Mengapa buku yang tidak ramah untuk mata dan ramah cerna bagi anak kelas I SD bisa diizinkan beredar dan digunakan di SD? Bukanlah konsep pembelajaran bagi anak SD adalah dari hal yang sederhana kepada yang rumit, dari hal yang mudah ke hal yang sulit, dari hal yang konkrit kepada hal yang abstrak?Â
Saya kira ini adalah hal yang fundamental yang harus dipahami oleh penulis buku bagi anak SD dan bagi guru SD.
Akibatnya, yang mengisi PR tersebut bukan anaknya, tetapi orangtuanya karena anaknya belum bisa membaca. Hal tersebut sebenarnya kurang baik.Â
Tugas orangtua sebenarnya untuk mendampingi dan membimbing anaknya mengerjakan PR, bukan mengerjakan PR anaknya. Tapi orangtua terpaksa melakukannya karena anaknya tidak bisa bahkan tidak mau mengisinya karena tidak paham cara mengerjakannya.
Pada saat saya posting masalah tersebut di FB, ternyata cukup banyak mendapat respon, termasuk dari kepala dan guru SD. Ternyata guru pun cukup mengalami kesulitan saat mengajarkan materi membaca untuk anak kelas I SD.Â
Di satu sisi, anak kelas I SD belum disyaratkan atau diwajibkan bisa membaca, tetapi di sisi lain, materi pada buku paketnya cukup rumit dan bahan bacaannya panjang-panjang.Â
Semangat untuk meningkatkan kemampuan literasi, numerasi, dan berpikir kritis peserta didik adalah sebuah hal yang baik, tetapi harus sesuai dengan proporsinya. Jangan sampai menjadi kontraproduktif karena tidak sesuai dengan perkembangan berpikir, karakter, dan kebutuhan peserta didik.
Berkaitan dengan hal tersebut, menurut saya, di sinilah kreativitas dan inovasi guru diperlukan dalam menyusun bahan ajar. Guru mengajar tidak bergantung kepada buku paket atau buku yang telah didrop dari pemerintah atau buatan penerbit, tetapi perlu menyusun bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik. Di era merdeka belajar saat ini guru-guru diberikan kemerdekaan untuk menyusun bahan ajar yang sesuai kebutuhan peserta didik.
Bicara tentang menyusun bahan ajar, kompetensi, dan mutu guru menjadi tantangan tersendiri mengingat kemampuan guru dalam menyusun bahan ajar beragam. Bahkan ada guru yang sama sekali belum pernah menyusun bahan ajar sendiri.Â
Hanya mengandalkan dan menggunakan buku paket yang sudah ada dengan berbagai alasan. Akibatnya, dia sendiri kesulitan mengajarkannya dan peserta didik kesulitan mempelajarinya. Guru harus ekstra sabar mengajarkan materi, apalagi peserta didik yang sama sekali belum bisa membaca.
Bahan bacaan yang akan diberikan untuk peserta didik, khususnya anak SD kelas rendah harus benar-benar memperhatikan berbagai hal. Diskusi saat penyusunan dengan ahli dan praktisi serta uji petik yang melibatkan guru yang sesuai dengan jenjang atau mata pelajaran yang diampunya menjadi hal mutlak harus dilakukan sebagai upaya menghasilkan bahan bacaan yang ramah cerna bagi peserta didik.