Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pengembangan Instrumen Asesmen Diagnostik

1 Februari 2023   17:47 Diperbarui: 8 Februari 2023   13:27 1058
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: IDRIS APANDI
(Praktisi Pendidikan)

Sejalan dengan implementasi kurikulum merdeka, guru diharapkan bisa melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi, yaitu pembelajaran yang disesuaikan dengan minat, bakat, karakter, dan kebutuhan belajar peserta didik. 

Sebelum melaksanakannya, guru terlebih dahulu perlu mengidentifikasi kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan kebutuhan belajar peserta didik melalui asesmen diagnostik. Dengan kata lain, asesmen diagnostik adalah “pintu gerbang” bagi guru sebelum menerapkan pembelajaran berdiferensiasi.

Asesmen diagnostik bisa dilakukan pada awal semester atau sebelum peserta didik mempelajari materi tertentu. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa asesmen diagnostik bisa juga dilakukan oleh guru sebagai bahan perbaikan atau peningkatan mutu pembelajaran di pertemuan berikutnya. 

Dengan demikian, asesmen diagnostik adalah dasar bagi guru untuk merancang pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik. Ibaratnya, asesmen diagnostik adalah peta petunjuk jalan dan lampu senter yang akan digunakan sebagai penerang oleh guru saat memasuki gedung baru yang gelap untuk mengetahui dan mengidentifikasi setiap ruangan yang ada di dalamnya.

Asesmen diagnostik terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu asesmen diagnostik kognitif dan asesmen diagnostik non-kognitif. Asesmen diagnostik kognitif adalah asesmen untuk mengetahui kemampuan awal, kebutuhan belajar, atau hambatan belajar peserta didik. 

Hasil dari asesmen diagnostik kognitif menjadi dasar bagi guru untuk pengelompokkan dan levelling kemampuan belajar, menentukan strategi pembelajaran yang harus dilaksanakan, dan treatment yang harus diberikan terhadap peserta didik.

Teknisnya, guru bisa memberikan semacam pre-test berisi beberapa pertanyaan atau soal materi yang dipelajari sebelumnya atau materi kemampuan prasyarat untuk mempelajari materi berikutnya. 

Selain itu, guru juga memberikan pertanyaan atau soal yang merupakan materi yang akan dipelajari sebagai bentuk identifikasi. Jenis instrumennya bisa dalam bentuk tes tulis, tes lisan, test praktik, games, atau kuis baik secara daring atau pun luring.

Asesmen diagnostik non-kognitif adalah asesmen yang bertujuan untuk mengidentifikasi gaya belajar, minat, potensi, karakter, dan latar belakang psiko-sosial peserta didik. Bentuknya bisa melalui angket, tanya jawab, atau wawancara. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun