Dampak negatif teknologi, media sosial, dan lingkungan pergaulan saat ini terasa terhadap menurunnya disiplin, kepedulian, tanggung jawab, rasa hormat murid terhadap guru. Bahkan di lingkungan rumah pun banyak orangtua yang mengeluhkan hal yang sama.
Saat ini guru diharapkan melakukan disiplin positif kepada murid. Kalau ada murid yang melangga disiplin, harus diajak dialog, diidentifikasi penyebabnya, dan dicari bersama solusi yang bisa dilakukan.Â
Dalam pembinaan murid dikenal "Segi Tiga Restitusi". Segitiga restitusi adalah strategi untuk membantu peserta didik memperbaiki kesalahan dan menjadi pribadi yang lebih baik.
Segitiga restitusi merupakan salah satu cara untuk menumbuhkan karakter positif dan disiplin diri. Terdapat 3 (tiga) langkah pada segitiga restitusi, yaitu menstabilkan identitas, validasi tindakan yang salah, dan menanyakan keyakinan.Â
Dalam menerapkan segitiga restitusi, penting untuk menciptakan kondisi yang membuat peserta didik bersedia menyelesaikan masalah dan berbuat lebih baik. Salah satu cara untuk menenangkan emosi peserta didik adalah dengan meyakinkan bahwa manusia pasti pernah berbuat kesalahan.
Penerapan segitiga restitusi memiliki beberapa manfaat, di antaranya; (a) membantu peserta didik untuk jujur pada diri sendiri, (b) membantu peserta didik untuk merefleksi diri dan mengevaluasi dampak kesalahan, (c) membantu peserta didik untuk memiliki tujuan yang jelas, (d) membantu peserta didik untuk menghargai nilai-nilai kebajikan, (e) membantu peserta didik untuk memahami konsekuensi tindakan mereka, dan (f) membantu peserta didik untuk memperbaiki hubungan dengan komunitas sekolah.
(4) Komunikasi dengan orangtua/wali. Jika ada kasus pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh murid, selain ditangani oleh guru, juga perlu dikomunikasikan kepada orangtua/wali.Â
Tujuannya agar orangtua/wali tahu kronologis pelanggaran yang dilakukan anaknya sehingga tidak menyebabkan salah paham atau miskomunikasi, serta bisa mencari solusi bersama terkait pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh anak.
Tindakan kekerasan yang dilakukan oleh oknum orangtua/wali murid atau pelaporan ke polisi terhadap guru salah satu penyebabnya adalah miskomunikasi. Hanya mendengar infomasi sebelah pihak dari anak. Ditambah perangai orangtua/wali yang reaktif, arogan, temperamental, dan emosional semakin memperkeruh masalah.Â
Oleh karena itu, orangtua/wali pun harus mampu berpikir, bersikap, dan bertindak secara objektif, bijaksana, dan proporsional dalam menyikapi dugaan kekerasan yang menimpa anaknya saat di sekolah.
(5) Siapkan data dan dokumen pembinaan siswa secara lengkap.