Sila-sila Pancasila pun banyak yang sudah tidak hapal. Hal tersebut tentunya menjadi keprihatinan bagi kita semua. Pancasila memang bukan sekadar untuk dihapal, tetapi untuk dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Walau demikian, hapal sila-sila Pancasila menjadi indikator mendasar warga bangsa yang peduli terhadap Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia.
Kemdikbudristek sudah membuat dimensi, elemen, dan sub-elemen profil penguatan Pelajar Pancasila untuk dijadikan pedoman oleh sekolah dalam merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi hal tersebut. Walau demikian, sekolah pun dapat mengembangkan dan menggali tema sendiri sesuai dengan situasi, kondisi, dan kebutuhan sekolah.Â
Diantaranya melalui penguatan kearifan lokal melalui proyek Pelajar Pancasila. Saya ambil contoh, misalnya Kabupaten Purwakarta Provinsi Jawa Barat menggulirkan "7 Po Atikan Istimewa" sebagai pendidikan karakter tematik khas Kabupaten Purwakarta.
Mengapa disebut tematik? Karena selama 7 hari dalam 1 minggu diisi dengan tema pendidikan karakter yang berbeda. Atikan Pendidikan Istimewa digulirkan sejak tahun 2015 melalui Peraturan Bupati Nomor 69 Tahun 2015 tentang Pendidikan Berkarakter.
Adapun tema dari "7 Po Atikan Istimewa" yaitu; Senin disebut dengan Ajeg Nusantara, Selasa Mapag Buana, Rabu Maneuh di Sunda, Kamis Nyanding Wawangi, Jumaah Nyucikeun Diri dan Sabtu-Minggu disebut dengan Betah di Imah.
Senin Ajeg nusantara adalah sarana untuk membangun nasionalisme atau cinta tanah air kepada peserta peserta didik. Peserta didik diperkenalkan Indonesia sebagai nusantara yang terdiri dari beragam suku bangsa, bahasa, budaya, dan agama. Indonesia sebagai negara kesatuan yang sangat luas dan memiliki beragam kekayaan alam.Â
Melalui pengenalan terhadap negaranya sendiri, diharapkan muncul rasa cinta, rasa bangga, dan rela berkorban untuk bangsa dan negara. Peserta didik juga menyadari dirinya sebagai bagian dari warga bangsa yang majemuk.Â
Oleh karena itu, tumbuh sikap saling menghormati, saling menghargai, dan toleransi terhadap sesama warga bangsa. Dengan mengenal kekayaan alam nusantara, maka diharapkan tumbuh rasa cinta terhadap alam dalam bentuk memelihara dan menjaga kelestarian alam, serta memanfaatkannya untuk kesejahteraan masyarakat tanpa merusaknya.
Selasa mapag buana, peserta didik bisa mengenal dunia. Era globalisasi, pesatnya perkembangan iptek, dan digitalisasi berdampak terhadap semakin mudah dan cepatnya penyebaran informasi dan komunikasi.Â
Dunia menjadi seolah tanpa batas (borderless) dan setiap negara-negara di dunia menjadi desa global (global village) dimana antara yang satu dengan lainnya bisa terhubung dengan cepat.
Dengan mengenal dunia, baik budayanya maupun ilmu pengetahuannya, bisa untuk meningkatkan motivasi bahwa anak Indonesia pun bisa berbicara di dunia sehingga mereka kita sudah siap dengan datangnya peradaban dunia.Â