Mohon tunggu...
Idris setiawan
Idris setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Sang Pencinta Keheningan

Dari hidup kita belajar berjuang. Dan dari Tuhan kita belajar iklas. Tak ada perhentian yang akan indah selain mati dengan bahagia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerbung : Sari & Candra (Cinta dan Terpisah) Part. 1 Kenyataannya, kita tak jodoh..

3 Maret 2020   16:56 Diperbarui: 29 Oktober 2021   16:15 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 "Ooo. Mungkin waktu mamak lewat, dan tak sengaja ngelihat, Kebetulan yang keluar lagi gambarnya Sari."

 "Ah kamu ngeles terus. Sudah mandi dulu,, sudahnya sholat. Biar pikiran kamu gak stres. Malu lah apa kata pak Lurah nanti. Petugas kelurahannya ada yang gila gara - gara putus cinta. Hehe" ucap mamak sembari sedikit tertawa, kulihat mamak begitu bahagia kalo sedang bercanda membuatku pun ikut tertawa.

 "Haha omongan mamak mah. Hm' ia, ia mak.Ya sudah, Candra mandi dulu." 

 Akupun lekas berdiri dan mulai berjalan mengarah ke dapur untuk mengambil handuk dan bergegas mandi ke kali yang berada tidak jauh dari rumah.
  Dalam hati, sepanjang jalan aku terus bergumam "Hampir saja ketahuan, Hm..! Apa memang sudah ketauan? Firasat orang tua itu biasanya selalu benar, hm..! Yaudah lah,  mandi dulu, sudahnya sholat. Kalo mikirin Sari terus nanti jadinya gak bisa ngelupain dia, fikirku  sambil mengambil anduk di kamar.

  Ku ingat satu kata motivasi dari seorang penulis ternama di indonesia. Dia bilang,
 "Tidak semua orang beruntung menikah dengan cinta sejatinya, tapi semua orang bisa beruntung, menjadi orang dinikahi, sebagai cinta sejatinya. (Tere liye)

  Sekuat apapun aku menggenggam hati seseorang, bila tak bisa menikahinya, maka sama saja? Bukan jodoh namanya. Mau sebanyak apapun wanita yang datang, bila tidak ada yang mau ku ajak nikah, atau aku tidak mau menikahi salah satu dari mereka, maka tetap saja? Tidak jodoh namanya. Kenyataannya, di akhir kisah cinta Candra dan Sari harus berakhir ironi. Tidak lagi sejalan, dan saling melupakan
***
 

 "Allahuakbar allahu akbar." Suara adzan magrib mulai berkumandang dari masjid yang berada tidak jauh dari rumah.
 "Can, ayo ke Masjid." Ucap bapak memanggilku dari ruang tamu.
 "Ia pak. Sebentar. " aku yang bergegas berjalan keluar dari kamarku. Kuhampiri bapak yang sudah berada di depan pintu keluar.
 "Ayo pak." Ucap ku.
 "Ayo ..."

__Bersambung*


"Mungkin benar boleh cinta sebenar-benarnya cinta kepada seorang wanita. Tapi, kita perlu ingat! Jangan  pernah melebihi kecintaan kita terhadap Robb / Tuhan dan kedua orang tua kita."
_SpK

img-20200704-122829-179-617bb7ee79b23936e32a78e2.jpg
img-20200704-122829-179-617bb7ee79b23936e32a78e2.jpg

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun