Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Membentuk Profil Pelajar Pancasila Berbasis Kearifan Lokal

24 Juli 2022   10:41 Diperbarui: 25 Juli 2022   13:55 3107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi upaya melekatkan nilai-nilai Pancasila pada siswa sekolah dasar di wilayah Yogyakarta beberapa waktu lalu.| KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO

Walau demikian, mengenal dunia bukan berarti lupa akan nilai dan tradisi budayanya, tetapi justru nilai dan tradisi lokal menjadi fondasi bahkan bisa memperkenalkannya ke tingkat dunia.

Rabu Maneuh di Sunda merupakan bagian dari memperkenalkan budaya daerah dan potensinya, khususnya potensi dan budaya masyarakat Sunda. Purwakarta merupakan bagian dari Sunda. 

Sebagai orang sunda mempunyai nilai kehidupan yang sangat luas dengan falsafah kehidupan "silih asah, silih asih, silih asuh, dan silih wangikeun." Dalam konteks pendidikan, silih asah terkait dengan penguatan aspek kognitif (pengetahuan), di mana setiap orang Sunda harus saling berbagi informasi dan pengetahuan yang bermanfaat.

Silih asih berkaitan dengan penguatan aspek sikap (afektif), di mana sesama orang Sunda harus saling peduli, saling mengasihi, dan saling menyayangi. Silih asuh berkaitan dengan penguatan aspek keterampilan (psikomotorik) dimana sesama orang Sunda harus saling melatih untuk sama-sama terampil dan memiliki kecakapan hidup. 

Sedangkan, silih wangikeun artinya adalah sesama orang Sunda harus saling mendukung, saling mendukung, saling mempromosikan, dan saling meng---endorse jika memiliki kelebihan, prestasi, atau keunggulan. Tidak ada rasa takut tersaingi atau takut terkalahkan. Istilahnya, usaha boleh pada bidang yang sama, tetapi takaran rezeki sudah diatur oleh Tuhan YME.

Kamis nyanding wawangi, di mana nilai rasa dan estetik siswa diekspresikan. Bentukya bisa dengan belajar seni, karawitan, atau sastra. Seni dan sastra bisa menjadi media bagi seorang manusia untuk mengenal dirinya sendiri, mengenal sesama manusia, mengenal lingkungan, dan mengenal Tuhan Sang Pencipta seluruh makhluk yang ada di muka bumi. 

Seni dan sastra bisa menjadi media untuk menajamkan pikiran, menghaluskan rasa, menjernihkan hati, dan membangun budi pekerti. Seni dan sastra bisa menjadi sarana hiburan, menjadi penyeimbang kehidupan agar tidak jenuh dan kaku. Dengan kata lain, otak kiri dan otak kanan dapat digunakan secara seimbang agar hidup terasa indah.

Jumat nyucikeun diri. Hal ini menjadi sarana untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan. Hari Jumat digunakan sebgaai momentum kontemplasi, merenungi hakikat diri sebagai makhluk Tuhan YME, dan menguatkan nilai-nilai spiritual.

Bentuknya, misalnya dengan pembiasaanya shalat duha berjemaah, membaca Al-Qur'an (misalnya surat Yasin), atau zikir bersama di sekolah. Hal ini diharapkan bisa menjadi pembiasaan di rumah setiap peserta didik.

Sabtu dan Minggu betah di imah. Maksudnya 2 hari tersebut menjadi sarana untuk menguatkan komunikasi dalam keluarga. Anak membantu pekerjaan orangtua, misalnya mencuci piring, membersihkan lantai, menyiram tanaman, membersihkan halaman rumah, dan sebagainya. 

Anak-anak menyadari perannya untuk berbakti kepada kedua orang tua dan hal tersebut menjadi bekal untuk menjalani kehidupan di masa yang akan datang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun