Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Peningkatan Mutu Proses Pembelajaran, Kunci Sukses Hadapi AKM

27 Juli 2023   14:15 Diperbarui: 27 Juli 2023   18:22 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun 2023 Kemendikbudristek kembali akan melaksanakan Asesmen Nasional (AN) pada jenjang SD/sederajat, SMP/sederajat, dan SMA/SMK/sederajat. 

Asesmen Nasional (AN) adalah evaluasi sistem pendidikan, bukan penilaian terhadap murid, guru, atau kepala sekolah sebagai individu. 

Asesmen Nasional dirancang untuk mendorong dan memfasilitasi perbaikan kualitas pembelajaran. Asesmen Nasional sebagai evaluasi sistem tidak memiliki konsekuensi pada murid peserta Asesmen Nasional.

Asesmen Nasional menjadi pemetaan dan umpan balik bagi satuan dan dinas pendidikan (tidak ada skor individu murid, guru, kepala sekolah). Asesmen Nasional sebagai upaya perbaikan proses pembelajaran dan pengelolaan satuan pendidikan dan diharapkan berdampak terhadap peningkatan karakter dan kompetensi peserta didik.

Asesmen Nasional terdiri dari 3 instrumen, yaitu: (1) Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), (2) survei karakter, dan (3) survei lingkungan belajar (sulingjar). 

Khusus terkait AKM, kemampuan peserta yang akan diukur adalah terkait dengan literasi membaca dan literasi matematika (numerasi). AKM lebih fokus kepada penguatan daya nalar dibandingkan dengan penguasaan konten. 

Karakter soal AKM yaitu: (1) mengembangkan keterampilan berpikir logis-sistematis, (2) keterampilan bernalar menggunakan konsep dan pengetahuan yang telah dipelajari, dan (3) keterampilan bernalar menggunakan konsep dan pengetahuan yang telah dipelajari.

Hasil AKM 2021 menunjukkan bahwa 1 dari 2 orang peserta didik belum mencapai kompetensi minimum pada kemampuan literasi dan 2 dari 3 peserta didik belum mencapai kompetensi minimum pada kemampuan numerasi. Untuk meningkatan mutu literasi dan numerasi tentunya tidak bisa dilakukan secara sistemik dan kolaboratif.

Sistemik maksudnya perlu dibangun sebuah sistem yang mendukungnya seperti adanya regulasi dan kebijakan pemerintah yang pro dalam meningkatkan mutu literasi dan numerasi, adanya bahan bacaan yang bermutu di satuan pendidikan, pengadaan sarana-prasarana penunjang, penguatan komitmen pendidik dan tenaga kependidikan, pengintensifan gerakan literasi di sekolah melalui berbagai kegiatan. 

Sedangkan kolaborasi maksudnya adalah upaya peningkatan mutu literasi dan numerasi di satuan pendidikan harus melibatkan berbagai pihak, mulai dari lingkungan keluarga, satuan pendidikan, komite sekolah, dunia usaha/ dunia industry (DUDI), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan sebagainya.

Hasil dari AKM menjadi dasar bagi sekolah dan pemerintah untuk mengevaluasi dan merefleksikan diri serta menyusun program perbaikan atau peningkatan mutu. 

Sekolah perlu menggunakan data pada rapor pendidikan sebagai dasar pelaksanaan program-program sekolah termasuk dalam peningkatan mutu literasi dan numerasi.

Dalam menghadapi AKM, sekolah tidak perlu melakukan pengondisian khusus seperti men-drill peserta didik mengerjakan soal-soal latihan. Lalu, apa hal yang perlu dilakukan? Hal yang perlu dilakukan adalah meningkatkan mutu proses pembelajaran. 

Hal ini tentunya tidak akan lepas dari peran guru. Oleh karena itu, langkah awal dalam peningkatan literasi dan numerasi dalam pembelajaran adalah meningkatkan mutu guru dalam menerapkan strategi pembelajaran yang menguatkan literasi dan numerasi.

Strategi pembelajaran yang perlu diterapkan oleh guru untuk meningkatkan mutu literasi dan numerasi peserta didik yaitu strategi pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk mau dan tertantang untuk membaca mengingat membaca adalah pintu gerbang untuk menguasai pengetahuan. 

Bahan bacaan yang bermutu dan sesuai dengan karakter serta kebutuhan peserta didik bisa menjadi pemancing untuk giat membaca. Kemudian guru perlu mengarahkan peserta didik untuk mampu menganalisis teks, berpikir kritis (critical thinking), berpikir tingat tinggi (Higher Order Thinking Skills/ HOTS), dan menyelesaikan masalah (problem solving) secara kreatif.

Sekolah tidak bisa banyak berharap peserta didik mampu mengerjakan soal-soal AKM yang menuntut peserta didik untuk berpikir tingkat tinggi jika proses pembelajaran di kelas dilakukan secara biasa-biasa saja. 

Paradigma pembelajaran harus diubah dari berpusat kepada guru (teacher centre) menjadi berpusat kepada peserta didik (student centre). 

Guru menjadikan peserta didik sebagai subjek pembelajaran, mengarahkan mereka untuk aktif dalam pembelajaran, mampu menyelesaikan masalah, mengerjakan proyek baik sendiri maupun secara berkelompok. Suasana pembelajaran diharapkan hidup dan ramai dengan aktivitas belajar peserta didik yang bermakna.

Proses pembelajaran yang diterapkan oleh guru adalah pembelajaran aktif, kolaboratif, dan efektif. Ini sebenarnya bukan hal yang baru-baru ini dikampanyekan. 

Sekian tahun silam dikenal Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), Pembelajaran Kontekstual, Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM). 

Kemudian guru juga diarahkan menggunakan strategi pembelajaran inquiry/ discovery (mencari/ menemukan), strategi pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), dan strategi pembelajaran berbasis proyek (project based learning). 

Hal tersebut tentunya baik, tetapi yang menjadi masalahnya adalah pada tataran implementasinya di kelas dengan berbagai alasan. 

Pada dasarnya tidak ada strategi pembelajaran yang paling baik dan paling efektif yang selalu dapat digunakan pada setiap situasi dan kondisi. Strategi pembelajaran yang baik atau efektif adalah strategi pembelajaran disesuaikan dengan situasi, kondisi, dan kebutuhan saat itu. 

Skenario pembelajaran yang disusun pada RPP atau modul ajar kadang harus diubah oleh guru karena situasi dan kondisi memang guru untuk mengubahnya.

Pola pikir guru, keterbatasan kompetensi guru, dan sarana-prasarana penunjang sering dinilai sebagai penyebab masih rendahnya mutu proses dan hasil pembelajaran. Tidak bisa dipungkiri, untuk mengaktifkan peserta didik bukan hal yang mudah. 

Ada kalanya, guru sudah berupaya mengaktifkan peserta didik, tetapi hanya beberapa orang saja yang aktif, sedangkan sebagian besar peserta didik pasif. Bahkan ada peserta didik yang justru terlihat stres dan tidak bersemangat dalam pembelajaran.

Menyikapi hal tersebut, guru tentunya perlu melakukan evaluasi dan refleksi untuk mengidentifikasi penyebabnya. 

Mungkin saja penyebabnya adalah strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru tidak sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik. 

Oleh karena itu, asesmen awal (diagnostik) menjadi hal yang sangat penting bagi guru sebagai dasar penyusunan rencana pembelajaran. Praktik pembelajaran pun perlu dilakukan secara berdiferensiasi sesuai dengan kebutuhan, karakter, dan gaya belajar peserta didik.

Strategi pembelajaran berdiferensiasi yang digunakan bisa berbasis konten (isi pelajaran), proses, produk, atau lingkungan belajar. 

Selain itu, catatan dan refleksi dari peserta didik pada akhir pembelajaran menjadi hal penting sebagai dasar bagi guru untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

Berdasarkan kepada hal tersebut, maka peningkatan mutu proses pembelajaran menjadi kunci dalam persiapan sekolah mengikuti AKM. 

Proses pembelajaran yang bermutu hanya dapat dilakukan oleh guru yang bermutu dan kreatif, peserta didik yang memiliki semangat belajar yang tinggi, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, proses belajar yang membuka ruang kreativitas dan inovasi, membuka ruang kesempatan peserta didik untuk berpikir dan berbuat secara out of the box dalam menyelesaikan masalah, dan tentunya dukungan sarana-prasarana pembelajaran yang memadai.

Oleh: IDRIS APANDI
(Praktisi Pendidikan)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun