Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Merancang, Melaksanakan, dan Melakukan Asesmen Pembelajaran Berdiferensiasi

25 Desember 2022   22:40 Diperbarui: 26 Desember 2022   04:24 3850
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menyambut PTM 100 persen guru perlu merancang pembelajaran yang membuat siswa belajar aman, nyaman, dan bermakna meskipun jumlah siswa sudah kembali seperti semula.(DOK. TANOTO FOUNDATION)

MERANCANG, MELAKSANAKAN, DAN MELAKUKAN ASESMEN PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI

Oleh: IDRIS APANDI (Praktisi Pendidikan)

Seiring dengan implementasi kurikulum merdeka, guru diharapkan melaksanakan pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik (student centre). 

Siswa harus menjadi fokus pencapaian tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, guru diharapkan merancang dan melaksanakan pembelajaran yang mampu mengembangkan dan meningkatkan potensi, minat, dan bakat peserta didik, serta memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi mereka. 

Selain itu, guru pun diharapkan bisa memilih strategi dan teknik penilaian yang tepat agar peserta didik dapat memperlihatkan dan menampilkan hasil pemahaman dan pengalaman belajarnya secara optimal dan mampu menghasilkan produk atau proyek sebagai bentuk bentuk out put pascamengikuti pembelajaran.

Itulah sejatinya pembelajaran berdiferensiasi, yaitu pembelajaran yang disesuaikan karakteristik, minat, bakat, kebutuhan, kemampuan, gaya belajar, dan kecepatan belajar peserta didik. Mengapa demikian? Karena setiap peserta didik adalah individu yang unik. Memiliki kecerdasan, karakteristik, dan latar belakang yang berbeda. 

Inti dari pembelajaran berdiferensiasi adalah guru menyampaikan materi pelajaran yang sama kepada peserta didik melalui strategi, cara, metode, dan teknik yang beragam sesuai dengan karakteristik peserta didik.

Pembelajaran berdiferensiasi adalah upaya untuk menjadikan belajar sebagai sebuah proses yang menyenangkan dan bermakna bagi peserta didik. Melalui pembelajaran berdiferensiasi peserta didik diarahkan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis, berpikir pada level tinggi secara bertahap, mengembangkan kreativitas, membangun pemahaman, dan memiliki kecakapan hidup.

Pembelajaran berdiferensiasi diperkenalkan dan digagas oleh Caroll Ann Tomlinson, seorang profesor bidang pendidikan dari University of Virginia Amerika Serikat. Tomlinson menyampaikan bahwa sebelum guru melakukan proses pembelajaran, terlebih dahulu guru harus mengidentifikasi kesiapan belajar, gaya belajar, dan kemampuan awal setiap peserta didik.

Setelah hal tersebut bisa diidentifikasi atau diketahui oleh guru, maka guru menyusun skenario pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran pada kelas yang diisi oleh peserta didik yang beragam. Bisa juga diartikan melalui pembelajaran berdiferensiasi, seorang peserta didik bisa menguasai satu materi yang sama tetapi dengan cara, strategi, dan waktu yang berbeda.

Menurut Tomlinson, ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru saat akan melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi, yaitu: (1) rancang pelajaran berdasarkan gaya belajar siswa. (2) kelompokkan siswa menurut minat, topik, atau kemampuan yang sama untuk tugas. (3) menilai pembelajaran siswa menggunakan penilaian formatif. (4) mengelola kelas untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung, dan (5) terus menilai dan menyesuaikan isi pelajaran untuk memenuhi kebutuhan siswa.

Asesmen Diagnostik

Asesmen diagnostik menjadi "pintu gerbang" bagi guru untuk mengetahui kemampuan awal, profil, dan mengidentifikasi karakter setiap peserta didiknya. Asesmen diagnostik terdiri dari 2 jenis, yaitu; (1) asesmen diagnostik kognitif dan (2) asesmen diagnosik non-kognitif. 

Asesmen diagnostik kognitif bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal dan kesulitan belajar peserta didik. Bentuknya bisa pre test, tanya jawab, atau curah pendapat (brainstorming) terkait materi yang akan dipelajari oleh peserta didik. 

Asesmen diagnostik non-kognitif bertujuan untuk mengetahui minat, gaya belajar, kondisi psikologis, kondisi sosial, dan latar belakang peserta didik. Bentuknya bisa angket, wawancara, studi dokumentasi, observasi, kuis, emoticon yang menunjukkan kondisi emosional  peserta didik, dan sebagainya. Data hasil asesmen diagnostik akan menjadi bahan yang sangat berharga bagi guru untuk menyusun skenario pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan.

Perencanaan Pembelajaran Berdiferensiasi

Perencanaan pembelajaran berdiferensiasi disusun dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang saat disebut dengan Modul Ajar (MA). RPP disusun sebagai pedoman bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran. 

Kemdikbud sudah memberikan contoh RPP. Walau demikian, guru diberikan kebebasan dalam membuat format RPP tersebut sesuai dengan kebutuhan. Intinya, RPP bisa dipahami, ringkas, sederhana, dan secara teknis bisa dilaksanakan.

Secara umum, RPP terdiri dari informasi terkait identitas mata pelajaran, kompetensi yang diharapkan dicapai, tujuan pembelajaran, metode, alat peraga/ media pembelajaran, sumber belajar, langkah-langkah pembelajaran (pendahuluan, inti, dan penutup), dan asesmen pembelajaran.

Terkait dengan pembelajaran berdiferensiasi, pada RPP, guru sebaiknya memberikan catatan terkait dengan sasaran peserta didik, apakah peserta didik yang umum (reguler) atau peserta didik yang memiliki kebutuhan khusus. 

Materi ajar ditujukan untuk peserta didik yang memiliki karakteristik atau gaya belajar seperti apa. Apakah auditori, visual, kinestetik, atau untuk semua gaya belajar? Strategi pembelajaran berdiferensiasi apa yang akan dilakukan? Apakah berbasis konten, proses, produk, lingkungan belajar, atau menggunakan lebih dari 1 strategi? 

Kemudian, teknik dan jenis instrumen asesmen apa yang akan digunakan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik secara berdiferensiasi? Apakah tes lisan, tes tertulis, tes praktik, penilaian produk, penilaian projek, penilaian portfolio, atau jenis penilaian lainnya?

Skenario pembelajaran yang akan dilakukan diharapkan dituliskan secara jelas, singkat, dan padat pada bagian langkah-langkah pembelajaran. Tujuannya agar guru memiliki bayangan terkait apa yang akan dilakukan pada saat pembelajaran. 

Mengingat beragam dan dinamisnya kondisi pembelajaran yang kemungkinan akan dihadapi dan dilaksanakan oleh guru, maka guru sebaiknya memosisikan RPP bukan sebagai dokumen yang baku dan kaku, tetapi sebuah dokumen yang dinamis dan "hidup" yang dapat diubah atau dikembangkan sesuai dengan situasi, kondisi, dan kebutuhan.

Pelaksanaan Pembelajaran Berdiferensiasi

Dalam pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi, guru berpedoman kepada RPP yang telah disusun sebelumnya. Walau demikian, seperti yang di atas telah saya sampaikan bahwa RPP bukan dijadikan sebagai benda baku dan kaku, tetapi bisa disesuaikan dengan situasi, kondisi, dan kebutuhan. 

Intinya, guru jangan sampai tersandera oleh RPP yang dibuatnya sendiri. Dia tidak bebas berimprovisasi dan mengembangkan kreativitasnya saat proses pembelajaran.

Pada saat pelaksanaan pembelajaran terdiferensiasi, guru bisa memvariasikan beragam strategi pembelajaran. Misalnya jika dalam satu kelas ada 3 gaya belajar peserta yang harus dilayani oleh guru, maka pada praktiknya, guru dapat melaksanakan strategi tersebut secara bergantian. Misalnya guru menyajikan materi dalam bentuk konten untuk peserta didik yang bergaya belajar auditori, kemudian dilanjutkan dengan konten untuk peserta didik yang memiliki gaya belajar visual, kemudian konten untuk peserta didik yang memiliki gaya belajar kinestetik.

Kemudian guru dapat menerapkan pendekatan individual atau kelompok, membentuk atau membagi siswa ke dalam kelompok besar atau kelompok kecil, belajar di dalam ruang kelas atau di luar kelas, belajar mandiri atau terbimbing, dan bisa juga mengoptimalkan peserta didik yang dinilai oleh guru memiliki kemampuan yang lebih baik dibandingkan dengan peserta lainnya untuk membantu guru menjadi tutor sebaya bagi teman-temannya.

Dalam pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi, guru dapat menerapkan beragam pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran. Guru pun dapat menggunakan beragam alat peraga/media pembelajaran, beragam sumber belajar, dan beragam lingkungan belajar. Intinya, pembelajaran berdiferensiasi menjadikan peserta didik sebagai pihak yang harus difasilitasi kebutuhan belajarnya dengan sebaik-baiknya oleh guru.

Asesmen Pembelajaran Berdiferensiasi

Pada asesmen pembelajaran berdiferensiasi, guru dapat menggunakan beragam teknik dan jenis instrumen asesmen. Diferensiasi asesmen pembelajaran menjadi hal yang sangat penting jika guru ingin agar peserta didik menjadi dirinya sendiri dalam mengekspresikan dan memperlihatkan hasil pemahamannya terhadap materi dan hasil pengalaman belajarnya.

Pada asesmen berdiferensiasi, guru perlu menghindari hanya menggunakan 1 jenis instrumen asesmen dalam mengukur hasil peserta didik yang beragam karena hal tersebut akan membuat pembelajaran berdiferensiasi yang telah dilakukan menjadi ambyar alias sia-sia. Misalnya, guru hanya menggunakan test tulis (paper and pencil test) padahal minat dan kemampuan peserta didik beragam. 

Oleh karena itu, kalau guru mau konsisten dan konsekuen dengan pembelajaran berdiferensiasi secara utuh dan menyeluruh, maka harus berdiferensiasi mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga asesmen hasil belajar peserta didik.

Misalnya, saat peserta didik belajar tentang materi keanekaragaman hayati di laut, maka peserta didik diberikan alternatif untuk menampilkan hasil pemahamannya tentang hal tersebut dalam bentuk makalah, laporan tertulis, reportase lisan, gambar, video, hasil prakarya/ kerajinan, dan sebagainya. Hal ini akan menjadikan peserta didik juara dan berprestasi sesuai dengan kecerdasannya masing-masing.

Tantangan dan Peluang bagi Guru

Pembelajaran berdiferensiasi secara konsep memang terlihat relatif mudah  dilaksanakan, tetapi pada praktiknya, hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi guru.

Pembelajaran berdiferensiasi cukup rumit dan kompleks. Guru harus memutar otak merancang strategi pembelajaran untuk peserta didik yang memiliki beragam karakter dan gaya belajar. Guru harus siap meluangkan waktu dan tenaga lebih banyak untuk menyusun strategi pembelajaran dan menentukan asesmen hasil belajar yang beragam. Dalam pembelajaran berdiferensiasi, kemampuan guru dalam mengelola kelas sangat menentukan efektivitas pelaksanaan dan ketercapaian tujuan pembelajaran.

Walau peran dan kompetensi guru sangat penting dalam efektivitas pembelajaran berdiferensiasi, sarana dan prasarana, setting ruang kelas, dan regulasi terkait jumlah peserta didik dalam satu kelas perlu juga dipertimbangkan mengingat guru juga adalah manusia yang memiliki keterbatasan dalam mendampingi puluhan peserta didik dalam 1 kelas. Apalagi pada sekolah-sekolah inklusif yang selain menerima peserta didik yang normal juga menerima Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), tantangan tersebut akan semakin berat mengingat bedanya layanan yang harus diberikan kepada anak reguler dan ABK. 

Kemampuan guru yang terbatas dalam menangani ABK pun bisa menjadi tantangan tersendiri bagi guru. Bahkan guruperlu bermitra dengan tenaga ahli yang khusus menangani ABK untuk menentukan strategi pembelajaran yang tepat.

Perlu dikaji penyesuaian jumlah peserta didik dalam satu kelas. Misalnya dari 30-40 orang peserta didik dalam 1 kelas dikurangi menjadi 15-20 orang dalam 1 kelas. Mungkin juga ada alternatif lain, misalnya guru tidak dibebani mengajar di banyak kelas dan diberi tugas-tugas tambahan selain tugas pokoknya sebagai pengajar, atau perlu team teaching saat proses pembelajaran agar bisa saling membantu.

Di balik berbagai tantangan dalam melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi, bagi guru yang berjiwa pemelajar, hal ini menjadi peluang untuk meningkatkan kompetensinya agar dapat melayani kebutuhan belajar peserta didik secara optimal. Sebuah pepatah bijak mengatakan bahwa "jika guru masih mau mengajar, maka dia harus mau terus belajar." 

Oleh karena itu, guru harus menjadi pembelajar seumur hidup, siap keluar dari zona nyaman, siap beradaptasi dengan dinamika dan perubahan zaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun