Saat ada murid yang kena mental, takut, atau malas lagi belajar, maka guru sebaiknya melakukan refleksi. Apa yang salah, apa yang kurang, atau apa yang belum optimal dengan pembelajaran telah dilakukan? Identifikasi penyebabnya dan cari alternatif solusinya. Guru pun harus memberikan treatment khusus kepada murid yang kenal mental tersebut, karena kalau diabaikan, bisa berdampak negatif terhadap murid. Dia bisa semakin tertinggal pelajaran atau motivasi belajarnya semakin menurun.
Langkah yang dilakukan bisa bicara empat mata dengan murid tersebut, dialog dengan orang tua/wali murid, atau diskusi dengan wali kelasnya. Mungkin saja murid tersebut kena mental bukan hanya pada satu guru atau pada satu mata pelajaran tertentu, tetapi mengalaminya pada beberapa guru atau beberapa mata pelajaran tertentu. Bisa juga terjadi ada beberapa murid yang kena mental terhadap guru yang sama atau mata pelajaran yang sama.
Walau bisa dilakukan secara berkelompok, pembelajaran berdiferensiasi lebih condong kepada pembelajaran individual. Diibaratkan koki pada sebuah restoran, guru harus membuat masakan (bahan ajar) dan menyajikannya (strategi pebelajaran) sesuai dengan pesanan dan selera (kesiapan belajar) konsumen (murid) yang datang ke restoran (kelas) tersebut. Konsumen (murid) tidak mau tahu bagaimana sang koki (guru) menyiapkan dan memasak  (strategi pembelajaran) menu makanan (materi ajar), tetapi yang penting adalah menu pavorit (materi ajar) tersedia dan siap dinikmati sehingga konsumen (murid) puas (pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H