Ada kalanya masalah dan kesalahpahaman terjadi dalam proses pendisiplinan murid karena lemahnya data, dokumen, dan bukti-bukti fisik. Lemahnya data dan bukti-bukti pendukung kadang menjadi penolakan orangtua/wali terhadap laporan dari sekolah jika anaknya nakal atau melanggar disiplin.
Orangtua/wali dengan naluri keorangtuaannya ingin membela anak dan menolak informasi yang disampaikan oleh pihak sekolah. Mungkin ada pernah ada orangtua/wali yang beragumen bahwa anaknya tidak nakal seperti yang dilaporkan oleh guru. Dia anak yang baik, penurut, dan sebagainya.Â
Kadang orangtua/wali pun terhasut oleh laporan sepihak dari anaknya. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi hal ini terjadi, maka sekolah perlu menyiapkan data-data yang lengkap sebagai bahan komunikasi dan diskusi dengan orangtua. Bukan untuk menghakimi anak, tetapi untuk mencari solusi bersama dalam mendisiplinkan anak.
(6) kerja sama dengan aparat terkait seperti dengan Dinas Pendidikan, Satgas Pencegahan dan Penangananan Kekerasan di Satuan Pendidikan (PPKSP), Polri, dll dalam sosialisasi disiplin kepada murid.Â
Hal ini perlu dilakukan sebagai bentuk kolaborasi dengan sinergi dalam proses pendidikan. Program-program yang perlu dilakukan adalah program yang bersifat edukatif dan preventif dalam menegakkan disiplin terhadap murid.
Keenam hal tersebut merupakan sebuah ikhtiar yang bisa dilakukan oleh guru atau sekolah dalam mendisipinkan murid. Walau demikian, hal yang paling utama adalah kedisiplinan harus didasarkan atas keteladanan.Â
Bukan hanya sebatas perintah dan larangan. Perintah dan larangan memang perlu diatur dalam sebuah tata tertib, tetapi pembangunan kesadaran perlu terus dilakukan agar murid mengikuti tata tertib bukan karena takut dihukum, tetapi karena aras kesadarannya sendiri. Murid merasakan bahwa disiplin diperlukan sebagai kunci kesuksesan dalam belajar dan dalam kehidupan.
Pendisiplinan murid perlu ketegasan, bukan kekerasan. Sikap tegas acuannya adalah aturan, sedangkan kekerasan lebih mengedepankan emosi dan tendesi pribadi. Ketegasan akan membangun wibawa, sedangkan kekerasan akan menurunkan rasa hormat murid terhadap guru.Â
Zaman sekarang, murid yang sudah semakin kritis ditambah adanya media sosial bisa menjadi sarana untuk memviralkan tindakan kekerasan. Oleh karena itu, proses pendisiplinan harus benar-benar dilakukan sesuai dengan aturan.
Mendidik adalah sebuah proses. Sebuah proses memerlukan waktu yang kadang cukup lama. Oleh karena itu, guru jangan pernah bosan mendisiplinkan murid melalui beragam cara dan upaya dengan mengedepankan konsep memanusiakan manusia. Selain perlu memiliki soft skill yang matang, guru pun harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik dalam mendisiplinkan murid agar berhasil mencapai tujuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H