Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Refleksi Cara Mendidik Guru Zaman Dulu untuk Inspirasi Guru Zaman Sekarang

13 Maret 2024   11:44 Diperbarui: 14 Maret 2024   03:24 962
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi-- Maria Ulfa (31), guru honorer di SD Negeri 72 Banda Aceh, mengajar siswanya. (KOMPAS/ZULKARNAINI)

Oleh: IDRIS APANDI
(Praktisi Pendidikan)

Potret guru zaman dulu berbeda dengan zaman sekarang. Guru zaman dulu (misalnya guru tahun 80-an), mereka hanya fokus menyusun dan melaksanakan pembelajaran. 

Cara mengajarnya pun konvensional, sederhana, dan bersahaja. Belum dituntut untuk menggunakan beragam aplikasi dan teknologi. Belum disibukkan dengan masalah sertifikasi untuk mendapatkan label guru profesional dan tuntutan untuk mengembangkan kompetensi yang kadang menyita waktu untuk keluarganya di rumah.

Walau cara mengajar mereka konvesional dan sederhana, bukan berarti cara mereka mengajarnya tidak berkualitas. Mereka pun menggunakan media ajar dan teknologi dalam konteks yang sederhana. 

Saya punya kenangan, ada guru saya yang kalau mengajar menggunakan media ajar dari bahan yang sederhana, pandai menggambar saat memvisualisasikan benda tertentu, terampil dalam membimbing, dan pandai bernyanyi. 

Ilmu yang disampaikan menyerap ke dalam hati saya. Menjadi pengalaman mengajar yang bermakna bagi saya. Banyak hapalan materi ajar yang sampai saat ini saya hapal adalah buah dari bimbingan guru zaman dulu. Mengapa demikian? Selain memang sang guru terampil dalam mengajar (didaktik-metodik), juga menurut saya, beliau berhasil membangun chemistry dengan murid-muridnya.

Dalam menerapkan disiplin, guru zaman dulu masih banyak menerapkan hukuman fisik seperti memukul, mencubit, menjewer, menyuruh murid push-up, lari keliling lapangan, atau hormat bendera. 

Walau bersifat fisik, hal tersebut tidak bertujuan untuk menyakiti murid, tetapi hanya bertujuan mendisiplinkan. Murid yang mendapatkan hukuman disiplin pun menerima hukuman walau mungkin ada sewaktu-waktu ada rasa keberatan dalam hatinya. 

Seiring dengan perkembangan zaman dan isu hak asasi manusia (HAM), hukuman yang bersifat fisik dalam dunia pendidikan sudah tidak dibolehkan lagi karena termasuk tindakan kekerasan dan bisa melanggar HAM.

Guru-guru zaman dulu mungkin tidak hebat dalam pemanfaatan teknologi tinggi seperti guru-guru saat ini, tetapi jika bicara masalah dedikasi dan semangat dalam mendidik, saya kira tidak perlu diragukan lagi. Dengan gaji yang rendah dan sarana yang terbatas, mereka tetap semangat melaksanakan tugas. 

Mereka mendidik siswa dengan hati. Pembelajaran aktif pun sudah diperkenalkan melalui Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) walau mungkin dalam praktiknya masih ada hal yang belum optimal. Pembelajaran masih dominan berpusat kepada guru.

Guru zaman dulu, apalagi yang hidup di kampung hidup sederhana dan bersahaja. Mereka mengajar dari pagi hingga siang. Beres mengajar, mereka pulang ke rumah. Mereka kadang jalan kaki, pulang bersama dengan murid yang kebanyakan juga tinggal dalam kampung yang sama. 

Setelah mengajar, mereka pergi ke sawah atau ladang. Selain menjadi guru, mereka pun bertani. Mereka bekerja di sawah atau ladang sampai dengan sore. 

Bagi yang beragama Islam dan menguasai ilmu agama, pada waktu sore atau selepas waktu ashar, mereka pun banyak yang mengajar di "sekolah agama" atau pengajian. 

Mereka lakukan itu sampai dengan jelang datangnya waktu magrib. Selepas magrib, mereka pun mengajar mengaji anak-anak di sekitar tempat tinggalnya.

Itulah aktivitas rutin guru zaman dulu. Karena intens-nya komunikasi dengan guru dan murid-muridnya baik dalam kegiatan pembelajaran di sekolah maupun saat pengajian di kampung, guru dan murid kenal dekat. 

Di tengah kondisi ekonomi yang terbatas, mereka tetap hidup dengan damai. Tingkat stres kerjanya guru zaman dulu mungkin tidak setinggi yang dialami banyak guru zaman sekarang. 

Guru zaman dulu tidak membawa pekerjaan sekolah ke rumah. Tapi guru zaman sekarang, banyak yang membawa pekerjaan sekolah ke rumah. Dampaknya waktu untuk keluarga berkurang, guru-guru keteteran dalam mengatur waktu kerja dengan waktu untuk keluarga.

Zaman terus berkembang. Hal ini berdampak terhadap semakin tingginya tuntutan dunia pendidikan saat ini. Guru saat ini bukan lagi sebuah profesi yang "tenang" dan "nyaman". 

Profesi guru saat ini harus terus berpacu dengan waktu, menyesuaikan dengan dinamika dan tuntutan zaman. Konsekuensinya, guru harus keluar dari zona nyaman, mau belajar, dan mau mengembangkan kompetensinya. Belum lagi tuntutan administrasi dan beragam aplikasi yang harus diisi menyebabkan guru harus semakin ketat dalam mengatur waktunya.

Guru zaman dulu maupun guru zaman sekarang tantangannya bisa saja beda tetapi substansi tugasnya sama yaitu mengajar dan mendidik setiap peserta didiknya. Kebaikan dan karakter positif dari guru zaman dulu yang bisa diadopsi dan diadaptasi oleh guru zaman sekarang. 

Prinsipnya, dalam dunia pendidikan, setiap guru ada masanya dalam bertugas dan setiap masa ada guru yang mengajarnya. Kisah guru zaman dulu inspirasi bagi guru zaman sekarang untuk pendidikan yang semakin baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun