil mengambil anduk di kamar.

  Ku ingat satu kata motivasi dari seorang penulis ternama di indonesia. Dia bilang,
 "Tidak semua orang beruntung menikah dengan cinta sejatinya, tapi semua orang bisa beruntung, menjadi orang dinikahi, sebagai cinta sejatinya. (Tere liye)

  Sekuat apapun aku menggenggam hati seseorang, bila tak bisa menikahinya, maka sama saja? Bukan jodoh namanya. Mau sebanyak apapun wanita yang datang, bila tidak ada yang mau ku ajak nikah, atau aku tidak mau menikahi salah satu dari mereka, maka tetap saja? Tidak jodoh namanya. Kenyataannya, di akhir kisah cinta Candra dan Sari harus berakhir ironi. Tidak lagi sejalan, dan saling melupakan
***
 

 "Allahuakbar allahu akbar." Suara adzan magrib mulai berkumandang dari masjid yang berada tidak jauh dari rumah.
 "Can, ayo ke Masjid." Ucap bapak memanggilku dari ruang tamu.
 "Ia pak. Sebentar. " aku yang bergegas berjalan keluar dari kamarku. Kuhampiri bapak yang sudah berada di depan pintu keluar.
 "Ayo pak." Ucap ku.
 "Ayo ..."

__Bersambung*


"Mungkin benar boleh cinta sebenar-benarnya cinta kepada seorang wanita. Tapi, kita perlu ingat! Jangan  pernah melebihi kecintaan kita terhadap Robb / Tuhan dan kedua orang tua kita."
_SpK

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun